Menilik Jejak Muslim Gujarat di Kampung Pekojan Semarang

Warga Kampung Pekojan Semarang salat berjamaah.
Sumber :
  • VIVA/Teguh Joko Sutrisno.

VIVA Travel – Namanya Kampung Pekojan. Berasal dari kata Koja, sebutan bagi warga keturunan Gujarat India yang sudah menikah dengan warga lokal di Indonesia. Mereka sudah bermukim di sini sejak ratusan tahun lalu untuk berdagang dan berdakwah hingga membangun pemukiman.

Geger Penemuan Fosil Ular Lebihi Ukuran T-rex, Begini Bentuknya

Pekojan Semarang menjadi salah satu jejak muslim Gujarat di Indonesia. Mereka tinggal di beberapa kampung yang berpusat di kawasan Pekojan, Kelurahan Purwodinatan, Semarang Tengah. Antara lain di Kampung Begog, Kampung Suburan, Kampung Wotprau, dan di Petolongan. Yuk, scroll untuk info lengkapnya.

"Orang Koja, itu keturunan Gujarat India. Termasuk saya ini juga keturunan Gujarat yang setelah di sini disebut Koja. Sekarang kan sudah kawin mawin ya dengan orang Indonesia, saya juga nikah dengan orang Jawa," cerita Agus Salim, warga Kampung Pekojan Semarang saat berbincang dengan VIVA di Masjid Pekojan, Semarang, Jawa Tengah.  

Isuzu Pamer Teaser V-Cross Facelift, Meluncur Sebentar Lagi

Sebagian besar orang Koja di Semarang bekerja sebagai pedagang jam dan kacamata. Ada juga yang punya usaha kuliner, tapi kebanyakan adalah berkecimpung di usaha jam tangan dan kacamata.

The Reasons Why Elon Musk Postpones India Visit

"Ya memang mungkin bakatnya di situ. Karena dari dulu kan sudah diajari dagang oleh orangtua yang memang usahanya di jam tangan dan kacamata. Kiosnya paling banyak di Pasar Johar," jelas Salim.

Di sela jam kerja, mereka seringkali berkumpul, yang paling sering di Masjid Jami Pekojan. Ini adalah masjid yang dibangun oleh nenek moyang orang Koja yaitu muslim Gujarat pada abad ke-17.

Setiap datang waktu salat wajib, banyak orang Koja salat berjamaah. Biasanya, pada bulan Ramadhan lebih ramai, terutama antara waktu Ashar dan Magrib, dan saat salat Tarawih. Di antara waktu itu, jamaah ada yang membaca Alquran, tafakur, mengaji, atau sekadar kumpul dan berbincang-bincang. Sebagian sibuk menyiapkan hidangan berbuka puasa bersama menu khas warga Pekojan yaitu bubur India.

"Ini Masjid Pekojan dibangun oleh orang Gujarat waktu itu, ya sudah ratusan tahun lamanya. Itu yang di tengah adalah bagian asli, waktu masih surau ya. Sekarang masih utuh itu tiang penyangga, atap, mimbar, pintu dan jendela, serta hiasan-hiasan di tembok," kata Salim sambil menunjukkan lokasi bangunan asli masjid.

Ia tak bisa merinci berapa jumlah total warga keturunan Gujarat atau Koja di Semarang. Karena banyak juga yang tinggal di tempat lain. Tapi saat hari raya Lebaran akan ramai karena pada kumpul keluarga.

"Nah, kalau Lebaran pada masak, biasanya nasi kebuli khas Koja. Itu masakan asli warga Koja yang resepnya dari orangtua dulu. Rasanya enak dan khas, karena di sini kan jago-jago masak," kata Salim ceria sambil beranjak karena akan menunaikan salat Ashar.

Laporan: Teguh Joko Sutrisno

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya