Manuver Senyap AHY

Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma), Agus Harimurti Yudhoyono.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

VIVA – Agus Harimurti Yudhoyono menjadi salah satu nama yang jadi perhatian di tahun politik. Gagal di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017, putra sulung Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu masih eksis di kancah politik nasional.

AHY: Rakyat Mana yang Ingin Pemilu 2024 Ditunda?

Nama AHY dalam beberapa hasil lembaga survei masuk daftar kandidat calon wakil presiden potensial. Kader Demokrat itu disejajarkan dengan tokoh lain yang dinilai layak sebagai cawapres.

AHY yang saat ini menjabat Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat tengah gencar melakukan safari politik. Purnawirawan TNI berpangkat mayor itu sudah beberapa kali menemui Presiden Joko Widodo.

Kesal dengan PSI, Demokrat Minta Jangan Seret SBY

Safari berlanjut dengan menemui tokoh pimpinan parpol seperti Ketua Umum Golkar, Airlangga Hartarto, hingga Ketua Dewan Pembina Hanura, Wiranto.

Pergerakan AHY terus berlanjut dengan menemui kiai-kiai pimpinan pondok pesantren di Jawa Barat serta Jawa Timur. Tokoh Nahdlatul Ulama serta pimpinan Pondok Pesantren Tebuireng, Solahudin Wahid di Jombang, Jawa Timur, termasuk yang ditemui AHY.

Demokrat Nilai Sikap Jokowi soal Penundaan Pemilu Belum Tegas

Safari AHY bersambung ke Solo, Jawa Tengah. Kali ini, figur yang ditemuinya adalah putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka di gerai Martabak Kotta Barat, Transmart Pabelan, Sukoharjo, Senin malam, 9 April 2018. Pertemuan antardua pemuda ini berlangsung cair dan akrab.

Momen pertemuan antara AHY dan Gibran sebelumnya pernah terjadi di Istana Negara, 10 Agustus 2017. Saat itu, AHY berkunjung ke Istana untuk mengundang Jokowi hadir dalam peluncuran The Yudhoyono Institute.

Namun, pertemuan kedua di Solo terasa berbeda. Sebab, pertemuan ini di tengah dinamika jelang Pemilihan Presiden 2019. Selain itu, mengingat status Gibran adalah putra Jokowi.

Sementara itu, menjelang Pilpres 2019 terus memunculkan rumor terkait bursa cawapres untuk Jokowi. AHY masuk dalam salah satu nama tersebut.

AHY temui Jokowi di Istana Negara, beberapa waktu lalu.

Elite Demokrat menepis anggapan pertemuan dengan Gibran dikaitkan Pilpres 2019. Wakil Ketua Umum DPP Demokrat Roy Suryo mengatakan tak perlu berlebihan merespons momen akrab AHY-Gibran.

"Ya, kalau ketemu Mas Gibran di Solo kan sesama generasi zaman now wajar-wajar saja," kata Roy saat dihubungi VIVA, Selasa, 10 April 2018.

Baca: AHY Dapat Voucher Gratis Markobar Seumur Hidup dari Gibran

Roy menilai, pertemuan kedua putra tokoh nasional itu diibaratkan hanya pertemanan biasa. Begitu pun safari AHY dengan menemui pimpinan parpol dan kiai pondok pesantren sebagai bentuk silaturahmi.

"Soal kaitan cawapres, belumlah. Jangan dikaitkan," tutur Roy.

Elite Demokrat memang mengelu-elukan figur AHY. Putra SBY itu dinilai sebagai tokoh muda yang bisa menjadi pemimpin masa depan.

Wakil Sekretaris Jenderal DPP Demokrat Putu Supadma Rudana menilai kelayakan AHY yang potensial sebagai calon pemimpin.

AHY dianggap figur yang terbuka pada masyarakat. Hal ini bisa dilihat saat AHY keliling ke beberapa daerah.

Respons masyarakat dinilai antusias menerima kehadiran AHY. Pertemuan dengan Gibran merupakan tahap pertama safari di Jawa Tengah. Rencananya, selain Solo, AHY akan mampir ke 14 kabupaten/kota di Jawa Tengah.

"Kami melihat figur AHY sangat tepat memimpin Indonesia ke depan," kata Putu Supadma, kepada VIVA, Selasa, 10 April 2018.

Putra Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, berjabat tangan dengan Agus Harimurti Yudhoyono di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (10/8/2017).

Penilaian berbeda disampaikan Wakil Sekretaris Jenderal Hanura, Tridianto. Bagi politikus yang akrab disapa Tri itu, apa yang dilakukan AHY bukan sesuatu yang aneh.

Menurut Tri, pandangan yang disampaikannya ini karena bila ada kepentingan terkait posisi cawapres dari Jokowi pada Pilpres 2019.

"Ya itu hal yang biasa saja. Mungkin sedang pendekatan politik lewat cara-cara yang lebih non politik. Itu sih baik dan lebih halus caranya," kata Tridianto saat dihubungi VIVA, Selasa, 10 April 2018.

Baca: Demokrat Anggap AHY Pantas Jadi Calon Pemimpin Masa Depan

Tri menyindir SBY saat ini menginginkan putra sulungnya itu sebagai cawapres. Meskipun SBY sudah menepis menawarkan anaknya itu.

"Tidak mengurangi ngebetnya Pak SBY agar AHY jadi cawapresnya Pak Jokowi. Dan itu boleh saja, sah-sah saja, karena setiap orang tidak dilarang ingin jadi cawapres atau digandeng oleh Pak Jokowi," lanjut Tri.

Pesona Daya Tawar

Ketua Umum Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono membantah isu dirinya menyodorkan putranya, AHY sebagai calon wakil presiden dari Jokowi. Ia mengklarifikasi isu itu karena beberapa kali bertemu dengan Jokowi, tak pernah ada permintaan agar AHY dipertimbangkan sebagai cawapresnya.

SBY menyampaikan penjelasan ini karena pengalaman pernah menjadi presiden dua periode. Bagi dia, soal posisi cawapres tak bisa berdasarkan permintaan atau memaksa.

"Saya ini pernah jadi presiden, pernah jadi capres dua kali. Kalau dulu ketika saya sedang mempertimbangkan cawapres yang akan saya ajak untuk mendampingi saya, kalau ada yang memaksakan, meminta-minta, tolong jadikan cawapres, saya kan juga tidak happy, sama kalau sekarang ada yang meminta-minta kepada Pak Jokowi apalagi setengah memaksa, tentu Pak Jokowi juga tidak suka," tutur SBY, dikutip VIVA dalam akun Facebooknya, Sabtu, 31 Maret 2018.

Kemudian, ia menambahkan, pengalaman di dunia politik yang sudah lama sehingga paham etika politik. Oleh karena itu, menurutnya tidak mungkin melakukan tindakan seperti itu.

"Tidak mungkin, apalagi AHY itu anak saya sendiri, terus disodor-sodorkan untuk dipilih menjadi cawapres Pak Jokowi," kata SBY.

Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono

Pengamat politik Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai safari yang dilakukan AHY hanya upaya untuk menjaga elektabilitas. Menurutnya, pernyataan SBY yang membantah tawarkan AHY sebagai cawapres sebagai acuan penting.

"AHY sudah selesai pergerakan cawapresnya setelah SBY mengatakan tidak memaksakan AHY jadi cawapres Jokowi," kata Hendri saat dihubungi, Selasa, 10 April 2018.

Hendri menganalisis, safari AHY hanya untuk meningkatkan elektabilitas dirinya serta Partai Demokrat. Pesona daya tawar saat ini diperlukan untuk meningkatkan elektabilitas AHY. Namun, bukan untuk calon presiden melainkan kursi menteri.

"Pesona daya tawar ini tujuannya hanya jadi menteri. Elektabilitas AHY ini bisa saja untuk elektabilitas SBY dan Demokrat," papar Hendri.

Baca: Mereka yang Masuk Antrean Cawapres Jokowi

Secara kekuatan politik, AHY dianggap hanya memiliki dukungan dari loyalitas SBY. Dari manuver AHY dengan menemui sejumlah figur, ia melihat ada upaya tawar agar dipinang kubu Jokowi.

"Mereka ingin dipinang, dengan dipinang mereka bisa minta posisi," tutur Hendri.

Antrean dan Kompetensi

Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun mengatakan, peluang AHY untuk posisi RI-2 terbuka. Namun, tak mudah karena bursa cawapres Jokowi punya antrean panjang. Daftar cawapres Jokowi ini diisi nama-nama tokoh lebih senior.

"Ada Cak Imin (Muhaimin Iskandar) dari PKB, Romy (Romahurmuziy) ketum PPP, Airlangga Hartarto ketum Golkar. Panjang antreannya," ujar Rico saat dihubungi VIVA, Selasa, 10 April 2018.

Presiden Joko Widodo (kedua kiri) berjabat tangan dengan Ketua Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (kiri)

Secara rasional, bila memang Jokowi memilih AHY, pertanyaan yang akan muncul soal sikap koalisi parpol pendukung. Selama ini, Demokrat bersikap non blok dan tak ada di barisan pendukung Jokowi di pemerintahan.

"Bagaimana sikap parpol-parpol yang lama dukung Jokowi, tapi AHY yang dipilih. Itu saja dulu yang disikapi," kata Rico.

Baca: Menakar Peluang Gatot Jadi Capres

Kemudian, bila memang tujuannya untuk posisi cawapres, seharusnya gagasan yang dilontarkan AHY. Bukan hanya sosialisasi yang gencar ke beberapa daerah.

Gagasan solusi seperti cara menyelesaikan utang negara, menciptakan lapangan pekerjaan adalah yang dibutuhkan dan dilihat publik saat ini.

"Kalau bicara cawapres, itu menurut saya yang harus dilihat. Masalah persoalan ekonomi ini yang harus dipikirkan dengan tawaran solusi," sebut Rico.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya