Perbedaan Liburan Para Milenial di Dunia

travelling
Sumber :
  • intoday

VIVA – Generasi milenial yang dikategorikan berusia 15-38 tahun disebut memberi pengaruh besar dalam perubahan gaya bepergian. Menurut Prof. Rhenald Kasali, Ph.D, pendiri Rumah Perubahan, kaum milenial menggunakan hampir 100 persen penghasilannya untuk bepergian.

Ada Kabar Baik Buat Milenial dan Gen Z yang Doyan Belanja dan Peduli Penampilan

"Prioritasnya masih traveling," kata Rhenald saat Forum Group Dicussion (FGD) Millenial Tourism 'Millenials & Disruption, Tantangan Model Bisnis' di JW Marriott Hotel, Jakarta, Kamis, 18 Oktober 2018.

Rhenald melanjutkan, generasi milenial telah menyebabkan inovasi yang mengakibatkan banyak cara-cara lama yang tidak terpakai lagi. Perubahan kebiasaan milenial dalam bekerja dan berlibur sudah memengaruhi sektor pariwisata.

Survei Ungkap Ketahanan Finansial Milenial Indonesia Tertinggi Se Asia, Ada Tapinya

Namun, berbeda negara, berbeda pula karakteristik para milenialnya. Rhenald membeberkan apa saja perbedaan milenial di antara bangsa-bangsa di dunia.

Amerika Serikat

Program Petani Milenial Kaltim Diluncurkan untuk Ketahanan Pangan IKN

Di AS, para milenial memiliki moto; work hard, play hard. Dalam satu masa, mereka bisa memiliki dua pekerjaan sekaligus. Rata-rata mahasiswa di AS kuliah sambil bekerja. Sehingga mereka bisa menabung, dan ketika liburan, mereka akan play so hard.

Karenanya, mereka akan menghabiskan waktu lebih panjang untuk liburan dibandingkan anak-anak Asia. Pilihan destinasi mereka juga cukup jauh dengan tempat menginap hotel-hotel berbintang empat, meski tidak sedikit juga yang memilih backpacker.

Durasi liburan mereka mencapai enam hari. Selain itu, di sana juga muncul dorongan dari kampus untuk bekerja sebagai relawan atau volunteer. Anak muda di AS percaya, CV yang bagus adalah yang bisa mencantumkan pengalaman relawan di negara yang bukan menggunakan bahasa ibunya.

Eropa

Para milenial di Eropa memiliki karakter budget conscious dan lebih memilih paket tur dengan personal guide. Mereka banyak mencari informasi dan menceritakan pengalaman perjalanan mereka secara online. Rata-rata mereka berlibur sebanyak tiga kali per tahun, karena jam kerja di Eropa lebih pendek.

Asia

Para milenial Asia melakukan perjalanan liburan maksimal tiga kali dalam setahun, namun dalam jarak tempuh yang pendek. Sebagian besar sangat budget conscious karena itu pesawat low cost tumbuh dengan pesat. Mereka biasanya memilih paket tur standar.

Timur Tengah

Para milenial di Timur Tengah akan menghabiskan satu musim untuk liburannya. Mereka memilih destinasi dengan basis word of mouth. Berdasarkan studi, para milenial di Timur Tengah punya karakter bepergian sebagian besar sendiri atau single traveler. Kemudian mereka baru bertemu teman-temannya di negara tujuan.

China

Kaum milenial China merupakan traveler yang high spender dan shopper. Dalam setahun mereka bisa bepergian 2-3 kali. Mereka cenderung mencari destinasi populer.

India

Dibanding dengan Indonesia, pelancong milenial dari India cenderung pelit. Kebanyakan mereka melakukan family trip dan bujet lebih banyak dihabiskan untuk pesawat. Sedangkan makan dan hotel mereka lebih memilih yang murah.

Indonesia

Milenial Indonesia memiliki karakter bepergian yang impulsif, karena itu hari 'kejepit' menjadi sangat penting bagi mereka. Biasanya mereka bepergian di dalam satu region. Tak sedikit pula yang giat mencari destinasi populer dalam negeri.

Dalam urusan bujet, para milenial di Indonesia sangat memperhitungkan dan senang membagi perjalanan mereka ke media sosial. Dan, yang kini semakin populer adalah memanfaatkan untuk jastip. Bahkan, tak lagi untuk jangkauan luar negeri, jastip juga sudah dilakukan untuk perjalanan lokal.

Singapura

Milenial di Singapura senang bepergian di dalam region mereka dengan pengeluaran yang rendah. Mereka pergi secara mandiri dan tidak mengandalkan perusahaan tur dan travel. Mereka cenderung memilih hotel bintang 4 atau boutique hotel. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya