Sejarah Panjang Tambang Batu Bara Ombilin Jadi Situs Warisan Dunia

Museum Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto
Sumber :
  • instagram.com/puteraiksan74

VIVA – Melalui sidang United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada sesi ke-43 Pertemuan Komite Warisan Dunia di Kota Baku, Azerbaijan pada Sabtu siang, 6 Juli 2019, Tambang Batu Bara Ombilin (TBBO) Sawahlunto, Sumatera Barat resmi ditetapkan sebagai salah satu situs warisan dunia.

Geopark Maros Pangkep, Beranda bagi Keajaiban Geologi dan Budaya di Sulawesi Selatan

Perjuangan pemerintah Sumatera Barat, khususnya Pemko Sawahlunto untuk menjadikan TBBO sebagai salah satu situs warisan dunia tidaklah mudah. Setelah melengkapi berbagai dokumen penting terkait hal itu, akhirnya pada Senin, 3 hingga 7 September 2018, UNESCO melakukan penilaian dan evaluasi final terhadap kawasan TBBO, sebelum kemudian diputuskan apakah kota yang dijuluki dengan kota arang, kota wisata tambang nan berbudaya itu layak dijadikan situs warisan budaya.

Saat itu, tim penilai yang diwakili oleh International Council on Monuments and Sites (ICOMOS), salah satu dari tiga organisasi penilai formal yang diberi mandat oleh UNESCO, memfokuskan ke beberapa aspek penilaian, yakni otentisitas, pengelolaan situs dan teknologi yang digunakan oleh TBBO untuk membuat kawasan ini lebih unik jika dibandingkan dengan situs-situs lain yang ada di dunia.

Ngeri, Wanita Ini Digentayangi Jurig Setelah Terima Warisan Rp7 Triliun

Tim yang dikomandoi Sarah Janes Brazil itu, mengunjungi sejumlah titik yang terkait dengan seluruh proses produksi dan distribusi batu bara dan akses transportasinya. Kawasan Silo Teluk Bayur, Stasiun Kayu Tanam, Jembatan Tinggi di perbatasan Kota Padang Panjang, Kabupaten Padang Pariaman, Stasiun Solok, dan Sungai Lasi merupakan beberapa titik yang dikunjungi oleh tim ICOMOS.

Kunjungan ke titik-titik tersebut karena memang sebelumnya masuk dalam tim usulan. Wilayah situs TBBO dikembangkan hingga ke luar kota Sawahlunto. Selain agar seluruh keunikan historis dan teknis TBBO dari hulu hingga hilir dapat tergambar dengan baik, juga dimaksudkan agar manfaat yang dirasakan dengan penetapan situs TBBO sebagai situs Warisan Budaya Dunia, tak hanya berdampak bagi Kota dan masyarakat Sawahlunto saja, namun juga bagi Sumatera Barat secara keseluruhan.

Geopark Ijen, Kawasan Geosite, Biosite Hingga Cultursite yang Diakui UNESCO

Menanggapi ditetapkannya TBBO menjadi situs warisan dunia, Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Sumbar, Nurmatias menyebutkan bahwa capaian yang diharapkan agar masyarakat dapat mengetahui dan lebih akrab dengan cagar budaya. Apalagi untuk di Sawahlunto sendiri.

"Jadi masyarakat harus tahu dan mengerti bahwa cagar budaya ini berharga,” kata Nurmatias, Sabtu 6 Juli 2019.

Nurmatias menegaskan, elemen terpenting yang patut diketahui adalah tentang keberadaan tempat dan cagar budaya itu sendiri. Di Sawahlunto, saat ini tercatat ada sekitar 109 benda cagar budaya peninggalan masa lalu. Maka dari itu, harus dijaga dan dirawat bersama karena seluruh benda peninggalan masa lalu itu memiliki catatan sejarah panjang.

Diketahui, Kota Sawahlunto saat ini dikenal sebagai kota tambang batu bara. Kota ini awalnya sempat mati, setelah penambangan batu bara dihentikan. Namun seiring perkembangan waktu, kota yang juga berjuluk kota arang ini, berkembang pesat menjadi kota tujuan wisata tua yang multietnik. Bahkan sudah menjadi salah satu kota tua terbaik di Indonesia.

Dalam penelitiannya, Ir. Willem Hendrik de Greve pada tahun 1867 silam mengungkapkan di Kota Sawahlunto kala itu, terdapat 200 juta ton batu bara dengan kualitas yang sangat baik yang terkandung di sekitar aliran Batang Ombilin, salah satu sungai yang ada di Sawahlunto.

Sejak penelitian tersebut diumumkan ke Batavia pada tahun 1870, pemerintah Hindia Belanda mulai merencanakan pembangunan sarana dan prasarana yang dapat memudahkan eksploitasi batu bara di Sawahlunto. Selanjutnya Sawahlunto juga dijadikan sebagai kota pada tahun 1888, tepatnya pada tanggal 1 Desember yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Sawahlunto.

Selain itu, tatanan kehidupan masyarakat Kota Sawahlunto yang beragam juga menjadi daya tarik dan poin sendiri. Walau multietnik, namun masyarakat Sawahlunto mampu hidup berdampingan saling menghormati dan menghargai satu sama lain.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya