Rumah Pahlawan HOS Tjokroaminoto, Bagaimana Kondisinya Kini?

Rumah pahlawan HOS Tjokroaminoto
Sumber :
  • Viva.co.id/Nur Faishal

VIVA.co.id – Rumah mungil itu berada di perkampungan padat di Jalan Peneleh Gang VII Surabaya, Jawa Timur. Menuju ke sana, sebuah gang selebar satu unit mobil menjulur masuk dari tepi jalan beraspal satu jalur. Di mulut gang, sebuah papan panah berdiri dengan tulisan besar: RUMAH HOS TJOKROAMINOTO.

Isi Libur Lebaran, Yuk Jelajahi Sejarah Islam dengan Cara Seru dan Edukatif

Tjokroaminoto bernama lengkap Raden Haji Omar Said Tjokroaminoto, lahir di Ponorogo pada 16 Agustus 1882. Ayahnya adalah R.M. Tjokroamiseno, seorang pejabat pemerintahan pada saat itu. Kakeknya, R.M. Adipati Tjokronegoro, pernah menjabat sebagai Bupati Ponorogo. 

Tjokroaminoto adalah guru dari sejumlah tokoh besar yang mewarnai masa-masa awal perjuangan kemerdekaan, seperti Soekarno alias Bung Karno, Tan Malaka, Semaun, Alimin, Muso, dan Kartosuwiryo. Tjokroaminoto mendirikan organisasi pertama di Indonesia, yakni Sarekat Islam. Dia anti penjajahan.

Rekomendasi Wisata Anti-Mainstream di 5 Tempat Kelahiran Pahlawan Nasional

Di rumah Jalan Peneleh itulah pemikiran dan pergerakan Tjokroaminoto bersemi. Berkunjung ke rumah bercat hijau itu VIVA.co.id menilai bahwa rumah tersebut jauh lebih terawat dibandingkan rumah-rumah kuno lainnya yang berada di kampung lawas tersebut.

Kendati terhimpit di tengah bangunan kuno berasitektur Eropa, rumah Tjokroaminoto lebih kental berbentuk rumah kuno Indonesia. Atapnya cungkup. Rumah itu berdiri sekira luas 1,5 lapangan badminton. Di bagian depan, sebuah pagar kayu berwarna hijau setinggi kira-kira setengah meter berdiri.

7 Tujuan Wisata untuk Mengenang Sejarah Indonesia, Wajib Dikunjungi

Rumah itu terbagi lima bagian. Bagian depan adalah teras, lalu ruang tamu, ruang istirahat, ruang kerja, kamar indekos, dan bagian belakang rumah makan. Sekilas dari luar, rumah Tjokroaminoto hanya satu lantai. Tetapi sebetulnya ada ruangan lebar di bagian atap yang juga digunakan sebagai indekos.

Di bagian depan, rumah terbagi jadi dua ruangan. Di sisi kanan adalah ruang tamu, sementara di sisi kiri dipakai untuk kamar tidur Tjokroaminoto. Kini, ruangan itu tanpa sekat. "Dulu ada sekatnya," kata Fauzi, petugas jaga Rumah Tjokroaminoto dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surabaya.

Di bagian tengah kanan adalah ruang kerja Tjokroaminoto. Di bagian dinding, sebuah poster berpigura dengan tulisan PSII di tengah huruf Arab dengan formasi bulan-bintang menempel. PSII adalah singkatan dari Partai Sarekat Islam Indonesia. "Kalau lambang SI pertama tidak ada di sini," tandas Fauzi.

Bagian tengah sisi kiri adalah dua kamar indekos, menyambung dengan kamar tidur Tjokroaminoto di depan. Di belakang sisi kanan, sebuah tangga besi menjulur ke lubang pintu di atap. "Di atas itu kosnya Bung Karno," kata Yanuar Firmansyah, rekan Fauzi dari Disbudpar.

Berdasarkan pengamatan, ruang indekos Bung Karno berlantai kayu jati. Luasnya sekira lebar dua kali lapangan tenis meja. Langit-langit kamar berbahan anyaman. Dulunya, kata Yanuar, ruangan itu tersekat jadi enam kamar. "Di antaranya kamar Bung Karno," ucapnya.

Rumah itu bukan sekadar tempat berteduh dan istirahat. Tetapi juga tempat Tjokroaminoto dan tokoh pergerakan lain berdiskusi ilmu pengetahuan dan pemikiran kebangsaan. Di ruang tamu mereka biasanya berdiskusi. Sementara di belakang, Bung Karno dan teman indekos biasa makan sambil diskusi.

Yanuar menjelaskan, rumah Tjokroaminoto juga menjadi kantor pusat Sarekat Islam, organisasi pedagang Muslim yang didirikannya. Rumah itu juga menjadi kantor surat kabar yang dikelola Tjokro kala itu, Oetoesan Hindia. "Dulu percetakannya di depan itu," katanya, sembari menunjuk sebuah rumah kuno di dekat rumah Tjokroaminoto.

Berdasarkan catatan sejarah, papar Yanuar, Tjokroaminoto menempati rumah tersebut sejak 1907 sampai 1921. Rumah itu kemudian dijual kepada keluarga keturunan Tionghoa. "Tahun 1950, orang China itu ceritanya mau pulang ke negaranya, perkumpulan keturunan Tionghoa lalu menyerahkan rumah ini ke Pemkot," tandasnya.

Rumah tersebut kini jadi Museum Tjokroaminoto. Foto dan beberapa benda peninggalan guru para pejuang kemerdekaan itu ada di sana. Siapapun yang ingin berkunjung tidak dipungut biaya alias gratis. "Setiap bulan rata-rata 300-an pengunjung datang ke sini. Ada juga orang luar negeri yang datang, tapi tidak banyak," ujar Yanuar.

Rumah Tjokroaminoto adalah satu di antara sedikit bangunan cagar budaya di Surabaya yang dikuasai Pemkot. Banyak bangunan saksi sejarah yang masih dimiliki swasta karenanya sulit dipugar dan dikembangkan sebagai destinasi wisata sejarah. "Rumah tempat kelahiran Bung Karno di Jalan Pandean Gang IV masih milik perseorangan," tandas Yanuar.
 

Rumah pahlawan HOS Tjokroaminoto

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya