Dampak Pandemi, Dokter Tirta Tunjukkan Betapa Sepinya Jalanan Bali

Dokter Tirta.
Sumber :
  • Instagram/dr.tirta

VIVA – Setelah adanya demonstrasi dan gerakan tolak rapid, dokter Tirta bersama dengan sejumlah relawan datang ke Bali untuk berdiskusi bersama dengan tokoh masyarakat setempat. Tirta sudah berada di pulau dewata sejak Minggu, 9 Agustus 2020 kemarin.

Benarkah Makan Telur Dadar Bisa Sebabkan Kanker? Begini Penjelasan dr. Tirta

Pada sore harinya, Tirta bersama dengan relawan lain sempat melihat-lihat sejumlah wilayah di Bali mulai dari Denpasar, Canggu, Legian, hingga Kuta. Ia juga memperlihatkan sepinya wisatawan di beberapa wilayah di Bali.

Baca juga: Dokter Tirta Masih Bingung Soal Kalung Anti Corona

Terpopuler: Heboh! Olla Ramlan Minta Tolong, Adik Teuku Ryan Bongkar Rahasia Sang Kakak Usai Nikah

"Kmren sore - malem , Iseng jalan jalan di sekitar bali, bareng @windusenet . Legian kuta sepi. Denpasar agak rame, canggu juga mulai rame perlahan. Dari belasan kota yg udah saya kunjungi bareng relawan selama pandemi dari maret, jalanan di Bali ini, bener bener sepi," tulis Tirta dalam unggahan nya, Senin, 10 Agustus 2020.

Tirta bahkan menganggap sepinya Jakarta saat PSBB masih kalah dengan sepinya Bali. Hal itu membuat ekonomi masyarakat yang bergantung pada industri pariwisata terganggu. 

Dokter Tirta Buka-bukaan: Masih Melamar Pekerjaan Meski Sudah Jadi Bos

"Terakhir jalan se sepi ini, adalah ketika PSBB total dilakukan di jakarta beberapa bulan lalu, trnyata bali lebih sepi. Kaya ginilah kondisi Bali selama pandemi, yg notabener sebagian hidup dari pariwisata dan UMKM," tulisnya.

Baca juga: Isu Rapid Test Menjadi Lahan Bisnis, Ini Kata Dokter Tirta

Selama perjalannya di Bali, Tirta juga menganggap warga Bali cukup patuh dengan protokol kesehatan terutama menggunakan masker saat keluar rumah. 

Tetapi, yang saat ini harus dipikirkan Tirta, tokoh masyarakat, dan relawan di Bali adalah pemulihan ekonomi. Sebab, Tirta menganggap sektor pariwisata Indonesia yang paling terdampak karena pandemi COVID-19 adalah Bali.

"Karena kembali lagi : logika tanpa logistik itu akan berakhir buruk. Dan logika tanpa kesehatan juga berakhir sama. Karena semua orang butuh makan. Ga heran aksi aksi, rata2 muncul dari sini. Hotel tempat saya menginap pun ga kalah sepi. Saking sepinya, jadwal room cleaning yg biasa sehari sekali, jadi 2 hari sekali untuk penghematan dan efisiensi. Bisa dibilang pandemi menghantam sektor pariwisata bali sangat keras bosku," lanjut dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya