Piala Dunia 2018, 'Kuburan' para Raksasa

Lionel Messi
Sumber :
  • REUTERS

VIVA – Perhelatan Piala Dunia 2018 semakin memasuki babak krusial. Kejutan demi kejutan pun hadir. Yang paling menyedot perhatian adalah tumbangnya sejumlah negara raksasa sepakbola.

Terpopuler: Philippe Troussier Mualaf, Timnas Portugal Keok dengan Cristiano Ronaldo

Pada babak penyisihan grup, juara bertahan Jerman sudah pulang duluan. Der Panzer yang punya skuat mentereng, tak mampu lolos ke babak 16 besar karena kalah bersaing dengan 'kuda hitam' Swedia dan Meksiko.

Memasuki fase gugur, publik kembali dibuat terhenyak. Pada hari pertama, dua tim besar kembali angkat koper, Portugal dan Argentina. Padahal, di sana ada dua pemain terbaik dalam satu dekade terakhir, Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi.

Lionel Messi Absen, Timnas Argentina Bantai Kosta Rika

Portugal dikalahkan Uruguay dengan skor 1-2. Sedangkan Argentina harus mengakui ketangguhan Prancis dengan skor 3-4.

Tak cukup sampai di situ, pada hari kedua, Tim Matador Spanyol yang menjadi juara dunia pada 2010 dan merebut Piala Eropa secara back to back pada 2008 dan 2012, juga ikut tersingkir.

Berkah Ramadhan untuk Ramadhan Sananta, Jumlah Golnya Lampaui Lionel Messi!

Negara yang kompetisinya menjadi salah satu kiblat sepakbola dunia tersebut disingkirkan tuan rumah Rusia melalui adu penalti. Untungnya, langkah serupa tak diikuti oleh juara dunia lima kali, Brasil, yang lolos ke perempatfinal usai melumpuhkan Meksiko.

Andres Iniesta bersama Timnas Spanyol di Piala Dunia 2018

Tentu ini menjadi fenomena unik. Bagaimana tim besar bisa pulang lebih awal, dan pada saat bersamaan mulai bermunculan kekuatan baru yang siap merajai panggung perhelatan akbar di Rusia?

Berbagai Faktor

Untuk turnamen singkat seperti Piala Dunia, memang akan selalu muncul kejutan. Tidak ada yang bisa memprediksi secara pasti kekuatan tim, entah itu yang bertabur bintang atau skuat dengan materi pemain ecek-ecek.

Namun, tetap saja ada faktor yang bisa dijadikan alasan atas kegagalan sejumlah tim, baik itu masalah teknis atau non-teknis. Contohnya Spanyol, secara tidak langsung dan sedikit banyak perpindahan tampuk pelatih ke tangan Fernando Hierro dari Julen Lopetegui, membuat rencana mereka berantakan.

Tim Matador memecat Lopetegui hanya beberapa saat sebelum kick off Piala Dunia. Federasi Sepakbola Spanyol kecewa karena sang pelatih diam-diam menerima tawaran menangani Real Madrid yang beberapa waktu lalu ditinggal Zinedine Zidane.

Media Spanyol ramai-ramai membahas isu tersebut. Publik pun sepakat, termasuk pelatih Timnas Indonesia yang merupakan warga negara Spanyol, Luis Milla.

"Kalau bicara soal Piala Dunia, jelas kita harus 100 persen siap dalam segi teknik, taktik, dan juga mental. Pergantian pelatih (di timnas Spanyol) dua hari sebelum Piala Dunia jelas menjadi sebuah kejutan yang sangat besar, bahkan menyakiti pemain," kata Milla.

Julen Lopetegui saat memimpin latihan Timnas Spanyol

"Saya tidak tahu secara jelas alasan pemecatan ini, tapi jika saya sebagai pemain, pasti sakit saat pelatih yang mendampingi sejak babak kualifikasi sampai dua hari sebelum laga pertama turnamen tiba-tiba diganti. Pastinya ini membuat situasi tidak ideal dan ini di luar kontrol pemain," jelasnya.

Lepas dari segala alasan tim-tim yang bertumbangan, ada sebuah fakta menarik terungkap. Rupanya, mereka yang gagal melaju tersebut adalah tim dengan penguasaan bola bagus saat bermain.

Hal yang agak kontras, mengingat penguasaan bola harusnya merupakan cermin sebuah tim dalam mendominasi sebuah permainan. Argentina, Jerman, dan Spanyol, merupakan tim dengan rata-rata ball possesion di atas 61 persen di setiap pertandingan.

Untuk kondisi itu, pelatih Uruguay, Oscar Tabarez, punya sedikit teori jawaban. Dia menilai, yang terjadi selama ini publik sudah salah berasumsi kalau penguasaan bola selalu berbanding lurus dengan peluang mencetak gol.

"Ini terkadang menjadi asumsi yang salah, menganggap ball possesion mengarah kepada peluang gol. Padahal, sebenarnya, ketika tidak banyak memegang bola, Anda bisa mengakali lawan dengan cara lain," ungkap Tabarez.

Pelatih Timnas Uruguay, Oscar Tabarez

Tabarez bisa berbicara demikian karena sudah membuktikan sendiri. Uruguay sampai ke perempatfinal berkat permainan solid di pertahanan. Mereka baru sekali kebobolan melawan Portugal dan selalu bermain secara pasti, menusuk langsung ke jantung pertahanan musuh dengan serangan balik cepat.

Kejutan Bakal Berlanjut?

Sekali lagi harus dicatat, dalam turnamen singkat kejutan akan selalu terjadi. Banyak hal di luar prediksi dan tidak masuk akal bakal menjadi kenyataan.

Hal tersebut tampaknya bakal terus berlanjut. Memasuki perempatfinal, pertarungan dipastikan kian sengit dan panas.

Tim-tim yang berlaga akan semakin percaya diri karena sudah mulai menemukan pakem permainan masing-masing. Faktor mental akan sangat berpengaruh dalam menentukan perjalanan tim.

Tapi, juga wajib diingat bahwa pengalaman tidak bisa dikesampingkan di ajang ini. Sehingga tidak salah ketika menyebut tim dengan jam terbang tinggi di Piala Dunia seperti Prancis dan Brasil masih tetap diunggulkan untuk melaju lebih jauh.

Prancis dan Brasil sudah memperlihatkan kelas masing-masing di babak sebelumnya. Tim tangguh seperti Argentina dan Meksiko berhasil dilibas.

Legenda Prancis, Patrick Vieira, menyatakan faktor kemenangan di babak 16 besar merupakan salah satu modal besar bagi Les Bleus menatap sukses di pertandingan berikutnya.

Prancis merayakan gol

"Mereka hanya perlu memantapkan permainan dan itu sudah dilakukan saat menghadapi Argentina. Prancis sekarang tambah percaya diri. Mereka akan menjadi tim yang sulit dikalahkan," kata Vieira.

Walau demikian, jangan pula meremehkan para kuda hitam macam Uruguay, Kroasia atau Swedia. Tiga tim ini memiliki materi serta kemampuan hampir setara dengan tim raksasa yang telah terkapar.

Kroasia jadi tim yang membuat Argentina tidak berkutik di fase grup. Lalu, Swedia yang terbang ke Rusia melalui tiket play off setelah menyingkirkan juara empat kali, Italia, dan di babak penyisihan grup meski kalah dari Jerman tetap saja bisa mengangkangi sang juara bertahan.

Lalu harus pula dipertimbangkan faktor tuan rumah bisa jadi membuat Rusia semakin menggila dan membulatkan tekad buat meraih dua sukses besar sebagai negara penyelenggara sekaligus peserta. Inti dari itu semua, yang jelas kejutan di Piala Dunia ini akan terus berlanjut, jadi siap-siap saja. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya