Al-Munawar, Kampung Sang Guru Agama Islam Sultan Palembang

Kampung Arab Al-Munawar
Sumber :

VIVA.co.id – Destinasi wisata di Palembang, Sumatera Selatan selain terkenal dengan kuliner, kota pempek itu juga memiliki wisata religi. Salah satunya adalah kampung Arab Al-Munawar yang terletak di RT 24, RW 02, Kelurahan 13, Kecamatan Seberang Ulu 1.

Aceh Ramadhan Festival Tawarkan Perjalanan Spritual Tradisi Budaya Aceh

Di kampung Al-Munawar, sangat terasa kental suasana Islami. Seluruh penduduk di sana berpakaian sopan, seperti menggunakan celana panjang bagi laki-laki dan memakai lengan panjang untuk perempuan. Di kampung itu setiap pengunjung yang datang tidak diperbolehkan memakai pakaian yang sedikit terbuka.

Jika ada kaum adam memakai celana pendek, petugas keamanan kampung Al-Munawar akan memberikan kain sarung untuk dipakai. Sementara, untuk perempuan memakai baju lengan pendek, atau celana pendek, diberikan selendang untuk menutupi aurat.

Insan PNM Berprestasi Dapat Apresiasi Pergi Wisata Religi Ke Yerusalem

"Memang di sini sudah peraturan, jika ada tamu harus memakai pakaian sopan. Baik perempuan atau laki-laki. Petugas sudah menyiapkan sarung untuk laki-laki dan selendang untuk perempuan," kata Muhammad Kadir, 58, ketua RT setempat, Rabu 20 September 2017. 

Sejak diresmikan menjadi wisata Religi pada 11 Februari 2017, para warga di kampung Al-Munawar sempat khawatir akan banyak pengunjung yang tidak mematuhi aturan, terutama cara berpenampilan. Sehingga tradisi Islami yang ada akan tergerus oleh pengunjung. Namun, setelah sosialisasi peraturan terus diterapkan, pengunjung dapat mematuhinya.

Bakal Ada Tempat Wisata Baru di Majalengka, Namanya Kertajati Umrah Park

Kampung Arab Al-Munawar, Palembang

"Akhirnya ketakutan warga tersebut, dapat dijalankan. Pengunjung yang datang dapat memaklumi. Karena memang selama ini di kampung kami harus berpakaian sopan," ujarnya.

Memasuki kampung Al-Munawar, para wisatawan disuguhi dengan delapan rumah kuno yang sudah berusia 300 tahun. Ada delapan rumah kuno di daerah tersebut, yakni rumah limas Gudang, yang dihuni oleh Hafsa keturunan ke lima, rumah Indis (India-Belanda) yang ditinggali Ahmad Alkap keturunan ke empat.

Dua rumah kembar darat tipe Eropa yang dihuni Kalsum Al-Hadi, dua rumah kembar laut tipe eropa yang dihuni Ahmad dan Alwi dan rumah tengah tipe Eropa yang kini dijadikan sekolah dasar Ibtidaiyah AL-Kautsar. 

"Delapan bangunan itu bentuknya masih asli dan terbuat dari kayu unglen, tembesu serta merawan. Di sini ada 65 kepala keluarga dan 250 warga. Semuanya adalah keluarga dari suku Al-Munawar," kata Ahmad, sapaan akrab ketua RT tersebut. 

Dalam satu hari, setidaknya sekitar 100 pengunjung datang ke kampung Al-Munawar. Sementara, pada Sabtu-Minggu dan hari besar 500 pengunjung dapat memadati kampung Al-Munawar.

"Sabtu-Minggu biasanya wisatawan dari luar Sumsel yang datang. Mereka ingin melihat kehidupan warga keturunan Arab di Palembang,” tuturnya. Jika penasaran berkunjung ke sini, tiket masuk sangat terjangkau. Anda cukup membayar Rp3.000 untuk bisa mengelilingi Kampung Al-Munawar.

Sejarah kampung

Pada catatan sejarah keturunan suku Al-Munawar, pada 400 tahun lalu pada  Kesultanan Palembang Darussalam yang dipimpin Sultan Mahmud Badaruddin 1 datanglah Habib Abdurahman bin Muhammad Al-Munawar daru suku Almunawar dari Yaman, bersama beberapa keluarganya.

Sebelum datang ke bumi Sriwijaya, Habib Abdurahman, terlebih dulu singgah ke negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura untuk bersyiar. Setelah selesai syiar di sana, dia pun  datang ke Palembang melewati Pulau Bangka.

Sultan Mahmud Badaruddin 1 yang mendengar syiar yang disebarkan Habib Abdurahman, akhirnya terdengar hingga ke Sultan SMB 1. Habib Abdurahman dipanggil, untuk mengajarkan Islam lebih mendalam kepada Sultan.

"Setelah itu, kakek buyut saya itu tinggal di sini dan menikah dengan orang Palembang bernama Masayu Bariah. Sehingga wilayah di sini dinamakan kampung Al-Munawar," tutur Kadir.

Seiring berkembangnya waktu, sampai sekarang tak seluruh penduduk di sana merupakan suku Al-Munawar. Setidaknya sudah ada  beberapa suku Arab yang menetap di sana, yakni, suku  Asegaff, Alkab, Haddad dan  Al-Habsyi. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya