Menguji Markas Perang Pemilu Facebook

Election Security War Room Facebook.
Sumber :
  • News Room Facebook

VIVA – Facebook mengambil hikmah betul dari Pemilu Presiden Amerika Serikat pada 2016. Dua tahun lalu, upaya merecoki Pemilu AS itu dilakukan melalui media sosial salah satunya Facebook. 

Taliban Plans to Block Facebook Access in Afghanistan

Belajar dari kasus itu, selama dua tahun terakhir ini, Facebook mengakui serius berupaya menjaga pemilu di berbagai negara. Media sosial raksasa itu melangkah lebih serius pada tahun ini. 

Untuk pertama kalinya mereka membangun ruangan khusus atau war room pemilu yang bernama Election Security War Room Facebook. Bahasa mudahnya adalah Markas Perang Facebook untuk Pemilu. 

Taliban Akan Blokir Akses Facebook di Afghanistan

Markas perang ini dihadirkan dengan semangat keseriusan Facebook untuk menangkal upaya yang ingin menggagalkan atau mengacaukan pemilu di berbagai negara. 

Ruangan khusus pemantau pemilu ini terletak di markas pusat Facebook di Menlo Park California, Amerika Serikat. Ruangan ini memantau siapa saja yang menggunakan Facebook untuk tujuan jahat dan mengacaukan pemilu.

Puluhan Pelaku Kejahatan Diciduk Polres Depok, 2 di Antaranya Tega Bacok Korban

Facebook menyadari betul masa-masa pemilu adalah masa yang panas, pasti ada dinamika yang menghangat terlebih panasnya di media sosial dan internet. 

Selain itu, Facebook memutuskan untuk membangun markas perang secara fisik ini lantaran menyadari kemampuan pengacau pemilu yang makin naik kelas. Musuh tim war room Facebook ini makin canggih melancarkan upaya mengacaukan pemilu melalui Facebook. 

Head of Civic Engagement Facebook, Samidh Chakrabarti mengatakan, jika ada masalah mengganggu pemilu terdeteksi di platform tersebut, maka tim markas perang Facebook segera mendeteksi dan menanggapinya secara real time, secepat mungkin. 

"Tujuan kami adalah mengatasi masalah potensial yang teridentifikasi dengan para ahli di tempat kami dalam satu tempat. Identifikasi masalah itu kami lakukan secara real time dan merespons dengan cepat," tutur Chakrabarti dalam keterangannya di laman Facebook.

Chakrabarti yang mengawasi war room itu mengungkapkan, di dalam ruangan ini terdapat 24 desk dan 17 layar terpampang untuk 24 karyawan yang bekerja dan memantau konten pemilu.

Tim markas perang Facebook itu bertugas mendeteksi spam membahayakan dan ujaran kebencian, sampai informasi hoax yang berpotensi mengacaukan pemilih dalam tahapan pemilu. Mereka menggunakan software yang dikustomisasi untuk tujuan deteksi konten negatif tersebut. 

Sementara itu, karyawan lainnya menggunakan Crowd Tangle, layanan yang diakuisisi Facebook untuk memantau konten viral di platform media sosial lainnya. Langkah ini untuk mendeteksi artikel yang tren di Facebook, Instagram, Twitter, dan Reddit. 

Sebanyak 24 karyawan yang bekerja di war room ini merupakan perwakilan dari 20 ribu karyawan Facebook secara global. Tim ini mewakili prinsip keberagaman.

Tim war room ini juga terdiri atas karyawan lintas divisi di Facebook mulai dari divisi data scientist, divisi teknisi, divisi riset, divisi humas, divisi kebijakan sampai perwakilan dari Instagram dan WhatsApp juga nongkrong di war room.

Sistem Kerja

Soal ritme kerja, jika ada tim yang menemukan masalah atau konten negatif dan ofensif, mereka akan mengajukannya ke spesialis terkait konten tersebut. Selanjutnya, spesialis konten yang terkait ini akan mengarahkan penanganannya ke divisi pengambil keputusan konten. 

Untuk penanganan konten yang mengganggu pemilu, Facebook juga melibatkan pihak luar. Facebook memberi akses kepada jaksa negara bagian dan pejabat terpilih lainnya ke war room tersebut.

Harapannya, pihak luar itu bisa dengan cepat melaporkan upaya mencegah pemilih menyuarakan suaranya dan kegiatan mencurigakan lainnya. 

Election War Room Facebook

Dalam mendeteksi konten yang membahayakan pemilu, Chakrabarti mengatakan, Facebook memanfaatkan teknologi pembelajaran mesin dan kecerdasan buatan yang dikembangkan perusahaan. 

"Kedua teknologi kami itu sekarang bisa memblokir atau menonaktifkan akun palsu secara lebih efektif," katanya.   

Facebook menegaskan, mereka belum menjamin akan memperluas praktik war room untuk memantau pemilu negara lainnya. Namun, menyadari tiap tahun ada pemilu di berbagai negara di dunia, maka media sosial besutan Mark Zuckerberg itu berencana mengaktifkan war room di masa depan. 

Salah satu 'uji coba' pemantauan markas perang Facebook ini adalah pemilu jeda Amerika Serikat dan pilpres di Brasil. 

Facebook mengklaim, markas perang mereka bekerja dengan baik. Dalam Pilpres Brasil pada awal Oktober lalu, tim markas perang Facebook itu dengan cepat mendeteksi isu pilpres akan mundur sehari dari jadwal. 

Tim war room Facebook itu dengan cepat bisa menghapus postingan menyesatkan itu kurang dari sejam setelah beredar. Dalam dua jam, tim Facebook itu menghapus versi lain dari postingan hoax tersebut. 

Bekerjanya Markas Perang Facebook itu juga terlihat pada putaran pertama Pilpres Brasil. 

Chakrabarti mengatakan, sistem markas perang Facebook mendeteksi lonjakan ujaran kebencian dan menemukan motif penyebaran postingan ofensif tersebut. 

"Setelah menyelidiki, kami menemukan konten kebencian yang muncul dirancang untuk menyiapkan kekerasan terhadap orang-orang dari Brasil Timur Laut. Tim operasi komunitas kami dapat menghapus posting-posting ini dalam waktu dua jam setelah teknologi kami mengirim peringatan kepada tim di Markas Perang," ujar Chakrabarti.

Belum di Indonesia

Markas perang Facebook untuk memantau pemilu itu sampai ke telinga pejabat di Indonesia. Namun, pemerintah Indonesia belum mengimplementasikan war room tersebut untuk pemilu tahun depan.

Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, menuturkan, belum tahu apakah Facebook akan menghadirkan war room itu ke Tanah Air. 

"Saya belum tahu, karena belum bicara dengan Facebook mengenai implementasi war room di Indonesia," ungkapnya. 

Markas Pusat Facebook 

Secara prinsip, kata pria yang akrab disapa Chief RA itu, Kominfo bekerja sama dengan semua platform media sosial untuk hal-hal yang baik dan bukan cuma soal urusan pemilu. 

"Kami minta semuanya untuk berpartisipasi. Bukan hanya pilpres dan pileg saja, karena kita tidak hanya hidup untuk pemilu," kata dia. 

Lembaga siber nasional, Badan Sandi dan Siber Negara (BSSN) menyambut positif inisiatif Facebok dengan war room tersebut. 

Menurut Badan Siber, platform media sosial tersebut sudah mulai peduli dengan penanganan berita bohong, yang belakangan makin memanaskan nuansa tahun politik. 

“Itu baik saja. Bagus itu. Berarti semua harus concern ke sana,” ujar Sekretaris Utama BSSN, Syahrul Mubarak. 

Sementara itu, Facebook Indonesia juga belum bisa berbicara banyak soal peluang markas perang itu untuk memantau Pilpres 2019. 

"Belum tahu karena roll out-nya masih di luar dulu," kata Communication Lead Facebook Indonesia, Putri Dewanti, di Jakarta.

Putri menjelaskan, tiap penggelaran layanan atau proyek, biasanya Facebook melakukannya secara bergiliran di beberapa wilayah. Proyek yang tidak bergiliran sejauh ini adalah iklan politik yang sudah berlaku secara global.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya