Karimunjawa, Rumah Ribuan Penyu Hijau dan Penyu Sisik

wisawatan memegang penyu sisik di Pantai Nirwana Pulau Karimunjawa
Sumber :
  • VIVA / D.A.Pitaloka

VIVA.co.id - Belasan wisatawan mancanegara dan wisatawan dalam negeri dengan riang melepas tukik di dalam ember plastik, di tepi pantai Nirwana, Pulau Karimunjawa.

Sekitar 165 tukik penyu sisik (Eretmochelys imbricate) menetas pada hari itu dari penetasan semi alami milik Taman Nasional Karimunjawa di Pulau Karimunjawa. Bayi satwa purba itu segera berlari mengejar cahaya, di cakrawala pertemuan langit dan laut.

Pelepasan tukik menjadi salah satu atraksi yang memikat wisatawan saat berada di Karimunjawa. Mereka ikut menyaksikan kembalinya tukik ke laut, tempat induk mereka berasal, sambil ikut berdonasi dengan besaran antara Rp10 ribu hingga Rp100 ribu per orang.

Rindu ke Karimunjawa

Selain menyimpan hamparan terumbu karang yang indah, putihnya pasir pantai di puluhan gugusan pulau Karimunjawa juga menjadi tempat pendaratan penyu betina untuk meletakkan telurnya.

“Ada dua jenis penyu yang ditemukan bersarang di Karimunjawa, ada penyu hijau (Chelonia Mydas) dan penyu sisik,” kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah 2 Karimunjawa Sutris Harianta, Minggu, 5 April 2015.

Dari 22 pulau yang masuk kawasan Taman Nasional Karimunjawa, 12 pulau di antaranya tercatat sebagai lokasi pendaratan dan bersarangnya dua jenis penyu yang dilindungi.

Pulau Sintok, Krakal Kecil, Bengkoang dan Menjangan adalah beberapa pulau yang paling banyak ditemukan sarang penyu. “Setidaknya ada 1000 sarang yang tersebar acak di pulau itu. Satu sarang berisi antara 150 hingga 250 butir telur,” katanya.

Satwa purba yang memiliki motif menarik pada cangkang luarnya atau karapaks itu, diketahui telah lama menjadikan kepulauan Karimunjawa sebagai salah satu titik untuk bersarang, lantaran jenis pantai yang landai dan tak berbatu.

Taman Nasional pun melakukan sejumlah upaya untuk melestarikan spesies yang masuk dalam daftar terancam punah dan terlarang untuk ditangkap ataupun dijual belikan dalam keadaan hidup atau mati.

“Sejak 2003 kami melibatkan penduduk untuk ikut melestarikan penyu ini. Awalnya banyak yang belum tahu jika penyu masuk dalam daftar dilindungi. Perburuan penyu dan telur penyu berlangsung secara terbuka,” tutur Sutris.

Barisan tukik merayap menuju lautan di Pantai Nirwana Pulau Karimunjawa

Kini Makin Mudah Menjelajahi Eksotisme Karimunjawa

Motivasi ekonomi menjadi alasan perburuan penyu di Malang. Karapaks (cangkang luarnya) yang unik sering diolah menjadi berbagai bentuk kerajinan tangan, sedangkan daging dan telurnya dijual untuk konsumsi. Daging dan telur penyu dipercaya berkasiat meningkatkan kejantanan pria. Sedangkan berbagai kerajinan dari karapaks penyu dihargai cukup mahal lantaran unik dan menarik.

Taman Nasional pun merangkul warga setempat dalam kelompok pelestari pentu. Caranya, dengan melibatkan penduduk untuk berfungsi sebagai petugas konservasi penyu. Penduduk yang berprofesi sebagai nelayan diminta untuk memberikan informasi pada petugas Taman Nasional.
 
Nanti, petugas akan datang ke lokasi dan memindah telur penyu untuk ditetaskan di Penetasan Semi Alami yang sebelumnya ada di Pulau Menjangan Besar. Untuk nelayan yang melapor, disediakan hadiah Rp150 ribu - Rp200 ribu sebagai salah satu cara memotivasi.

Pengalaman Berlibur ke Karimunjawa

“Itu tergantung jauh dekatnya pulau tempat ditemukannya sarang. Bagi kami, cara ini lebih efisien daripada harus berpatroli keliling puluhan pulau yang menghabiskan banyak bahan bakar dan tenaga,” kata Kuswadi, Pengendali Ekosistem Hutan, Taman Nasional Karimunjawa.

Upaya itu mulai berlangsung secara berkelanjutan sejak 2005. Kini, menurutnya ada sekitar 40 anggota Kelompok Pelestari Penyu binaan Taman Nasional. Telur penyu yang diambil dari sarang akan ditetaskan di penetasan semi alami.

Telur diletakkan dalam ember plastik yang dilubangi sisi-sisinya dan ditimbun dengan pasir laut. Telur akan menetas paling sedikit sekitar 40 hari. Tukik penyu akan dilepas kembali ke laut setelah menetas. “Kami pindah telur untuk mencegah pencurian telur oleh manusia atau predator alami yang lain,” katanya.

Hasilnya, meskipun belum ada survei pasti, tentang jumlah individu penyu yang bersarang di Karimunjawa, namun jumlah sarang setiap tahun mengalami pasang surut dengan kecenderungan bertambah banyak setiap tahun.

Jika main ke Taman Nasional Karimunjawa, Anda akan melihat bahwa warga setempat, juga ikut menetaskan telur penyu dengan sepengetahuan petugas tentunya.

Salah satunya adalah Satmoko, 54 tahun. Pelestari penyu itu punya penetasan semi alami yang ada di Pulau Karimunjawa sejak tujuh tahun terakhir. Jika menetas, penyu akan dilepas kapan pun dibutuhkan.

“Kalau menetas ya dilepas, kalau wisatawan yang ingin melepas tukik juga kita tampung. Ada donasi Rp10 ribu, itu untuk biaya pengganti upaya konservasi. Karena biayanya juga cukup banyak dan harus ditanggung sendiri,” katanya.

Pria yang juga mengelola sejumlah penginapan di Karimunjawa itu menyebut, saat ini kepedulian penduduk Karimunjawa terhadap penyu meningkat. Meskipun, praktek perdagangan penyu menurutnya masih terjadi dalam jumlah kecil.

“Namanya penduduk, ada yang nakal dan ada yang tidak. Biasanya, daging penyu itu dikonsumsi kalau ada hajatan. Daging dimasak rica-rica teman minum arak dan alkohol untuk tambur,” kata pria yang kerap disapa Moko. Harga satu ekor penyu, menurutnya mencapai Rp200 ribu untuk berat penyu hingga 20 kilogram.

Meskipun, praktek itu kini sudah jarang terjadi. Penyembelihan penyu juga dilakukan tertutup dan berlangsung di tepi pantai, jauh dari pusat kota di Karimunjawa.
“Kalau mau motong penyu ya di tepi pantai. Masuk ke kota sudah dalam bentuk daging dan cangkang. Dulu daging penyu dibakar atau disate, sekarang dimasak rica-rica agar tidak mencolok perhatian,” lanjutnya.



Moko yang mengaku sering mendapatkan penyuluhan dari petugas Taman Nasional bertutur banyak tentang siklus hidup penyu. Satwa yang menghabsikan sebagian besar hidupnya di samudra itu akan kembali ke tempat dia menetas untuk meletakkan telurnya.

Setelah bertelur, penyu dewasa akan kembali ke laut. Penyu akan bertelur setiap tiga hingga empat tahun sekali, dengan siklus bertelur sampai lima kali dengan interval setiap 14 hari sekali.

Dalam satu sarang, jumlah telur bervariasi antara 100 hingga 250 telur. Meskipun, data dari WWF menyebut dari 1000 ekor tukik yang menetas, hanya ada 1 ekor yang selamat dan hidup hingga dewasa.  “Kemungkinan hidup penyu sangat kecil. Ada banyak predator alam yang akan memangsa tukik ketika di laut,” katanya.

Padahal keberadaan penyu sangat vital bagi sebuah perairan. Keberadaan penyu dianggap indikator penting baik tidaknya sebuah perairan. Moko sendiri cukup bangga dengan ikut berupaya menetaskan dan melepaskan tukik kembali ke laut. Seperti halnya belasan wisatawan yang berdiri berjajar di pantai Nirwana, Pulau Karimunjawa kala senja.

Dengan cekatan, mereka mengikuti instruksi petugas Taman Nasional untuk mengambil tukik dan melepaskannya di tepi pantai berpasir. Kemanapun kepala tukik dihadapakan, dia akan berputar kembali, untuk merayap dengan cepat ke arah cakrawala, secara alami.

![vivamore="
Baca Juga
:"]



[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya