Menakar Golkar Tanpa Trah Soeharto

Siti Hediyati Hariyadi atau Titiek Soeharto (kanan) bersama Tommy Soeharto (kiri) berkumpul di Partai Berkarya
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko

VIVA – Siti Hediati Hariyadi atau yang dikenal Titiek Soeharto menjadi sorotan dalam jagad politik setelah mengumumkan keluar dari Partai Golkar. Politikus yang menjabat Wakil Ketua Koordinator Pratama Dewan Pimpinan Pusat  Golkar itu memilih bergabung dengan Partai Berkarya.

Respon Agus Gumiwang soal Masuk Bursa Calon Ketua Umum Golkar

Keluarnya Titiek dari Golkar menarik karena mengikuti jejak adiknya, Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto. Status Tommy di Partai Berkarya adalah ketua dewan pembina sekaligus ketua umum.

Berkumpulnya putra putri Soeharto di Partai Berkarya menandakan ruh pemimpin Orde Baru di Golkar sudah tak ada. Tommy sendiri sudah lama mundur dari Golkar. Sebelum mendirikan Berkarya, putra bungsu Soeharto itu menginisiasi Partai Nasional Republik untuk Pemilu 2014. Namun, gagal lolos verifikasi parpol.

Isu Jokowi dan Gibran Gabung Golkar, Hasto PDIP: Politik Bukan Sekadar Elektoral

Mundurnya Titiek sebenarnya bukan hal mengejutkan bagi internal Golkar. Sebagian kader Golkar sudah mengetahui rencana mundur Titiek sejak sebelum bulan Ramadan.

Tanpa trah Soeharto, Golkar pun menjadi perhatian. Figur Soeharto dikenal sebagai salah seorang tokoh perintis Partai Golkar. Pengaruh trah Soeharto diakui Wakil Ketua Koordinator Pratama yang juga kolega Titiek, Bambang Soesatyo alias Bamsoet.

Respon Airlangga soal Jokowi Hingga Bahlil Mau Jadi Ketua Umum Golkar

Dua putri almarhum mantan Presiden Soeharto, Siti Hediati Hariyadi alias Titiek Soeharto (kiri) bersama Siti Hutami Endang Adiningsih alias Mamiek Soeharto (kanan)

Foto: Titiek bersama adiknya, Mamiek, berpose di depan gambar ayahnya, Soeharto.

Bagi Bamsoet, hengkangnya Titiek akan membuat Golkar kehilangan seorang politikus senior lantaran statusnya sebagai putri Soeharto. Apalagi, pendukung Golkar masih banyak yang mencintai Soeharto.

“Kami semua patut prihatin di Golkar, karena lagi kami kehilangan dukungan. Pendukung Partai Golkar itu masih banyak yang cinta Pak Harto," kata Bamsoet, Senin, 11 Juni 2018.

Baca: Alasan Titiek Soeharto Keluar dari Golkar

Suara sama disampaikan Ketua Koordinator Bidang Pemenangan Pemilu Sumatera DPP Golkar, Ahmad Doli Kurnia. Figur Titiek dinilai punya ikatan sejarah, ideologis, bahkan biologis dengan tokoh paling berpengaruh dengan Golkar era Orde Baru yaitu Soeharto.

Bagi Doli, alasan mundur Titiek dari Golkar akan menjadi catatan. "Sebagai partai politik, Golkar yang lahir dari dan untuk rakyat sejatinya akan terus memperjuangkan rakyat," ujar Doli kepada VIVA, Selasa, 12 Juni 2018.

Memori Soeharto

Pengamat politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio menilai keluarnya Titiek dari Golkar tak bisa disepelekan. Memang elektabilitas Golkar sulit digeser sebagai partai papan atas di Pemilu 2019.

Namun ada potensi suara yang tergerus. Penggemar Soeharto menjadi alasan peluang tergerusnya suara Golkar. Penggemar Soeharto ini melihat keberadaan trah Soeharto di Golkar.

Mantan Presiden RI, Soeharto (tengah).

Foto: Presiden RI ke-2 Soeharto.

Bagi dia, sejarah Golkar yang eksis selama Orde Baru dan besar sampai sekarang tak bisa dilepaskan dari jasa Soeharto.

"Ini enggak bisa dianggap remeh. Loyalis penggemar Soeharto itu masih punya memori, kenangan Orde Baru dan Soeharto masih punya suara ke Golkar," ujar Hendri kepada VIVA, Selasa, 12 Juni 2018.

Baca: Kebangkitan Trah Soeharto

Namun, di sisi lain, memang kenangan Soeharto sulit dijual kepada pemilih milenial yang punya angka besar di Pemilu 2019. Kendati demikian, seharusnya, Golkar bisa menjaga trah Soeharto di era pemilih sekarang.

"Ya, seharusnya dijaga karena tahun politik sekarang berat persaingannya. Apalagi dengan batas parliamentary threshold 4 persen," kata Hendri.

Golkar Must Go On

Meriah, Penutupan Munaslub Partai Golkar

Foto: Golkar saat Munaslub pada akhir 2017

Ketua Koordinator Bidang Pemenangan Pemilu Sumatera DPP Golkar Ahmad Doli Kurnia menekankan keluarnya Titiek tak akan terlalu berpengaruh terhadap Golkar. Ia menekankan, Golkar saat ini dan ke depan harus benar-benar mandiri. "Maju mundurnya Golkar akan ditentukan sendiri oleh pimpinan dan kader partai," jelas Doli.

Doli menyebut Partai Golkar sejak era Reformasi punya ciri dan tak bisa dikaitkan dengan stigma serta pengaruh masa lalu. Transformasi Golkar sebagai partai politik yang punya ciri khas harus terkonsolidasi secara utuh.

"Kami tetap menghargai sejarah yang tak bisa kami pungkiri. Tapi, Golkar must go on, menatap masa depan politik, demokrasi, dan Indonesia yang lebih baik," ujar Doli.

Direktur Eksekutif Lembaga Survei Nasional Median, Rico Marbun menyebut keluarnya Titiek berpeluang menggerus suara Golkar. Ia menilai keluarnya Titiek bertepatan dengan momentum transisi pergantian kepemimpinan Golkar. "Jelas keluarnya Titiek berpeluang menggerus suara Golkar," kata Rico kepada VIVA, Selasa, 12 Juni 2018.

Baca: Idrus: Titiek Soeharto Guyon Keluar dari Golkar

Dia menganalisis pasca keluarnya tokoh-tokoh Golkar dengan membentuk partai sendiri, suara Golkar belum pulih. Hal ini merujuk hasil Pemilu Legislatif 2009 dan 2014, Golkar tersisih di posisi dua. Ia menyebut keluarnya Wiranto dengan membentuk Hanura, kemudian Prabowo Subianto mendirikan Gerindra, lalu Tommy Soeharto dengan Nasrep berpengaruh terhadap suara Golkar.

"Munculnya partai sempalan dari mantan tokoh, suara Golkar sampai sekarang belum benar-benar pulih lagi," ujar Rico.

Keputusan mundur dari Golkar harus membuat Titiek merelakan statusnya sebagai anggota DPR. Titiek lolos sebagai anggota DPR periode 2014-2019, dari daerah pemilihan Yogyakarta. Ia saat itu meraih suara tertinggi dengan menyisihkan incumbent yang juga Ketua DPD Golkar Yogya, Gandung Pardiman.

Meski terhitung baru sebagai anggota DPR, Titiek pernah masuk bursa ketua umum dalam Munaslub Golkar, akhir 2017 lalu. Saat itu, Titiek memilih mundur sehingga Airlangga Hartarto melenggang mulus menjadi Ketum Golkar secara aklamasi. Titiek juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Golkar era kepemimpinan Aburizal Bakrie dan Setya Novanto.

Ketua Dewan Pembina sekaligus Ketua Umum Partai Berkarya Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto (kedua kanan)

Foto: Putra bungsu sekaligus pendiri Berkarya, Tommy Soeharto.

Berkah Berkarya

Rico melihat kepindahan Titiek ini justru memberikan keuntungan bagi Berkarya. Ia melihat pergerakan partai besutan Tommy ini serius ingin menembus parlemen pada 2019.

Selain ada sejumlah nama tokoh senior di internal partai, ada mantan politikus Golkar seperti Priyo Budi Santoso yang diplot sebagai Sekretaris Jenderal DPP Berkarya. Belum lagi ada kabar putri sulung Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana juga akan merapat ke Berkarya.

"Berkarya serius. Tommy tak ingin kegagalan Pemilu 2014 terulang," sebut Rico.

Baca: Berkarya Jual Kenangan Orba, Priyo: Soeharto Mirip Mahathir

Manuver Berkarya dengan mengandalkan trah Soeharto tak salah. Sebab sejumlah partai ada masing-masing trahnya. Ia menyebut PDIP ada trah Soekarno. Kemudian, Demokrat ada trah Susilo Bambang Yudhoyono yang terdapat pada Agus Harimurti Yudhoyono.

"Jadi kenapa tidak dengan trah Soeharto. Ini mungkin yang dipikirkan Titiek dan Tommy," ujarnya.

Namun, ia mengingatkan menjual kenangan Orba harus bisa menarik suara milenial. Saat ini, hampir setiap partai menargetkan merebut suara milenial. Bukan hal mudah bagi Berkarya bersaing dengan partai lain termasuk Golkar. "Tentu Partai Berkarya harus mampu merebut hati pemilih milenial. Pemilih yang tidak begitu familiar dengan nama Soeharto," tutur Rico. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya