Teka Teki Bendera Hitam Jerat Habib Rizieq

Habib Muhammad Rizieq Syihab bersama sejumlah aparat di Arab Saudi.
Sumber :
  • Dok. Kapitra Ampera

VIVA – Kabar penangkapan Imam Besar Front Pembela Islam atau FPI, Habib Muhammad Rizieq Shihab beredar di media sosial, Selasa 6 November 2018. Pria 53 tahun itu disebut-sebut, ditangkap petugas Kepolisian Arab Saudi di Mekah. 

Top Trending: Kisah Jenderal Agus Subiyanto, Sosok Aiptu FN hingga Istri Baru Habib Rizieq

Habib Rizieq dibawa polisi, sehari sebelum kabar itu berkembang di Indonesia. Duta Besar RI untuk Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel menyebutkan, petugas Kepolisian Mekah dan Mahabis Ammah yang menjemput Habib Rizieq ke kantor polisi, pada 5 November 2018, sekitar pukul 16.00 waktu Saudi.

“Karena, adanya pemasangan bendera hitam yang mengarah pada ciri-ciri gerakan ekstremis," kata Agus, saat dihubungi VIVA, Rabu 7 November 2018.

Habib Rizieq Menikah Lagi karena Diminta Ketujuh Anaknya

Ketika mendapat laporan soal itu, Kementerian Luar Negeri langsung meminta pejabat Fungsi Konsuler di KJRI Jeddah, untuk melakukan penelusuran. “Dari penelusuran diperoleh informasi bahwa MRS dimintai keterangan oleh aparat keamanan Saudi, atas laporan warga negara Saudi yang melihat bendera diduga mirip ISIS terpasang di depan rumah MRS di Mekah," demikian keterangan tertulis Kemlu, Rabu.

Menurut Agus, Arab Saudi sangat melarang keras segala bentuk jargon, label, atribut. dan lambang apapun yang berbau  terorisme dan ekstremisme, seperti ISIS, Al-Qaedah, Al-Jama'ah al-Islamiyyah. 

Top Trending: Istri Baru Habib Rizieq, Isi Ramalan Jayabaya hingga Nonis Diteriaki Emak-emak

Untuk proses penyelidikan, kata Agus, Habib Rizieq sempat ditahan oleh petugas Kepolisian wilayah Mekah. Setelah selesai pemeriksaan di Kantor Mabahis 'Aamah (intelijen umum), ia diserahkan kepada Kepolisian Sektor Mansyuriah Kota Mekah, Selasa, 6 November 2018.

Hari itu juga, pukul 08.00 malam waktu setempat, Habib Rizieq akhirnya dikeluarkan dari Kepolisian Mekah dengan jaminan. Ia didampingi oleh staf dari KJRI Jeddah yang memberikan pendampingan.

Juru bicara Kemnlu RI, Arrmanatha Nasir

Pendampingan, menurut Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir, diberikan untuk memastikan agar hak-hak hukumnya terlindungi. "Itulah tugas KJRI di sana dan itu yang telah diberikan kepada yang bersangkutan, maupun kepada WNI lainnya, apabila mereka menghadapi masalah hukum," ujar Arrmanatha, Kamis 8 November 2018.

Kini, Habib Rizieq telah kembali ke rumahnya. Pengacara Habib Rizieq, Kapitra Ampera menampik bahwa kliennya ditangkap oleh Kepolisian Arab Saudi. Menurut dia, Habib Rizieq hanya dimintai keterangan soal adanya bendera berkalimat tauhid yang tertempel pada tembok rumahnya. 

Kapitra menegaskan, kliennya tak memasang bendera itu. Saat ini, polisi Arab Saudi masih mencari tahu siapa yang menempelkan bendera itu di rumah Habib Rizieq. "Bukan Pak Habib Rizieq (yang masang bendera)," kata Kapitra, saat dikonfirmasi VIVA, Rabu 7 November 2018.

Kapitra Ampera dan Habib Rizieq.

Sugito Atmo Prawiro yang juga pengacara Rizieq Shihab, curiga kasus bendera berlafaz kalimat tauhid di rumah kliennya itu merupakan rekayasa. Sebab, dia menemukan beberapa kejanggalan dalam kasus tersebut.

Kejanggalan pertama, menurut dia, bendera itu tertempel, lalu hilang dengan misterius. “Bendera itu di sana pagi, tapi siangnya tiba-tiba sudah hilang, ini salah satu kejanggalan,” kata Sugito dalam program Apa Kabar Indonesia Pagi tvOne, Kamis.

Keanehan lainnya, satu kamera pengawas atau CCTV di bagian belakang rumah Habib Rizieq mendadak hilang, sehingga sang tuan rumah tak mengetahui orang yang menempelkan bendera itu. Sedangkan kamera serupa di bagian depan rumah tetap ada.

Berikutnya, tudingan ke intelijen>>>

Tudingan ke intelijen

Sementara itu, kuasa hukum Front Pembela Islam (FPI), Munarman mengatakan, orang yang memasang bendera tersebut adalah tukang fitnah yang ingin mempersulit Habib Rizieq di Arab Saudi.

"Bendera dipasang tukang fitnah. Ada operasi false flag terhadap HRS (Habib Rizieq Shihab) di Mekah saat ini. Mereka berharap, dengan adanya peristiwa tersebut, HRS mendapatkan kesulitan dari pihak keamanan Saudi," kata Munarman dalam pesan singkatnya, Rabu 7 November 2018.

Menurut Munarman, Habib Rizieq meminta aparat ikut membantu mengusut dugaan pihak yang memfitnah soal bendera di kediamannya. Salah satu kecurigaan itu, lantaran muncul foto Rizieq bersama aparat Saudi yang diambil dengan kamera jarak jauh. Foto ini lantas viral di media sosial di Indonesia.

Rumah Muhammad Habib Rizieq di Arab Saudi

Habib Rizieq sempat dimintai keterangan oleh otoritas keamanan Saudi, tentang dugaan pihak yang dicurigai sebagai pelaku fitnah foto. Begitupun terkait pemasangan bendera di kediamannya.

"Beliau menyampaikan, pihak yang diduga kuat sebagai pelaku adalah  intelijen dari Indonesia. Pihak Saudi meminta bantuan Habib Rizieq, untuk melaporkan nama-nama intelijen Indonesia yang melakukan operasi intelijen terhadap beliau di wilayah hukum Saudi," ujar Munarman.  

Soal tudingan terhadap intelijen, Direktur Komunikasi dan Informasi Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Purwanto membantahnya. Menurut Wawan, pihaknya tak terkait dengan insiden pemasangan bendera di Mekah tersebut.

"Itu tidak benar ya, karena operasi intelijen. Kami ingin masalah ini jangan melebar ke mana-mana," kata Wawan dalam acara Apa Kabar Indonesia Malam tvOne, Rabu 7 November 2018.

Menurut Wawan, polemik ini harus diselesaikan secara bijak. Ia menekankan kembali, BIN justru punya peranan melindungi warga negara Indonesia yang berada di luar negeri, seperti Habib Rizieq. Ia meminta, agar semua pihak bisa menjaga pernyataan dan tak  berasumsi macam-macam. 

Ia menuturkan, kabar soal operasi intelijen itu berawal hanya dari asumsi. "Dituduh melakukan operasi-operasi, itu kan hanya asumsi. Sebut ada CCTV hilang. Ini kan, ada perkiraan-perkiraan. Ada potret dan diviralkan yang digabung-gabungkan seolah-olah menjadi pembenaran," ujarnya.

Kepala KSP Jenderal (Purn) Moeldoko

Tudingan ada keterlibatan intelijen Indonesia dalam kasus bendera di kediaman Habib Rizieq, juga dibantah mentah-mentah oleh pihak Istana. Tuduhan itu, dinilai terlalu jauh dan cenderung mengada-ada.

"Saya kira enggak sejauh itu, di negara orang kok sembarangan. Intelijen kok jelek banget gitu lho. Jadi, menurut saya, jangan mengada-ada lah," kata Kepala Staf Presiden, Moeldoko Moeldoko, di Istana Negara, Jakarta, Kamis 8 November 2018.

Menurut mantan Panglima TNI itu, tidak semua persoalan selalu dikaitkan dengan intelijen dan pemerintah. Tapi perlu juga instropeksi diri, dalam hal ini Habib Rizieq sendiri. “Persoalannya adalah, kalau saya nih, sebagai seseorang kan bertanya dulu, 'yang enggak senang sama gue siapa sih?' banyak juga. Gitu. Bukan hanya intelijen. Dikit-dikit intelijen, dikit-dikit pemerintah. Bisa saja orang lain," ujar Moeldoko. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya