Malakama Itu Berwujud LCGC

Mobil LCGC Daihatsu Sigra.
Sumber :
  • Herdi Muhardi/VIVA.co.id

VIVA – Pasar kendaraan pribadi jenis mobil mendadak semarak pada 2013. Alasannya, pemerintah menghadirkan aturan mobil murah dan ramah lingkungan atau Low Cost Green Car. Dibanderol dengan harga tidak lebih dari Rp120 jutaan, mobil LCGC langsung laris manis bak kacang goreng.

Daftar Mobil Terfavorit di Indonesia September 2023

Menurut data yang dikeluarkan oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo, penjualan LCGC pada 2013 mencapai 51 ribuan unit. Angka tersebut memang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan mobil keluarga atau Multi Purpose Vehicle, yang kala itu menyentuh angka ratusan ribu unit.

Meski demikian, perlahan namun pasti, penjualan LCGC mulai merangkak. Pada 2014, mobil LCGC laku 172 ribuan unit, sedangkan MPV kasta terendah turun dari 379 ribuan unit menjadi 361 ribuan unit.

Terpopuler Otomotif: Komparasi Stargazer X vs Xpander Cross, Penjualan Mobil Turun

Pada akhir 2015, penjualan MPV kelas bawah makin merosot, hanya menyentuh 254 ribuan unit. LCGC mencapai puncak kejayaan pada 2016, karena berhasil menembus angka penjualan lebih dari 235 ribuan unit.

Toyota Agya baru.

Penjualan Mobil di Indonesia Turun, Ini Merek yang Paling Laku

Tahun lalu, angka distribusi LCGC dari pabrik ke diler juga stabil di 234 ribuan unit. Tapi, jika dilihat dari data pada periode Januari hingga Juni 2018, total penjualan mobil yang harganya kini tak lagi semurah dulu itu turun lima persen dibandingkan periode yang sama 2017.

Lebih menyedihkan lagi jika melihat data pada Juni 2018. Penjualan LCGC hanya 75 persen dari perolehan tahun sebelumnya. Ini terjadi khususnya di model yang menampung lima penumpang.

Hal serupa juga dialami mobil yang masuk dalam segmen city car atau mobil perkotaan, hanya 60 persen dari tahun lalu.

Nasib baik dialami mobil-mobil yang ada di segmen low MPV. Penjualan tahun lalu dan tahun ini pada semester pertama hampir sama. Tapi, MPV kelas menengah harus menelan pil pahit, karena penjualannya turun 50 persen.

Daihatsu Great Xenia Custom.

Segmen yang menjadi juara pada penjualan mobil di bulan ke-6 tahun ini adalah MPV kasta tertinggi, karena mengalami kenaikan penjualan 54 persen dari Mei 2018. Mobil yang menjadi penyumbang terbesar kenaikan penjualan di segmen tersebut yakni Toyota Voxy.

Sejak resmi dijual pada awal tahun ini, peminat mobil pengganti Toyota NAV1 itu tidak pernah kurang dari 300 unit. Puncaknya ada di bulan ke-3, yang mencapai 702 unit. Pencapaian itu bahkan mengalahkan high MPV favorit orang kaya Indonesia, Toyota Alphard.

Penurunan minat konsumen juga terlihat di segmen Sport Utility Vehicle, baik kelas rendah maupun atas. Namun, itu terjadi jika dibandingkan antara Mei dan Juni saja. Bila dikomparasi dengan tahun lalu, angka di kelas MPV atas justru naik 10 persen.

Sebenarnya, menyusutnya penjualan kendaraan selalu terjadi setiap tahun di Indonesia. Umumnya hal itu terjadi ketika masyarakat bersiap-siap untuk menyambut Lebaran, yang kebetulan tahun ini jatuh pada Juni. Hal tersebut ditegaskan oleh Executive General Manager PT Toyota Astra Motor, Fransiscus Soerjopranoto.

“Menjelang Lebaran kemarin, kami bisa jualan sekitar 8.000 unit. Kalau enggak ada kendala seperti perpanjangan libur, STNK (kebijakan) dan segala macam, mungkin kami bisa jualan lebih,” ujarnya di Jakarta beberapa waktu lalu.

Tapi setelah Lebaran, pria yang akrab disapa Soerjo itu pesimistis, jika penjualan akan kembali normal begitu saja. Karena, semua orang baru melakukan aktivitasnya kembali pada Senin 25 Juni 2018, begitu pula dengan semua jaringan diler mereka.

Hal itu ternyata terbukti. Pada Mei 2018, penjualan semua lini Toyota mencapai 28 ribuan unit. Lalu menurun di bulan selanjutnya, menjadi hanya 18 ribuan unit.

Toyota Calya di Jalanan Bandung

Terkait rendahnya penjualan mobil LCGC berkapasitas lima penumpang, hal itu disebabkan adanya perubahan kebutuhan konsumen. Soerjo mengatakan, wajar jika Calya selalu menempati posisi teratas. Karena, pasar otomotif di Indonesia 44 persen diisi mobil tujuh penumpang.

“44 persen tujuh penumpang itu mencerminkan keinginan masyarakat Indonesia. Buktinya bisa dilihat dari Rush, yang tadinya lima penumpang kami jualannya hanya 1.500 sampai 2.000 unit. Sekarang, di atas 3.000 unit per bulan,” jelasnya.

Meski LCGC tujuh penumpang seperti Calya dan Sigra banyak peminatnya, tetap saja produsen tidak mendapat untung besar. Sebab, kata dia, selisih untung yang didapat dari LCGC sudah diatur oleh pemerintah.

“Jadi, kalau kami bicara daging, dagingnya itu tipis, bukan daging kurban. Kalau daging tipis, kami hanya ikuti aturan pemerintah saja. Kami mau naikkan harga saja diatur. Itu dilemanya main di LCGC,” tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya