Waspadai Nyeri Punggungmu

Tulang belakang.
Sumber :
  • Pixaabay/pexels

VIVA – Sudah hampir dua bulan ini Anita (29) mengeluhkan sakit di area pinggang, terkadang punggung. Awalnya ia pikir hanya 'masuk angin' biasa, namun lama kelamaan nyeri yang dialami semakin menjadi-jadi.  Ia sudah coba melakukan pijat, tapi nyeri yang dialami tak kunjung reda. Dokter umum yang ia datangi menganjurkannya untuk memeriksakan kondisinya ke dokter saraf.

Sebelum Meninggal Dunia, Babe Cabita Disarankan Transplantasi Tulang Belakang, Kenapa?

"Agak ngeri juga waktu disuruh ke dokter saraf. Tapi akhirnya saya datang juga. Katanya saya kena lower backpain," ujarnya ditemui VIVA di Jakarta.

Dokter menyebut kebiasaannya duduk terlalu lama dan berkendara yang sebabkan nyeri di area tulang belakang. Setelah melalui beberapa pemeriksaan akhirnya Anita mulai melakukan aktivitas untuk mengurangi nyerinya seperti olahraga yoga, dan berenang.

Waspada, Pegal Bisa Jadi Gejala Utama Skoliosis

"Sekarang agak mendingan sih. Minimal saya tahu harus melakukan apa jika nyerinya menyerang."

Anita hanyalah satu dari sekian banyak orang yang terkena masalah tulang belakang. Sakit pinggang dan nyeri punggung merupakan penyakit yang paling umum setelah sakit kepala. 

Sering Duduk Terlalu Lama? Hati-hati, Ini Bahaya yang Mengintai Anda

Pakar Orthopedi Dr. dr. Luthfi Gatam, Sp.OT-K.Spine, FICS, Ph.D menyebutkan bahwa angka penderita masalah tulang belakang cukup tinggi. Menurutnya, setiap orang berusia di atas 50 tahun, 80 persennya pernah mengalami masalah tulang belakang.

"Dari 80 persen itu kemudian ada 10 persennya menjadi masalah serius. Lalu dari 10 persen itu rata-rata 2-10 persennya itu mengalami tindakan operatif. Anda bisa bayangkan berapa banyak penduduk Indonesia," ujarnya kepada VIVA ditemui di Rumah Sakit Premier Bintaro.

Ia mengaku 95 persen kasus yang ia temui adalah akibat dari cara masing-masing individu  beraktivitas, misalnya cara berjalan, berdiri, duduk, bahkan mungkin cara tidur yang buruk. 

Tulang belakang adalah tulang yang istimewa. Meskipun terkesan sederhana namun fungsinya tak main-main. WebMD menyebut bahwa tulang belakang menyangga bagian tubuh atas sedemikian rupa agar tegak, proporsional, namun tetap elastis.

"Kalau bicara tulang belakang sebetulnya tulang yang menopang tubuh kita dari atas sampai pinggang bawah. Daerah leher punggung, pinggang bawah, bokong, tulang ekor sampai tulang bawah. Tulang-tulang tersebut berbentuk ruas-ruas agar fleksibel bergerak." ujar dokter yang malang melintang sebagai dokter Orthopedi lebih dari 15 tahun.

Tulang belakang meliputi tulang leher (cervical), bagian tengah belakang (thoracal), dan bawah belakang (lumbal/pinggang).

Tulang belakang.

Selain itu, yang cukup krusial menurutnya di dalam tulang belakang terdapat banyak saraf yang menghubungkan antara otak dan anggota gerak untuk berbagai keperluan salah satunya bernapas.

"Karenanya kalau ada sesuatu di dalam tulang yang mengenai saraf itu, otomatis kontak atau perintah dari otak enggak akan sampai."

Dokter yang juga Ketua IOA-PABOI (Indonesian Orthopaedic Association) ini menganalogikan tulang belakang dengan pusat pembangkit listrik. "Ibaratnya otak kita seperti waduk Jatiluhur yang menjadi pusat listrik, kemudian rumah-rumah kita sebagai anggota gerak, lalu kabel yang menghubungkan antara waduk dan rumah adalah kabel utama. Artinya area tersebut sangat vital, dan kalau terjadi sesuatu kelumpuhannya bisa fatal."

Masalah terkait tulang belakang

Tulang belakang merupakan salah satu bagian terkuat dalam tubuh. Begitu tulang penopang utama tubuh ini terganggu, rasa sakit akan menyerang sehingga produktivitas terganggu. 

Bila saraf spinal (sistem saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang yang merupakan bagian dari sistem saraf pusat (SSP) di tubuh) yang berada di sepanjang tulang belakang sampai cedera, akan timbul risiko nyeri atau mati rasa pada sebagian tubuh. Sedangkan cedera punggung berat dapat menimbulkan kerusakan permanen pada saraf spinal serta kelumpuhan. 

Dilansir laman medicalnewstoday, gangguan pada tulang belakang bisa disebabkan oleh berbagai hal, misalnya gangguan otot, tulang yang hancur, gangguan pada sendi, infeksi, sampai tumor. 

"Dengan kata lain, semua jenis penyakit yang ada di badan kita misal infeksi tumor, degenerasi metabolisme atau trauma itu bisa kena ke tulang dan bisa fatal jika didiamkan terus menerus," ujar dr Lutfi.

Nyeri sendi.

Kenali nyeri yang 'menjalar'

Gejala masalah tulang belakang seringkali terlewatkan, banyak yang awalnya hanya menganggap nyeri yang dialaminya belum terlalu serius.

Lalu bagaimana cara membedakan nyeri yang ditimbulkan masalah nyeri punggung dan penyakit lainnya? 

"Kita mesti lakukan diferensial diagnosis  dahulu, karena enggak semua saraf ada hubungannya dengan tulang belakang." 

Ia menyebut nyeri tulang belakang datang secara gradual. "Misalnya ada tanda-tanda nyeri disertai kesemutan atau baal yang menjalar itu harus waspada bisa jadi kemungkinan ada masalah di tulang belakang."

Salah satu penyakit tulang belakang yang paling ditakuti adalah 'saraf kejepit' atau HNP. HNP adalah singkatan dari Herniasi Nukleus Pulposus (Herniated Nucleus Pulposus) artinya adanya penonjolan inti dari diskus yang menjadi bantalan tulang belakang sehingga penonjolan tersebut menekan saraf sebagai akibatnya timbullah rasa sakit, kesemutan, dan kelemahan pada anggota gerak yang dipersarafi bisa punggung, pinggang, lengan atau tungkai.

"Gejala nyeri yang timbul mulai dari nyeri yang menjalar dari daerah tulang belakang ke tangan disertai kesemutan disertai rasa baal itu tandanya saraf kita terjepit," ujar dr Lutfi.

Ciri khas nyeri yang disebabkan saraf terjepit adalah rasa nyeri yang dialami tidak bisa ditunjuk di satu titik dan nyeri terasa hebat saat bangun tidur.

Stres Jadi Pemicu

Banyak masyarakat yang menduga bahwa masalah tulang belakang erat kaitannya dengan usia lanjut, padahal kenyataannya tidak demikian, banyak hal pemicunya, yang paling sering muncul adalah gaya hidupnya.

"Pasien yang datang usia produktif dari 20-30. Pemicunya adalah sikap dan pekerjaan yang salah, duduk terlalu lama dan continue, seperti berkendara, juga sedentari."

Selain itu ada faktor risiko yang terkait dengan pekerjaan, termasuk kerja fisik yang berat, melakukan pekerjaan dengan posisi statis seperti berdiri diam atau duduk di satu tempat dalam waktu lama.

"Pada orang yang pekerjaannya sering menggerakkan misalnya polisi atau sopir taksi, biasanya sering mengalami gangguan nyeri leher," katanya.

Stres juga berpengaruh. Lebih lanjut ia membahas stres juga mampu memicu. "Stres kaitannya dengan sikap badan yang tidak proporsional dan selain itu malas bergerak yang mengakibatkan tulang belakang bebannya terlalu berat."

Banyak rumor beredar soal ketakutan masyarakat akan operasi tulang belakang. Data Riskesdas menyebutkan bahwa dari 10 pasien yang ditawarkan operasi, 9 memilih mencoba pengobatan lain di antaranya pengobatan non medis seperti herbal, tradisional atau akupuntur.

Di lain sisi beberapa orang juga meyakini bahwa operasi tulang belakang tinggi risiko kegagalan sehingga menyebabkan kelumpuhan.

Padahal nyatanya tidak demikian, teknologi bedah orthopedi sudah banyak berkembang, tujuannya untuk mengobati dengan seminimal mungkin intervensi.

"Risiko terjadi kelumpuhan dalam operasi tulang belakang itu multifaktorial. Ada risiko lumpuh kalau yang dioperasi di daerah tertentu yang vital, atau karena penyakit tertentu misalnya tumor dalam saraf, itu berisiko besar."

Untuk operasi di area lumbar risiko untuk lumpuh hampir nihil. "Kalau di cervical kemungkinan terjadi lumpuh hanya di bawah 1 persen. Untuk di area thoracal 0,5 persen ke bawah. Apalagi di pinggang itu kelumpuhan bisa dibilang nol."

Di sisi lain, teknologi bedah orthopedi sudah banyak berkembang salah satunya Minimally Invasive Surgery.

"Jadi seminimal mungkin organ yang dicederai. Tujuannya untuk meminimalisir rasa sakit pasca operasi."

Dulu teknik operasi tulang belakang disebut dengan Laminektomi adalah prosedur pembedahan untuk membebaskan tekanan pada tulang belakang atau akar saraf tulang belakang yang disebabkan oleh stenosis tulang belakang yaitu dengan melakukan sayatan pada kulit, otot kemudian pada tulang belakang yang sebagiannya dibuang atau dikikis. Kemudian menyayat lagi ligamen untuk menyisihkan saraf, baru mengambil jepitan bantalan tulang pada pasien. 

Bedah semacam itu tentunya menimbulkan luka besar, tentunya membutuhkan obat pereda rasa sakit yang kuat.

"Setelah operasi dibutuhkan painkiller yang kuat bahkan bisa morfin. Lalu recoverynya bisa lama sekali."

Selain Minimally Invasive Surgery, tindakan operasi minimal sayatan juga dilakukan operasi endoskopi.

Operasi ini memberi efek yang sangat baik untuk mengatasi keluhan nyeri pinggang belakang yang menjalar ke kaki yang biasanya disebabkan oleh jepitan saraf murni akibat HNP tanpa disertai pergeseran tulang belakang (instabilitas).

Dilansir WebMD, prinsip tindakan endoskopi adalah mengurangi atau mengambil bantalan HNP yang menjepit saraf sehingga saraf tersebut terbebas.

Jenis-jenis teknik endoskopi ada tiga, yaitu interlaminar, posterolateral, dan transforaminal. Yangpaling digemari adalah teknik transforaminal, teknik ini dapat dilakukan dengan bius lokal (pasien sadar) dengan posisi tengkurap, dengan satu lubang operasi dengan lebar hanya sekitar 0.5-0,8 sentimeter sehingga pada sebagian besar kasus tidak dibutuhkan jahitan (stitchless technique) atau operasi tanpa perlu jahitan. Hal tersebut dikarenakan instrumen-instrumen bedah yang digunakan berdiameter rata-rata 0.5 cm.

"Sekarang bisa di lakukan tindakan operatif dengan endoskopik, yang hanya butuh 8 mili meter tusukan dari kulit ke tulang belakang. Kita bisa langsung mengangkat jaringan patologis di tulang belakang."

Hal penting yang diperlukan diperhatikan sebelum melakukan tindakan ini adalah pemeriksaan radiologis. Dokter bedah saraf anda akan menganjurkan anda untuk melakukan pemeriksaan X-ray tulang belakang (fleksi ekstensi lumbosakral) dan MRI Lumbosacral tanpa kontras.

Metode ini tidak melakukan perusakan yang berarti terhadap otot ligamen dan tulang. Sehingga dampaknya ke depan, struktur jaringan lebih bermanfaat karena kerusakan tidak berlanjut. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya