Jejak Jemaah Haji di Balik Semak Belukar Pulau Rubiah

Kondisi bangunan Karantina Haji di Pulau Rubiah.
Sumber :
  • Dani Randi (Banda Aceh)

VIVA – Berbicara tentang Sabang, Aceh, bukan hanya bercerita tentang keindahan bawah lautnya yang sudah terkenal secara mendunia. Begitu juga dengan keberadaan Tugu Nol Kilometer Indonesia atau pelabuhan alamnya yang menjadi primadona bagi kapal-kapal luar negeri yang ingin masuk ke Aceh.

Syekh Al Sudais Himbau Jemaah Untuk Fokus Ibadah dan Kurangi Berfoto-foto Saat di Tanah Suci

Namun, selain itu ternyata Sabang menyimpan banyak sekali lokasi jejak sejarah penting yang patut dikunjungi. Salah satunya yang berada di Pulau Rubiah.

Pulau ini begitu terkenal pada tahun 1920, karena di pulau inilah berdiri tempat karantina jemaah haji yang pertama kali ada di Indonesia. Tempat ini dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda.

Beri Proteksi Calon Jemaah Haji, Kemenkes Sediakan Vaksin Wajib dan Sunah

Pulau Rubiah, sebenarnya hanya  pulau kecil yang terletak persis di depan Pantai Iboih. Tempat biasanya para wisatawan menikmati panorama bawah lautnya. Tapi hanya segelintir orang yang tahu kalau di pulau kecil itu ada bangunan bersejarah

Ketika Aceh masih merupakan daerah kesultanan, semua umat Muslim di Aceh, maupun dari Nusantara, harus melewati Pulau Weh, Sabang saat akan bertolak ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Bahkan, sebagiannya harus singgah dahulu di Pulau Rubiah.

Kemenag Imbau Masyarakat Tak Gunakan Visa Ziarah untuk Ibadah Haji

FOTO: Kondisi di dalam Karantina Haji di Pulau Rubiah.

Menariknya, pemerintahan Belanda yang menguasai Aceh kala itu, terpaksa membangun fasilitas karantina haji di pulau Weh karena alasan politis.

"Sebab, Pulau ini merupakan pulau terdepan jadi Belanda harus menjaganya dengan ekstra ketat. Ketika karantina haji belum ada dan pengurusan keberangkatan haji belum diatur Belanda, masyarakat Aceh ramai yang pergi haji melalui para saudagar atau hulubalang pemilik kapal-kapal besar," kata seorang pegawai Museum Sabang, Zulhelmi kepada VIVA baru-baru ini.

Dahulu pulau ini ramai dengan aktivitas warga, terutama di musim haji. Tapi sekarang, sungguh berbeda. Pulau Rubiah sangat sepi dan terkesan menyeramkan terutama di malam hari.

Bangunan karantina haji juga tak lagi terawat. Layaknya sebuah rumah tua yang sudah ditinggal mati penghuninya.

Saat VIVA mengunjungi karantina haji ini, bangunan nyaris tak terlihat lagi. Karena seluruh area sekitar bangunan sudah tertutup semak belukar dan tumbuhan liar. Kondisi bangunannya pun memprihatinkan. Sebagian besar bagian dinding dan langit-langit bangun mengalami kerusakan.

FOTO: Bangunan karantina haji di Pulau Rubiah yang tertutup semak belukar.

Persis di depan bangunan ini juga terdapat sumur tua dan bak penampungan air yang berukuran cukup besar. Bak air ini dibangun tahun 1900. Namun, kini bak air itu dipenuhi sampah dari pepohonan.

Persis di pinggir jalan setapak memasuki bangunan ini terdapat tugu museum yang bertuliskan 'Karantina Haji'. "Tempat itu (Karantina Haji) memang jarang dikunjungi, pengunjung kalau ke sini hanya pergi berenang," kata Ahmad, seorang pedagang di Pulau Rubiah.

Jika Anda berminat mengunjungi Pulau Rubiah, cukup dengan menaiki kapal cepat yang tersedia di sekitar Pantai Iboih di Kota Sabang. Dari pantai ini ke Pulau Rubiah hanya membutuhkan waktu pelayarana selama 45 menit saja.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya