Taksi Terbang di Depan Mata

Ehang 184 saat mengudara.
Sumber :
  • Ehang

VIVA – Mungkin sebagian orang beranggapan mobil terbang sulit untuk diwujudkan. Namun, fakta menyebut proyek ini terus dikebut. Bukan cuma mobil, motor pun demikian.

Pemerintah Ingin Taksi Terbang Meluncur dalam 2 Tahun

Dan menariknya lagi, kendaraan-kendaraan terbang bakal ikut diproyeksikan menjadi transportasi massal, seperti taksi terbang.

Salah satu produsen yang tengah serius menggenjot proyek taksi terbang adalah Rolls Royce. Jenama asal Inggris yang lazim dikenal sebagai pabrik mesin pesawat dan mobil itu menyatakan tengah merancang sebuah sistem pendorong, demi terciptanya taksi terbang yang dapat mengangkasa pada awal dekade mendatang.

Taksi Terbang Airbus Siap Beroperasi Akhir Tahun Ini

Rencana yang dilakukan sudah matang, termasuk penyusunan kendaraan elektrik yang dapat lepas landas dan mendarat secara vertikal. Menurut rencana, taksi terbang besutannya dapat menampung lima orang dan melaju dengan kecepatan 402 kilometer per jam sejauh 800 kilometer.

"Kami berada pada posisi yang baik untuk memainkan peran utama dalam perkembangan mobilitas udara pribadi dan akan mencari kerja sama dengan berbagai mitra," kata Rob Watson, kepala divisi kendaraan elektrik Rolls-Royce, menjelang Pertunjukan Dirgantara Farnborough pekan ini, seperti dikutip BBC.

Dubai Akan Luncurkan Taksi Terbang Pertama pada 2026

Pihak Rolls-Royce mengungkap, EVTOL rancangan mereka menggunakan teknologi turbin gas demi menghasilkan listrik untuk memberi tenaga pada enam mesin pendorong minim bising. Sayap kendaraan ini bisa berotasi 90 derajat, sehingga dapat lepas landas dan mendarat secara vertikal di bandara maupun landasan helikopter.

Logo Rolls-RoyceMarkas Rolls Royce. Foto: Istimewa

"Kami meyakini pekerjaan yang kami lakukan untuk mengembangkan kemampuan pendorong listrik hibrida, dapat membuat model ini tersedia pada awal hingga pertengahan 2020-an, asalkan model komersial yang layak untuk perkenalannya bisa diciptakan," sebut perusahaan itu.

Rolls-Royce juga mengaku sedang mencari pabrikan kerangka dan mitra untuk menyediakan aspek-aspek dalam sistem kelistrikan.

Dubai Perdana

Taksi terbang sepertinya bakal jadi transportasi primadona di masa mendatang. Karena tentu dianggap jitu menghindari kemacetan yang acap terjadi di berbagai kota-kota maju.

Wilayah pertama yang akan mengadopsinya adalah Dubai. Badan Transportasi dan Jalan di Dubai bahkan berencana untuk menguji coba taksi terbang dalam waktu dekat.

Langkah yang dilakukan Dubai tentu masuk akal. Wilayah itu terkenal akan penduduknya yang kaya raya. Maka jangan heran, proyek taksi terbang dianggap pas untuk memanjakan para warganya, termasuk wisatawan yang melancong.

Prototipe taksi terbang tanpa awak buatan Dubai.

Prototipe taksi terbang Dubai. Foto: Carscoops

Tetapi, taksi terbang yang digunakan bukanlah model kendaraan konvensional, melainkan berbasis drone. Seperti disitat Autoevolution, taksi terbang itu menggunakan armada bernama Ehang 184, sebuah drone Autonomous Aerial Vehicle (AAV) yang dirancang oleh sebuah perusahaan asal China.

Sebelumnya, Ehang 184 AAV ini sudah diperkenalkan terlebih dahulu di ajang Consumer Electronic Show (CES) 2016.

Ehang 184 AAV diklaim pembuatnya merupakan solusi transportasi paling aman, cerdas, dan ramah lingkungan. Armada ini bisa terbang dengan ketinggian rendah dan bisa bergerak sendiri alias otonom, serta melayani penerbangan rute pendek untuk jarak maksimal 40 sampai 50 kilometer.

Diperkirakan, waktu operasional maksimal yang dibutuhkan untuk mencapai jarak tersebut adalah 30 menit. Di mana Ehang 184 AAV dibekali baterai 17 kWh.

Ehang 184 dapat terbang dengan kecepatan rata-rata 60 kilometer per jam (37,2 mph), dan terbang maksimal dengan ketinggian 3.500 meter di atas permukaan laut. Tenaga penggeraknya, delapan motor listrik yang bisa menyemburkan tenaga 152 kW atau 207 PS (204 bhp).

Bobot bersih taksi terbang ini 240 kilogram (529 pon), dan dapat mengangkut muatan 100 kilogram (220 pon). Setelah penumpang berada di atas taksi terbang, mereka hanya perlu memakai gesper pengaman dan menekan layar sentuh di depannya untuk menentukan tujuan.

Meski demikian, Ehang 184 saat ini masih terus dipantau dari sisi keamanan oleh pusat komando penerbangan. Di satu sisi, perusahaan memastikan, Ehang benar-benar sangat aman.

Apabila sesuatu hal buruk terjadi, semisal satu set motor listrik mati, pesawat ini dikatakan masih tetap bisa beroperasi dan penerbangan tetap normal.

Ehang 184 saat dipamerkan di CES 2016.Ehang 184 saat dipamerkan di CES 2016. Foto: Autoevolution.

Sementara itu, dalam kasus kerusakan besar, otak elektronik dari Ehang 184 akan memerintahkan pesawat tak berawak itu untuk segera mendarat di daerah terdekat agar memastikan keselamatan penumpangnya.

Ehang juga sudah dilengkapi dengan pendingin ruangan, agar mendukung kenyamanan penumpang selama perjalanan.

Selain Dubai, Singapura merupakan negara yang akan mengadopsi taksi terbang ini pada 2030. Sekretaris Menteri Transportasi di Singapura, Pang Kin Keong, mengatakan bahwa mereka telah berdiskusi dengan perusahaan penyedia taksi terbang untuk beroperasi.

Setidaknya ada tiga perusahaan penyedia taksi terbang yang digandeng. Selain Ehang 184, ada juga Hoversurf Scorpion buatan Rusia, atau Volocopter VC dari Jerman.

Regulasi Taksi Terbang

Lantaran bakal jadi sarana transportasi populer, sudah pasti dibutuhkan pengaturan lalu lintas udaranya. Hal inilah yang sudah dipikirkan Uber, selaku perusahaan teknologi transportasi yang turut serta fokus pada pengembangan bisnis taksi terbang.

Uber tak sendiri, karena menggandeng NASA. Badan Antariksa Amerika Serikat itu dilirik untuk mengetahui bagaimana kendaraan transportasi terbang dapat masuk ke ranah lalu lintas udara di atas pusat perkotaan.

Uber dan NASA telah menandatangani perjanjian hukum ruang kedua untuk mengeksplorasi lebih jauh konsep dan teknologi yang terkait dengan mobilitas udara perkotaan (UAM) untuk memastikan sistem yang aman dan efisien di daerah padat penduduk.

Konsep taksi terbang Uber.Konsep taksi terbang Uber. Foto: Istimewa

Kesepakatan pertama berhubungan dengan pengembangan taksi terbang. Atau lebih dikenal dengan istilah UberAir, program ini segera bereksperimen di Amerika Serikat, di Kota Los Angeles, California dan Dallas, Texas serta di Dubai, Uni Emirat Arab.

Penerbangan demonstrasi pertama dijadwalkan untuk tahun 2020 dan transisi ke fase komersial pada 2023, bersamaan dengan Olimpiade 2028 di Los Angeles.

Perjanjian baru ini akan memungkinkan NASA untuk menilai dampak dari pesawat mini tersebut, yaitu pengiriman drone yang bisa lepas landas secara vertikal di lingkungan dengan kepadatan penduduk tinggi. NASA ingin memastikan bahwa mereka melakukannya dengan aman, dengan tingkat kebisingan yang minim, dan tanpa membebani sistem kontrol lalu lintas udara nasional yang sudah ada saat ini. Demikian seperti dilansir situs berita Rusia, RBTH.

Secara khusus, di Pusat Penelitian Bandara Internasional Dallas-Fort Worth, NASA akan menggunakan data transportasi Uber untuk menyimulasikan pergerakan pesawat kecil saat terbang di atas wilayah bandara. Analisis simulasi ini akan mengidentifikasi masalah keamanan ketika pesawat baru ini akan mengudara dalam sistem kontrol lalu lintas udara yang sudah kelebihan beban.

Untuk memahami pentingnya penelitian ini, perlu dicatat bahwa di Amerika Serikat, penerbangan bisnis dan transportasi helikopter adalah dua pasar yang sangat maju, sehingga lalu lintas udara di kota-kota besar AS sangat kompetitif.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya