Cara Seoul Sulap Sungai Kumuh Jadi Kawasan Wisata

Kali Cheonggyecheon, salah satu tujuan wisata favorit di Kota Seoul, Korea Selatan.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Fajar Sodiq

VIVA.co.id - Pemerintah Kota Metropolitan Seoul, Korea Selatan, berhasil menyulap bekas lokasi jembatan layang menjadi sungai yang cukup indah. Cheong Gye Cheon atau Sungai Cheong Gye itu kini menjadi obyek wisata menarik bagi wisatawan yang mengunjungi ibu kota negeri Ginseng tersebut.

Ratusan wisatawan silih berganti turun ke jalur pedestrian, yang terdapat di samping kiri dan kanan sungai. Mereka ramai-ramai berfoto untuk mengabadikan lampu-lampu hias nan cantik yang terpasang di atas aliran sungai tersebut.

Sungai yang melintasi pusat kota Seoul sudah ada sejak jaman Dinasti Josen. Sungai itu diperkirakan sudah melintasi ibu kota Hanyang (Seoul) sejak 600 tahun silam. Namun karena kondisi sungai kecil dan terlihat kumuh serta kotor menyebabkan pemerintah kota metropolitan Seoul memutuskan membangun jembatan layang di atas sungai tersebut pada tahun 1960.

Jembatan layang dibangun untuk mengakomodir semakin banyaknya moda traposrtasi mobil pribadi yang digunakan masyarakat kota itu. Sayangnya, itu justru menyebabkan lingkungan sekitar, yang menjadi pusat perdagangan makin tak kodusif. Bahkan, polusi udara dan suara meningkat.

Munculnya kondisi yang sangat mengganggu itu memunculkan rencana pemerintah melakukan restorasi sungai, yang dikenal dengan istilah Cheong Gye Cheon Restoration. Gagasan itu awalnya tidak berjalan mulus karena mendapat protes dan aksi unjuk rasa para pedagang serta lembaga swadaya masyarakat (LSM).

Namun setelah melakukan pertemuan dan pendekatan dengan pihak yang menolak langkah tersebut, akhirnya pada Juli tahun 2003, proyek restorasi Cheong Gye Cheon dimulainya.
 
Jalan layang sepanjang 5,84 kilometer itu perlahan mulai dirobohkan. Dengan memanfaatkan teknologi canggih, pembongkaran jalan layang tidak menimbulkan kebisingan serta polusi debu yang mengganggu masyarakat maupun para pedagang yang tinggal di sekitarnya.

Ide melakukan proyek restorasi sungai Cheong Gye Cheon diiniasi oleh Wali Kota Seoul saat itu, Lee Myung Bak. Bahkan sejak awal kampanye pencalonannya sebagai Wali Kota Seoul, mantan CEO Hyundai itu telah mengampanyekan proyek restorasi aliran sungai kecil tersebut.

Setelah sempat menjadi wali kota, ia pun terpilih menjadi Presiden Korea Selatan ke-10 pada periode 2008-2013.

"Lee Myung Bak merupakan Wali Kota Seoul yang visioner. Proyek restorasi Cheong Gye Cheon dilakukan untuk mengembangkan sungai kecil itu menjadi daya tarik Seoul. Jalan layang dibongkar karena kondisinya sudah tidak bagus," kata Choi Sung Jin, salah satu petugas pengelola proyek Cheong Gye Cheon di Seoul.

Selain membongkar jalan layang, pemukiman kumuh di sekitar sungai juga ikut ditertibkan. Bahkan, para pedagang yang sudah lama menjajakan dagangannya di kawasan pinggiran sungai juga ikut direlokasi ke sebuah bangunan stadion olah raga yang tak terpakai.

"Mereka ditertibkan, dipindah ke stadion supaya para pedagang tetap bisa berdagang," ujarnya.

Pembangunan proyek restorasi sungai itu membutuhkan waktu selama 2,3 tahun. Pembangunan meliputi, perbaikan aliran sungai serta menata kawasan kiri dan kanan aliran sungai dengan dibangun pedestrian atau jalur pejalan kaki.

Restorasi itu berhasil meningkatkan tata kota dan kualitas hidup. Tata kota menjadi ramah lingkungan.

"Setelah pembangunan proyek restorasi Cheong Gye Chon selesai maka pemerintah kota metropolitan Seoul meresmikan restorasi sungai pada 1 Oktober 2005," ungkapnya.

Aliran air sungai Cheong Gye itu terlihat cukup bersih. Untuk mengaliri sungai, pemerintah kota metropolitan menyediakan air sebanyak 152.000 ton yang dialirkan ke sungai kecil itu. Sedangkan ketinggian air dipasang sekitar 40 sentimeter.

"Dalam menyediakan air bersih yang dialirkan ke sungai tetap dilakukan filterisasi supaya air terlihat bersih dan tidak kotor," jelas Sung Jin.

Tak hanya soal air saja, untuk memelihara ekologi di aliran sungai juga digunakan teknologi canggih supaya ikan dan ekosistem sungai bisa lestari.

"Lingkungan hidup di sungai itu tetap diperhatikan untuk melestarikan mahkluk yang hidup ataupun tumbuh di aliran sungai serta sekitar sungai tersebut," paparnya.

Untuk memanjakan warga melihat keindahan sungai tersebut, pemerintah kota Seoul juga membangun sebanyak 22 jembatan yang melintas di atas aliran sungai. Sebanyak tujuh jembatan merupakan jalur khusus penyeberangan bagi pejalan kaki.

"Jembatan itu sangat cocok untuk melihat pemandangan yang indah di sungai tersebut," ujar dia.

Menikmati Liburan Nyaman di Kapal Pesiar

Wisata Korea Selatan
 
Sedangkan untuk mempercantik kawasan sungai di malam hari, pihaknya juga memasang alat penerangan di aliran sungai. Dengan begitu, warga pun tetap bisa menikmati suasana sungai di malam hari. Bahkan, banyak kegiatan hiburan dilakukan di sekitar aliran sungai, seperti panggung hiburan menyanyi dan aneka hiburan lainnya.

"Adanya penataan sungai tersebut, kini sungai menjadi lebih cantik dan banyak dikunjungi wisatawan yang sedang berwisata ke Seoul," tuturnya.

Meskipun awalnya banyak penolakan yang dalam pembangunan proyek restorasi itu, namun kini banyak yang takjub dengan hasil penataan itu.

Sementara dampak pembongkaran jalan layang, pemerintah pun mencoba berupaya memindahkan para pengguna kendaraan mobil pribadi beralih ke moda transportasi umum. Untuk itu, pemerintah pun menyediakan berbagai layanan angkutan massal yang terintegrasi, seperti subway, MRT, kereta dan bus.

"Memang sejak awal pemerintah berharap dengan kebijakan restorasi sungai itu bisa mengurangi penggunaan mobil pribadi supaya beralih menggunakan angkutan umum. Karena ketika masih ada jembatan layang itu sangat padat dengan kendaraan pribadi dan terjadi kemacetan," paparnya.

Kini dengan keberhasilan restorasi sungai kecil itu, pusat kota lebih ramah lingkungan. Bahkan, suhu udara yang dulunya sekitar 35 derajat celcius, turun menjadi 32 derajat celcius.

"Adanya hasil yang positif itu menyebabkan warga kian senang dengan sungai itu. Dulu yang awalnya hanya ada tiga jenis ikan, kini bertambah menjadi 14 jenis ikan yang hidup di sungai," tandasnya. (ren)

5 Bukti Kepribadian Menentukan Tempat Berlibur Anda

Tempat berlibur petualang tentu berbeda dengan yang suka santai

img_title
VIVA.co.id
7 Agustus 2016