Pandemi Belum Usai, Sektor Penerbangan Alami Banyak Hambatan

Calon penumpang di bandara berjalan menuju pesawat terbang. (Foto ilustrasi)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Kornelis Kaha

VIVA – Pandemi COVID-19 di Indonesia yang terjadi sejak 2020 lalu, berdampak besar terhadap banyak sektor, termasuk jasa angkutan udara atau bisnis penerbangan.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Pembatasan perjalanan akibat pandemi COVID-19, membuat maskapai harus menerapkan langkah ekstrem untuk bertahan, termasuk berhenti terbang sementara hingga melakukan efisiensi pegawai. Kerugian dan karyawan yang dirumahkan menjadi opsi yang sulit untuk dihindari.

Badan Pusat Statistik mencatat, kontraksi terbesar sektor transportasi angkutan udara pernah menyentuh minus 63,9 persen di kuartal III dan minus 53,8 persen kuartal IV tahun 2020, terhadap pertumbuhan ekonomi nasional secara tahunan atau year on year (yoy).

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Sedangkan Hasil kajian White Paper dari Indonesia National Air Carriers Association (INACA), memprediksi sektor penerbangan domestik akan mulai membaik pada 2022 dan baru kembali optimal di tahun 2024.

Direktur Indonesian International Education Foundation (IIEF), Diana Jahja, menyadari bahwa pandemi COVID-19 yang berdampak parah terhadap industri penerbangan, secara tidak langsung memengaruhi pendidikan putra-putri dari masyarakat Indonesia yang bekerja atau pernah bekerja di industri penerbangan Indonesia.

PM Singapura Lee Hsien Loong Mundur dari Jabatan, Ini Sosok Penggantinya

"Akses pendidikan harus diperjuangkan apapun alasannya. Pandemi memang membawa banyak cerita sedih, lebih dari 30 juta orang terkena dampaknya. Mulai dari Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), dirumahkan tanpa upah, pengurangan jam kerja dan gaji. Untuk itulah perlu kepekaan dan kepedulian terhadap sesama agar bisa menolong hidup banyak orang," ujarnya saat talkshow 'Pandemi Terus Berlanjut, Haruskah Pendidikan Terhenti?' yang digelar virtual baru-baru ini.

Atas dasar tersebut, Diana mengatakan, IIEF menggagas program Beasiswa Cakrawala, sebuah program bantuan pembiayaan pendidikan dan penguatan kapasitas bagi para siswa SMA dan Mahasiswa, yang orang tuanya bekerja atau pernah bekerja di perusahaan atau maskapai penerbangan yang terkena dampak pandemi COVID-19.

"Tujuan yang diharapkan dari beasiswa ini adalah membantu meringankan dana pendidikan bagi para putra-putri yang berasal dari keluarga sektor penerbangan Indonesia terdampak pandemi COVID-19, dan diharapkan kelak dapat menjadi agent of change bagi masyarakat sekitarnya," harap Diana.

Fenty Agtiffantono selaku Program Manager IIEF menambahkan, beasiswa yang diluncurkan pada 17 Agustus 2021 lalu, bertepatan di hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-76, akan dibuka hingga 30 September 2021 dan menyasar 130 penerima beasiswa di wilayah Jabodetabek.

"Target dari beasiswa ini adalah membantu meringankan dana pendidikan dari penerimanya, serta menumbukan jiwa leadership dan kepekaan sosial dari para anak-anak muda ini," ungkap Fenty.

Ilustrasi belanja online.

Riset: Kebiasaan Belanja Orang Indonesia, Bandingin Harga di Situs Online dan Toko Offline

Riset ini menyebut produk fashion dan kecantikan, (masing-masing sebanyak 46%) dibeli secara online, sementara kebutuhan sehari-hari seperti makanan (34%) secara offline.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024