Kecerdasan Buatan dan Nasib Sebuah Film

Ilustrasi kecerdasan buatan.
Sumber :
  • www.pixabay.com/geralt

VIVA – Kecerdasan buatan atau artificial intelligence atau AI makin jelas manfaatnya bagi kehidupan manusia. Kecerdasan buatan ternyata diam-diam bekerja memoles film The Meg menjadi menarik penonton dunia. 

6 Laptop Bertenaga AI Siap Ramaikan Pasar Indonesia

Bagi yang sudah menonton film yang dibintangi Jason Statham itu, ada musuh sentral yakni ikan hiu raksasa 22 meter, yang disebut Megalodon. Nah, ternyata, tampilan mengerikan dan buasnya Megalodon dalam film tersebut hasil dari teknologi kecerdasan buatan Intel dan mitranya. 

Perusahaan teknologi komputer, Intel, mengaku sebagai otak di balik ikan hiu raksasa yang menjadi salah satu 'aktor' film The Meg. Intel menggunakan hardware kecerdasan buatan bernama 2500 Xeon Scalable.

Verona Films Siap Meriahkan Bioskop Indonesia dengan Produksi 5 Film

Intel dibantu perusahaan efek visual, Scanline VFX, menggunakan software Zifa VFX, untuk membuat ikan raksasa tersebut. 

Kepala Pemasaran Kecerdasan Buatan Intel, Julie Choi, dikutip dari Venture Beat mengaku timnya bekerja keras dengan tenaga dan pikiran yang luar biasa serta memanfaatkan kecerdasan buatan untuk menghidupkan hiu purba itu ke layar lebar.  

Aktris Korea Kim Bo Ra Bakal Menikah dengan Sutradara Jo Ba Reun Bulan Juni Mendatang

Hasilnya memang tak diduga, teknologi intel membantu ikan hiu tersebut bergerak di air serta menggerakkan otot serta kulitnya, terlihat buas dan nyatanya. 

Intel menyatakan, teknologi AI membuat makhluk lebih detail dan grafis yang lebih nyata. Sambil menghemat waktu, cara ini juga membantu meningkatkan seni pembuatan film dan pengalaman penonton. 

Scanline dengan Ziva juga membutuhkan kepastian untuk gerakan saat di lautan dan latar cairan yang realistis. Penonton dunia pun tak menduga film The Meg bakal mencuri perhatian di bioskop belahan dunia. 

Sukses Megalodon membuktikan sentuhan kecerdasan buatan membuat polesan film makin menarik dan memanjakan mata penonton. Namun, bisa dilihat, sentuhan kecerdasan buatan pada film tak hanya membuat efek visual yang luar biasa. Kecerdasan buatan ternyata menawarkan sudut pandang lain untuk membangun film yang berbeda. 

Kecerdasan buatan nyatanya menawarkan efisiensi dalam proses pembuatan film. Dan lebih jauh, kecerdasan buatan bisa memprediksi dan memproyeksi film apa yang bakal meledak dan masuk deretan film populer.

Startup ScriptBook misalnya, bisa menjamin sebuah film bakal sukses atau gagal. Perusahaan rintisan asal Belgia itu bukan asal memproyeksikan sebuah film.

ScriptBook menggunakan teknologi kecerdasan buatan miliknya untuk memelototi nasib sebuah film di masa depan. Startup ini punya alat yang menganalisis teks skenario, sampai meramalkan keuangan film. 

ScriptBook bahkan menyindir Sony Pictures yang beberapa filmnya tak laku. perusahaan rintisan ini mengatakan, jika saja Sony Pictures memakai algoritma kecerdasan buatan milik ScriptBook, perusahaan asal Jepang itu bisa menghemat uang dari 2015 hingga 2017.

Dikutip dari Variety, pendiri ScriptBook, Nadira Azermai, mengatakan, teknologi bisa membantu melihat nasib film di masa depan. Azermai menambahkan, startup miliknya bekerja dengan menganalisis skenario dan secara retroaktif mengidentifikasi 22 dari 32 film keluaran Sony Pictures gagal meraup untung. 

"Jika Sony menggunakan sistem kami, mereka bisa menghilangkan 22 film yang gagal secara finansial," ujar Azermai.

The Meg

Sistem kerja kecerdasan buatan ScriptBook yakni mengunggah file PDF dari sebuah skenario film ke dalam sistem berbasis komputasi awan mereka. Lima menit kemudian, ScriptBook akan menerima analisis terperinci proyek film yang dimaksud.

Sistem dalam sekejap akan memprediksi peringkat Motion Picture Association of America (MPAA), menganalisis karakter film, memprediksi target audiensi, termasuk jenis kelamin dan ras, juga bisa menakar keseimbangan gender.

Dan yang terpenting, sistem akan memprediksi box office. Analisis sistem ScriptBook untuk meloloskan skrip sebuah film layak atau tidak, disebutkan tingkat keberhasilannya mencapai 84 persen, tiga kali lebih besar dari tingkat akurasi manusia.

Distributor film sebenarnya diuntungkan dengan sistem kecerdasan buatan mereka, dengan efisiensi dalam proses produksi film.

Ancam industri film

Sistem kecerdasan ScriptBook telah dilatih dengan input data lebih dari 6.500 skrip yang ada. Ilmuwan data ScriptBook, Michiel Ruelens, menjelaskan, sistem ini didasarkan pada pembelajaran mesin yang bisa belajar pertama dari instruksi manusia dan kemudian bisa membangun basis data besar dengan kecepatan analisis yang dilabeli mencengangkan. Makanya dalam lima menit data sudah keluar. Film gagal atau sukses.  

Namun, industri film dunia masih belum total menerima teknologi kecerdasan buatan ScriptBook dan sistem serupa lainnya. Maklum saja, kecerdasan buatan itu bisa mengancam pekerja yang selama ini terlibat dalam bisnis inti produksi film dan ekosistem distribusi di sekitarnya. Kecerdasan buatan bisa menggusur pembaca skrip, dan menekan kebutuhan studio hingga menghapus anggaran dan kebutuhan riset pasar. 

Azermai mengaku sudah kenyang saat klien industri film skeptis bagaimana sistem kecerdasan buatan mereka bekerja.

"Ketika kami menunjukkan ini kepada pelanggan, pertanyaan pertama yaitu bagaimana mungkin bahkan memberikan skrip ke komputer dan entah bagaimana dapat menghasilkan semua keluaran ini?" kata Ruelens.

Azermai memang berpikir teknologi pada akhirnya akan membunuh kreativitas. Ini hanya soal waktu. Namun, kekhawatiran itu belum terjadi dalam kasus film. 

"Kecerdasan ScriptBook hanya akan menendang film yang mengikuti formula tertentu. Ini sangat bagus dalam memilih film artistik yang bagus secara finansial," jelas Azermai. 

Industri film animasi merasakan betul bagaimana manfaat dari kecerdasan buatan. Studio film animasi komputer populer asal Amerika, Pixar Animation Studios, insinyur dari Disney Research, Universitas California AS, dan Pixar Animation Studios merasakan efisiensi dengan memanfaatkan kecerdasan buatan, memproduksi animasi film menjadi lebih mudah. 

Dikutip dari Qeprize, insinyur dari tiga institusi itu memunculkan animasi berkelas dari jutaan gambar Finding Dory dan berusaha untuk menghasilkan animasi yang lebih baik. 

Tim melatih model pembelajaran mendalam untuk mengenali kelemahan dari karakter animasi tersebut. Algoritma kecerdasan buatan itu kemudian mengubah menjadi gambar yang lebih tajam. Setelah dilatih, sistem ini bisa memilih dan mengganti gambar kasar dari film lain. Bahkan animasi dari rilis terbaru Pixar, Car 3, disebutkan hasil dari kecerdasan buatan.

Wakil Presiden Riset Disney Research, Markus Gross, mengatakan, pendekatan lain untuk menghilangkan noise gambar telah semakin kompleks, dengan hasil yang semakin berkurang.

"Dengan memanfaatkan pembelajaran mendalam, karya animasi yang muncul menyajikan langkah maju yang penting untuk menghapus artefak yang tidak diinginkan dari film-film animasi,” jelas Gross.

Disney dan Pixar mengaku puas dengan hasil teknologi itu. Keduanya berencana untuk memakai teknologi kecerdasan buatan untuk proyek film blockbuster mereka serta mempercepat proses pembuatan film. 

IBM Watson

Jejak lama

Hadirnya kecerdasan buatan dalam proyek film dunia ada yang menganggap mulai muncul belakangan ini. Padahal, diam-diam kecerdasan buatan sejatinya sudah hadir dalam film, namun bukan dalam bentuk fisik, misalnya robot pintar atau terminator. 

Sejak lama, industri film sudah memanfaatkan mesin pembelajaran dan layanan komputer kognitif untuk memoles film. 

Senior Vice President of Media and Entertainment DataArt, Sergey Bludov, menjelaskan dalam laman Medium, penggunaan komputer kognitif bisa dilihat pada 2016. Pada September 2016, 20th Century Fox telah menggunakan solusi kecerdasan buatan dari komputer Watson besutan IBM untuk membuat trailer film sains fiksi Morgan. 

Tak diduga, sentuhan kecerdasan buatan mendapat sambutan masif. Semua orang, kata Bludov, tak sabar ingin melihat bagaimana sebuah mesin komputer bisa menghasilkan tugas terspesialisasi dan kreatif.

Bludov menuturkan, sudah banyak aplikasi yang nyata kecerdasan buatan dalam industri film. Dia menyebutkan di antaranya menghemat waktu dan meningkatkan efisiensi dalam pascaproduksi film dan masih banyak lainnya. 

Pembelajaran mesin yang dimanfaatkan untuk analitik konten dan program yang dipersonalisasi, memberikan gambaran analitik serta mengadaptasi dengan preferensi konsumen. Selain itu, kecerdasan buatan potensial di tengah permintaan tinggi untuk analitik prediktif hingga pemasaran dan periklanan. 

"Tidak diragukan, banyak pemain besar di industri film yang sedang menyelidiki ini (kecerdasan buatan) dan prospek terkait lainnya. Satu hal yang pasti, teknologi akan semakin terlibat dalam proses pembuatan film pada level yang berbeda, dan kecerdasan buatan masih perlu untuk menunjukkan kekuatan potensialnya," jelas Bludov.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya