Pariwisata Biang Keladi COVID-19? Kemenpar: Sehat Dulu Baru Berwisata

Ilustrasi masker.
Sumber :
  • Freepik/tirachardz

VIVA – Pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia sejak Maret 2020 berdampak pada sejumlah sektor. Salah satu yang paling terkena dampak langsungnya adalah sektor pariwisata.

Menkes: Implementasi Nyamuk Ber-Wolbachia untuk Tanggulangi Dengue Mulai Bergulir

Data dari Badan Pusat Statistik, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia selama periode Januari 2020 hingga November 2020 hanya 3,89 juta kunjungan, atau turun drastis sebesar 73,60 persen. Sebagai perbandingan, di periode yang sama tahun 2019, jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke Indonesia tercatat sebanyak 14,73 juta.

Untuk mengatasi hal tersebut, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah menyusun strategi untuk tahun 2021, yakni dengan mengampanyekan bangga berwisata di Indonesia.

Labuan Bajo Siap Sambut Wisatawan! Temukan Peluang Baru di Webinar Outlook Kepariwisataan NTT

"Grand strategy yang saat ini kami terapkan adalah bangga berwisata di Indonesia, atau turunannya di Indonesia aja. Sementara border internasional ditutup, kita fokus untuk berwisata di dalam negeri ini yang saat ini sedang kita kembangkan di 2021," kata Direktur Pemasaran Pariwisata Regional I, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Vinsensius Jemadu, dalam virtual conference ‘Inovasi Berbasis Teknologi dan Prediksi Tren Perjalanan Traveloka 2021’, Selasa, 26 Januari 2021.

Tentu saja, pihaknya juga terus mengampanyekan agar masyarakay tetap memerhatikan protokol kesehatan. Mengingat belakangan ini jumlah kasus COVID-19 di Tanah Air meningkat, salah satunya lantaran imbas dari libur Natal dan Tahun Baru.

Pembangunan Jalan Kelok 18 di Jalur Lingkar Selatan akan Berdampak ke Pariwisata Gunungkidul

"Namun demikian, kita melihat dalam beberapa waktu terakhir ini tingkat kenaikan COVID-19 cukup memprihatinkan. Bahkan sektor pariwisata dianggap sebagai biang keladi karena setelah liburan Natal dan Tahun Baru, angka meningkat. Oleh karena itu, saat ini kami berusaha menyampaikan bahwa sehat dulu baru berwisata," kata Vinsensius.

Vinsensius juga mengatakan, beberapa bulan ke depan pihaknya akan fokus untuk kembali mengampanyekan betapa pentingnya menjaga protokol kesehatan dan dampak nyata dari COVID-19. Hal ini menyusul dengan menurunnya tingkat kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan ketika melakukan traveling.

"Karena bagaimana pun juga, kita berusaha menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, dalam bangga berwisata di Indonesia ini, yang pertama, dalam beberapa bulan ke depan berusaha mensosialisasikan dulu pentingnya protokol kesehatan CHSE (Kebersihan, Kesehatan, Keamanan, dan Kelestarian Lingkungan)," kata dia.

Dia juga melanjutkan bahwa pihaknya akan terus berkoordinasi dengan gugus tugas di pusat dan daerah untuk melihat dinamika kasus COVID-19. Jika kasus COVID-19 ini melandai, pihaknya akan kembali menjalankan program utama, yakni staycation, roadtrip dan inter island (antar provinsi, antar pulau).

"Untuk interland ini akan fokus di lima destinasi super prioritas (Danau Toba, Likupang, Borobudur Mandalika dan Labuan Bajo), karena ini amanat dari presiden supaya kita betul-betul fokus di lima destinasi yang saat ini infrastrukturnya dibangun secara masif. Baik dari sisi atraksi, aksesibilitas dan amenitasnya," ujar Vinsensius.

Tren wisata 2021

Di sisi lain, Corporate Communication Traveloka, Reza Amirul Juniarshah memaparkan prediksi tren wisata di tahun 2021. Menurut data survei yang dilakukan pihaknya, aktivitas yang paling ingin dilakukan wisatawan di 2021 adalah staycation sebesar 38 persen. Diikuti dengan makan di restoran sebesar 34 persen dan 25 persen lainnya ingin bepergian menggunakan pesawat.

Selain itu wisatawan saat ini juga sudah banyak yang merencanakan untuk berlibur. Dari data, diketahui 57 persen responden berminat untuk liburan dalam enam bulan ke depan. 29 persen lainnya ingin liburan dalam bulan ini, dan 35 persen lainnya ingin berencana berlibur dalam waktu satu hingga tiga bulan ke depan. Sementara 48 persen berencana ingin berlibur dalam tiga hingga enam bulan ke depan.

Untuk lokasi tujuan wisata, sebesar 44 persen diprediksi wisatawan memilih wisata di luar kota atau provinsi tempat tinggal. Sedangkan 22 persen lainnya berencana berlibur di dalam kota atau sekitar kota tempat tinggal.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya