Tidak Mendongkrak Kunjungan Wisatawan, Samosir Pilih Absen di FDT 2018

Festival Danau Toba 2018
Sumber :
  • Viva.co.id/Anugrah Andriansyah

VIVA – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Samosir ternyata menarik diri atau absen dari pelaksanaan Festival Danau Toba (FDT) 2018, yang berlangsung di Kabupaten Dairi, pada tanggal 5-8 Desember 2018, lalu. Alasannya, kegiatan tahunan tersebut dianggap tidak mendongkrak kunjungan wisatawan ke danau terbesar di Asia ini.

Pelari Indonesia, Malaysia Hingga Amerika Siap Bertarung di Trail of The Kings Danau Toba 2024

Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Samosir, Ombang Siboro saat dikonfirmasi VIVA, usai menghadiri Focus Group Discussion (FGD) dengan tema Perencanaan Pembangunan Pariwisata Kawasan Danau Toba Provinsi Sumatera Utara di Fakultas ISIP Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Medan, Selasa, 11 Desember 2018.

"Kami Samosir memutuskan tidak ikut serta FDT 2018, karena belajar dari FDT 2016 dan 2017. Maka kami lihat, tidak ada daya angkat industri pariwisata ke Samosir, kami putuskan tidak menganggarkan untuk FDT," ucap Ombang.

Puncak Arus Balik Lebaran di Sumut Berlangsung Selama 3 Hari

Menurutnya, seharusnya FDT mampu memberikan poin plus untuk kemajuan dan perkembangan pariwisata di danau vulkanik terbesar di dunia itu, bukan sebaliknya, dinilai 'event buruk'. Berkaca dari FDT dua tahun terakhir, baginya, FDT dilaksanakan dengan tidak ada keseriusan.

Ombang menjelaskan FDT harus memiliki kelas Nasional maupun Internasional dengan konsep yang direncanakan matang dan profesional. Namun menurutnya, hal tersebut tidak dilakukan. FDT baru dirapatkan pertama pada 23 Oktober 2018, lalu, diputuskan tanggal 5 Desember 2018. 

Geopark Kaldera Toba, Situs Diakui UNESCO yang Miliki Ragam Aktivitas Wisata

Ia menilai anggaran Rp1,3 miliar untuk FDT tahun ini, terbuang sia-sia, karena tidak meningkatkan kunjungan wisata dengan jumlah besar. Harusnya, menjadi catatan besar untuk dilaksanakan secara profesional.

"Ke depannya, FDT dipertanyakan, pertama, jenis kelamin (kegiatannya), kedua siapa pihak penanggung jawabnya, ketiga kapan diselenggarakan. Kami minta jawab itu, baru kami ikut serta kembali," kata Ombang.

Ombang pun membandingkan dengan Singapura yang merupakan negara kecil, namun memiliki konsep pariwisata dengan baik dan profesional. Ada 385 event yang digelar setiap tahunnya. Sedangkan Danau Toba bahkan kalah jauh dari Banyuwangi yang memiliki 87 event pariwisata yang dikelola dengan baik dan dipromosikan dari jauh-jauh hari.

"FDT itu event siapa? Apa event milik Pemprov, Kabupaten atau kawasan Danau Toba? Jelas dulu ‘jenis kelaminnya’," serunya.

Dia menambahkan, Pemerintah Provinsi Sumut dan Kementerian Pariwisata harus melakukan evaluasi terhadap FDT bila ingin tetap melanjutkannya tahun depan. Kalau tidak, FDT tidak akan berkembang untuk menarik kunjungan wisata ke Danau Toba.

"Kalau di kuliah dulu, ada minggu tenang (dihentikan) dulu FDT itu. Merenungkan bersama dulu, kalau dilanjut menambah keterpurukan nama Danau Toba. Karena festival Danau Toba, di situ kualitas Danau Toba sendiri," tutur Ombang.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya