Membanting Bullying di Media Sosial

Instagram melawan bullying
Sumber :
  • www.instagram-press.com

VIVA – Penggunaan media sosial terus meningkat. Orang, kini dengan mudah berkomunikasi sampai berdiskusi dengan obrolan atau video call melalui layanan media sosial. Ada ragam media sosial favorit bagi pengguna.

Marak Kejadian Perundungan, Kemenkes Lakukan Skrining Kesehatan Jiwa Pada Calon Dokter Spesialis

WhatsApp untuk aplikasi obrolan dan video call, ada juga Instagram untuk berbagi foto dan momen khusus. Selain dua media sosial itu, Facebook dan Twitter juga menjadi platform untuk menuangkan perasaan sampai gagasan. 

Namun, belakangan ini, platform media sosial juga dipakai hal-hal yang negatif. Misalnya, kita sering menemukan aksi bullying atau perundungan di berbagai platform tersebut. 

Aksi Pengendara Motor Wanita Gagal Menanjak hingga Jatuh Terguling

Survei membuktikan, meningkatnya penggunaan media sosial juga makin melonjakkan aktivitas cyberbullying atau perundungan daring di media sosial tersebut. 

Survei organisasi anti-bullying Ditch The Label pada 10 ribu remaja rentang usia 12-20 tahun di Inggris menemukan, satu dari lima orang remaja mengalami perundungan secara daring dan setengah juta remaja di Inggris, mengalaminya dalam sepekan terakhir. Selain itu, lebih dari setengah jumlah keseluruhan remaja di Inggris, mengalami perundungan mengenai hal yang sama.

Elon Musk Kirim 'Surat Cinta' untuk Pengguna Baru X

Survei yang dirilis pada 2017 merinci, Instagram merupakan media sosial paling menjadi sarang bullying. 42 responden mengaku jadi korban bullying di Instagram, 37 persen di Facebook, 31 persen di Snapchat, dan lainnya. 

Instagram tak tinggal diam platformnya menjadi sarang bullying. Media sosial berbasis foto dan video milik Facebook itu merilis fitur anti bullying sejak akhir Juni 2017. 

Fitur anti bullying memungkinkan pengguna untuk memblokir komentar ofensif melalui dua fitur, yakni Filter Otomatis dan Filter Manual. 

Pada fitur Filter Otomatis, pengguna bisa menyembunyikan komentar ofensif dari pengguna lainnya. Sedangkan pada Filter Manual, pengguna bisa menyensor komentar ofensif berbasis kata kunci tertentu. Kamu tinggal pilih kata apa saja yang sekiranya nyampah bagi kamu. 

Instagram meningkatkan fitur anti bullying pada Mei 2018, dengan menambahkan satu fitur lagi, yakni Kendali Komentar. Pada fitur ini, pengguna bisa mengatur siapa saja pengguna yang ingin diblokir komentarnya oleh kamu. Sehingga, komentar pengguna yang ofensif ini cuma bisa dilihat oleh sang penyerang saja.

"Kami tak menoleransi perundungan di Instagram. Pedoman Komunitas kami selalu melarang perundungan di platform kami," tegas Co-Founder dan Kepala Eksekutif Instagram, Kevin Systrom.   

Belum cukup, Instagram menyempurnakan fitur anti bullying pada 10 Oktober 2018. Instagram kali ini melibatkan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence, untuk mencegah perundungan. Fitur anyar ini akan menyaring komentar saat pengguna saat bersiaran langsung. 

Sementara itu, filter komentar sudah diperkenalkan pada feed, expore, dan profil beberapa bulan yang lalu. Namun saat ini, Instagram telah menambahkan hal tersebut ke video live, dengan harapan mencegah perundungan.

“Tidak ada tempat untuk perundungan di Instagram. Jika ada pengguna yang melihat perilaku menyakitkan semacam itu di platform kami, mereka dapat melaporkannya dan kami menghapusnya,” ujar Head of Instagram, Adam Mosseri dalam pengumuman di blog perusahaan.

Kantor Pusat Instagram

Segendang sepenarian, Facebook juga merilis fitur penumpas perundungan dan pelecehan pada platformnya. Fitur ini tersedia di opsi menu dalam ikon titik tiga pada tiap postingan. Pada opsi ini tersedia ragam opsi untuk membuang komentar perundungan, yakni blokir, laporkan, hapus atau sembunyikan. 

Fitur anti bullying ini telah tersedia pada Facebook versi desktop dan Android, untuk platform iOS akan menyusul dalam beberapa bulan lagi. Facebook juga sedang menguji cara mudah memblokir kata-kata ofensif yang muncul pada kolom komentar. 

"Menjadi target yang tak diinginkan bisa membuat stres dan beberapa orang mungkin tak nyaman melaporkan pelaku. Dalam kasus lain, perundungan atau pelecehan tak didasari oleh korban. Untuk itu laporkan saja," kata Global Head of Safety Facebook, Antigone Davis dalam pengumuman di blog perusahaan. 

Davis mengatakan, begitu pengguna melaporkan perundungan, tim Operasi Komunitas Facebook akan mengulas postingan yang dilaporkan tersebut. Facebook tidak akan menurunkan postingan perundungan sebelum mengulas laporan tersebut. 

Selain itu, jika tak puas dengan keputusan Facebook dalam penindakan postingan perundungan, pengguna bisa mengajukan laporan kembali atau second review.

"Pastikan laporan kamu dalam kondisi anonim dan apakah konten tersebut melanggar Standar Komunitas Facebook," jelas Davis. 

Berikutnya, algoritma dan fitur bisu>>>

Algoritma dan fitur bisu

Twitter juga merasa bertanggung jawab moral untuk memberantas perundungan di platformnya. Media sosial mikroblog ini mengaku bekerja keras mengidentifikasi akun yang merundung dan kasar ,serta merendahkan akun lainnya. Bahkan, jika perilaku negatif ini belum dilaporkan, Twitter berinisiatif menindaknya. 

Begitu menemukan akun yang berperilaku ofensif itu, Twitter membatasi fungsi akun tersebut dalam kurun waktu tertentu.

General Manager, Consumer Product and Engineering Twitter, Ed Ho mengatakan, mereka akan mengambil tindakan atas akun berdasarkan algoritma dan melewati batas di Twitter. Metode itu memang terbilang baru, tetapi Ed Ho mengharapkan, pengguna bisa proaktif memberikan masukan, serta perbaikan ke Twitter. 

"Platform ini mendukung kebebasan setiap pengguna untuk berbagi sudut pandang, tetapi jika sebuah akun berulang kali melanggar peraturan Twitter, kami akan mempertimbangkan untuk mengambil tindakan lebih lanjut," tulis Ed Ho. 

Untuk melawan perundungan, Twitter memperluas serangkaian tool, di antaranya filter bisu (membisukan) yang sudah dirilis sejak November 2016. 

Dengan fitur mute ini, pengguna bisa membisukan kata kunci, frasa atau keseluruhan dari notifikasi. Pengguna bisa mengatur pembisuan konten, bisa sehari, sepekan, sebulan atau selamanya. 

Selain itu, Twitter memberikan tool yang mana pengguna bisa terus berkala memantau dan menerima hasil tindakan yang dilakukan Twitter. Media sosial ini akan terus melaporkan diri ke kamu, jika memang telah melaporkan konten atau akun yang ofensif. 

Kamu akan mengetahui lebih banyak akun atau postingan yang telah dilaporkan. 

"Anda juga akan diberitahu ,saat kami telah menerima laporan Anda dan menginformasikan kembali jika ada tindakan lebih lanjut yang dilakukan dari laporan tersebut," tulis Ed Ho.  (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya