Kisah Haru Wanita Penjelajah 53 Negara

Lauren Juliff
Sumber :
  • Facebook Lauren Juliff
VIVA.co.id
5 Bukti Kepribadian Menentukan Tempat Berlibur Anda
- Empat tahun yang lalu, Lauren Juliff sedang berjuang melawan gangguan makan, kecemasan yang parah dan baru saja berpisah dengan pacarnya.

Menikmati Liburan Nyaman di Kapal Pesiar

Namun, penyakitnya dan rasa sedihnya justru memberikan kekuatan dan semangat hidup baru. Dilansir dari
Menyusuri Sungai Cigenter, 'Amazon' di Ujung Kulon
Daily Mail saat ia merasa terpuruk, ia justru mengambil keputusan mengejutkan.

Wanita berusia 26 tahun itu memutuskan untuk berkeliling dunia. Dan, ia pun berhasil. Selama hidupnya ini, dia telah mengunjungi 53 negara di lima benua dan telah memiliki blog yang kini berubah menjadi sebuah buku yang berjudul "How Not to Travel The World".

Saat Lauren memutuskan untuk pergi, banyak yang meragukan keputusannya. Dia mengumumkan untuk berhenti dari pekerjaannya agar bisa berpergian. Saat itu, banyak dari teman-temannya mengira dia tidak akan bertahan lama, karena dia memiliki penyakit serangan panik yang di deritanya.

Saat mulai berpergian, dia bahkan hampir ketinggalan pesawat pertama menuju Kroasia. Tidak hanya itu, dia juga mengalami hal tak mengenakkan, seperti dirampok, ditipu bahkan diserang hingga jatuh ke kolam penuh lintah. Dia juga kehilangan laptop seharga £ 1.000. Laptop dan kamera dan hampir mengalami kecelakaan sepeda motor setelah dia mengalami gagal rem di atas bukit.


Saat berada pada sebuah kapal di Laos, Lauren menyaksikan langsung bagaimana seorang wanita meninggal akibat malaria. Selama enam jam dia duduk di sebelah wanita tersebut sebelum kapal merapat di pelabuhan berikutnya.


Baginya dua bulan pertama perjalanan keliling dunianya begitu traumatis. Wisatawan itu mulai mendokumentasikan semuanya pada sebuah blog yang dia bentuk untuk tetap berhubungan dengan teman dan keluarganya.


"Saya tidak pernah berpergian sendirian, bahkan perjalanan akhir pekan pun tidak pernah sendiri. Aku tidak tahu bagaimana hal ini dapat bekerja. Ketika saya pertama kali terbang ke luar negeri yang saya pikir oh Tuhan, aku di bandara, bagaimana saya melakukan ini?,"ujarnya.


Banyak yang meragukan Lauren. Tapi dia justru tidak menghentikan keputusannya untuk pergi. Sekalipun keluarga dan teman-temannya khawatir tentang dia. Tapi hal itu dapat membantu mengatasi beberapa ketakutannya yang mendalam.


"Pada awalnya saya berpikir akan pulang cepat. Saya pikir, mengapa aku menghabiskan semua uang untuk memiliki semua hal-hal yang mengerikan terjadi pada saya."


"Tapi setelah empat atau lima bulan saya menyadari itu memiliki efek yang baik pada saya. Aku berjuang dengan pikiran rasional pada skenario terburuk. Mencoba keluar dari zona kenyamanan saya membantu saya dapat mengatasi kecemasan dan berhenti khawatir," kata Lauren.


Lauren mulai menyadari sesuatu yang lain juga, dia mendapat dukungan dari para pembaca blog-nya yaitu neverendingfootsteps.com.


Menurut Lauren pembaca blog nya merupakan pemandu sorak terbesar. Dia juga menjelaskan jika sesuatu yang mengerikan terjadi, maka mereka akan berkomentar mengatakan jangan khawatir, Anda bisa melakukannya.


Setelah berjuang dengan masalah makan seumur hidup, Lauren merasa berat badannya bertahan dengan sebuah apel dan pir pada titik terendah, dia juga menemukan cinta baru pada makanan.


"Saya sangat pemilih, sebelumnya saya tidak pernah makan nasi, tapi hal itu menarik saya saat ke Asia untuk pertama kalinya. Aku terus mencoba hal-hal baru dan saya kagum bahwa banyak makanan yang lezat dimana sebelumnya saya mengintimidasinya."


Sejauh ini dia sudah menempuh jarak 130.927 mil pada 53 negara dan 1.388 hari di jalan, tapi Lauren mengatakan bahwa saat ini dia senang dengan hidupnya dan tidak memiliki rencana untuk menyerah dalam waktu dekat.


Dalam perjalanan ini dia telah menemukan kekasih baru yaitu seorang warga Selandia Baru bernama Dave yang memiliki blog sendiri.


Sekarang ini pasangan tersebut melakukan perjalanan dunia bersama-sama. Memutuskan akan pergi  beberapa minggu dan menghabiskan waktu lebih lama di setiap lokasi untuk mengeksplorasi.


Setelah sudah enam bulan berjalan, Lauren mulai mendapatkan uang dari blognya dan memutuskan untuk terus bepergian tanpa batas. Awalnya dia tidak menyangka akan mendapatkan cukup uang karena  untuk ke Asia Tenggara memerlukan dana sekitar £ 500 per bulannya.


"Saya pikir itu baik, saya tidak harus pulang sekarang karena saya sedang  melakukan perjalanan tanpa batas. Saya memiliki semua kebebasan ini, saya tidak ingin kembali untuk bekerja dan tinggal di satu tempat," katanya.


Perjalanan dua sejoli ini tidak melulu pada kehidupan pantai dan relaksasi. Lauren dan Dave menghabiskan banyak waktu di blog mereka, mendokumentasikan perjalanan mereka dan memberikan nasihat, tapi berhasil mengkombinasikannya dengan bersenang-senang juga.


Lauren mengatakan bahwa dia tidak benar-benar memiliki rencana. Dia hanya melihat bagaimana ia merasa siap untuk berhenti bepergian pada perjalanan. Dia juga lebih suka tinggal selama tiga bulan di tempat yang baru daripada tiga hari, jadi dia bisa mengenal kota dan memperbanyak teman-teman.


Sewaktu di Belanda dia telah menyelesaikan bukunya, yang akan dirilis pada bulan Agustus tahun ini. Kemudian saat ini, mereka juga sedang merencanakan langkah selanjutnya.


Lauren menjelaskan bahwasanya dia dan Dave cukup santai saat memutuskan perjalanan berikutnya. Mereka akan pergi dengan senang hati jika ada orang lain yang menyarankan.


"Kami mencoba dan mencampurnya setengah-setengah, mengunjungi tempat-tempat baru atau kembali ke tempat favorit kami."


Lauren pun mengaku sangat ingin menjelajahi Eropa, Lithuania dan Latvia. "Karena saya tahu semua tentang mereka. Saya belum pernah ke Amerika Selatan atau Antartika dan saya ingin pergi ke kedua tempat itu," ujarnya.


Rencananya Lauren akan kembali dan berkumpul bersama keluarga kecilnya dalam waktu dua tahun sekali. Tahun lalu dia pulang untuk merayakan Natal dan kemudian pulang kembali untuk mengejutkan ibunya saat berulang tahun.


Menurut Lauren awalnya keluarganya benar-benar takut karena mereka tidak tahu siapa pun yang akan bepergian dengannya dan berpikir bahwa hal itu tidak aman dengan semua insiden yang dia alami.


Namun, kini Lauren terlihat berubah sudah tidak lagi menjadi pemalu dan mudah cemas, sekarang ia kembali santai dan tenang. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya