Guru Dibully Siswa, Gagalnya Pendidikan Karakter Anak Bangsa

Viral video murid bully guru di Kendal
Sumber :
  • Youtube

VIVA –  Sebuah video yang memperlihatkan seorang guru pria paruh baya menjadi sasaran bully atau perundungan murid-muridnya beredar. Aksi tak pantas itu terjadi di sebuah SMK di Kendal, Jawa Tengah.

Operasi Pekat Ramadan, Polres Kendal Razia 4 Pasangan Bukan Suami Istri yang Sedang Ngamar

Dalam rekaman video berdurasi sekitar dua menit itu, terlihat lima siswa mengarahkan tendangan sambil tertawa ke arah guru tersebut. Terlihat juga, seorang siswa mendorong sang guru, kemudian disusul siswa lain melakukan hal yang sama.

Sang guru terlihat berusaha menghalau murid-muridnya, dengan gerakan tendangan dan mengibaskan buku yang dipegangnya. Mereka tampak terlihat seolah saling tendang, bahkan sepatu guru tersebut melayang sebelah. Video berakhir dengan tawa-tawa siswa dan sang guru mengambil kembali sepatunya yang lepas.

Survei Sebut Dico Ganinduto Masuk Kandidat Potensial Cagub Jateng

Video ini memancing kontroversi dan reaksi keras dari masyarakat. Video tersebut dianggap memperlihatkan hal yang sangat tak patut dilakukan siswa terhadap gurunya. Selain itu, video ini juga dianggap menunjukkan masih terjadinya aksi kekerasan di sekolah.

Bedanya, jika selama ini yang sering muncul adalah guru sebagai pelaku kekerasan kepada siswa, kali ini justru siswa yang melakukan aksi kekerasan pada gurunya. Belakangan ketahuan, aksi itu terjadi di SMK NU 03 Kaliwungu, Kendal. 

Kronologi Anggota KPPS Kendal Meninggal di TPS saat Proses Penghitungan Suara

Setelah video itu menjadi viral, pihak sekolah membuat pernyataan resmi bahwa video siswa memukuli guru di kelas itu hanya bercandaan, alias guyonan belaka. Kepala Sekolah SMK NU 03 Kaliwungu, Muhaidin mengakui, peristiwa itu terjadi di kelas X TKR pada Kamis 8 November 2018 lalu.

"Saya klarifikasi bahwa kejadian itu hanyalah gurauan. Pak Joko (guru dalam video), memang kerap bercanda dengan peserta didik. Tetapi, guru dan perserta didik akan kami beri pembinaan," ujarnya.

Namun, penjelasan Muhaidin tak segera membuat kasus itu selesai. Bupati Kendal, Mirna Anissa bahkan turun tangan langsung. Ia mendatangi SMK NU 03 Kaliwungu pada Senin 12 November 2018. Ia mengakui, ini kasus yang memprihatinkan dan berharap kasus tersebut tak terulang lagi, apalagi ditiru oleh siapapun.  

Meski Muhaidin mengatakan itu adalah guyonan, namun warganet yang menyaksikan video tersebut meragukan penjelasan itu. Bahkan, meski itu juga benar sebuah guyonan, aksi itu dianggap tidak pantas dan tak bisa dibenarkan.

Guyonan yang diragukan 

Kasus pengeroyokan yang dilakukan murid kepada gurunya ini menjadi semacam tamparan keras. Guru yang seharusnya menjadi seorang panutan, dihormati, dan disegani, dalam video itu tak ubahnya seorang yang tak berharga. Ia didorong ke sana ke mari dan ditendangi. Semakin ia berusaha melawan, semakin murid-muridnya terus berusaha menyerang. 

Komplain datang dari berbagai pihak. Turah Suyanto, seorang guru di Sawangan, Depok, mengaku miris dan sangat sedih melihat rekaman tersebut. Sebagai guru, ia mengatakan. tindakan yang dilakukan murid tersebut sangat tidak patut.

"Masih banyak cara lain untuk bercanda. Tidak dengan cara merendahkan derajat guru seperti di video tersebut," ujarnya.

Turah, yang sudah mengajar selama 10 tahun itu berharap, ada klarifikasi serius dan tak ada lagi kasus sejenis yang dilakukan siswa kepada gurunya. 

"Menjadi guru tak mudah. Bekal pendidikan saja tak cukup. Harus ada bekal cinta dan semangat memberi yang terbaik pada siswa dan dunia pendidikan," tambahnya. 

Tanggapan masygul juga disampaikan oleh Gunawan, seorang guru di sebuah sekolah internasional di Jakarta Selatan. Gunawan yang sehari-hari mengajar pendidikan agama Islam mengaku tak bisa terima dengan insiden itu.

"Saya paham, seorang guru perlu bisa dekat dengan siswa. Tapi bukan seperti itu caranya. Ada cara yang lebih baik dan bisa membuat kedekatan antara guru dan siswa terjadi tanpa harus merendahkan martabat sang guru," ujar Gunawan. 

Gunawan, yang sudah 16 tahun menjadi guru itu tak yakin bahwa aksi yang terjadi adalah sebuah guyonan. Ia yakin guru tersebut memang sedang melawan aksi perundungan yang dilakukan siswanya.

Bahkan, jika itu adalah guyonan, Gunawan menganggap tindakan tersebut sebagai hal yang tak patut dilakukan seorang murid kepada gurunya.

"Guyonan seperti itu tak bisa ditolerir, karena ini adalah dunia pendidikan. Relasi yang terjadi harusnya adalah saling menghormati dan saling menghargai. Harusnya siswa bisa menghargai dan menghormati gurunya. Karena, selain usianya terpaut jauh, guru juga mengorbankan banyak hal demi keberhasilan siswanya," ujar Gunawan kepada VIVA, Selasa 13 November  2018. 

Ia sepakat, bahwa guru dan murid harus memiliki hubungan yang dekat. Menurutnya, hubungan dekat antara guru dan murid memudahkan proses belajar. Jika hubungan guru dan murid terbina dengan baik, proses belajar akan semakin mudah. Tetapi, proses mendekatkan hubungan guru dan murid tak bisa dilakukan dengan cara seperti yang terjadi di Kendal. 

"Mungkin, ada cara dari sang guru yang tak bisa diterima oleh siswa. Ada ketidakpuasan siswa terhadap guru. Tetapi, bukan seperti itu cara menyampaikan ketidakpuasan," ujarnya. 

Gunawan mengaku sedih dengan kasus tersebut. Dunia pendidikan saat ini, ujarnya, berada dalam kondisi sangat menyedihkan. Proses mendidik karakter bangsa terjegal. Ia mengakui, mungkin memang ada kegagalan, dan ada proses yang salah. Dan, bisa jadi kegagalan itu memang terjadi di kedua sisi, guru dan siswa. Tetapi, ia yakin, banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kondisi ini, sebelum semuanya bertambah buruk. 

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti juga menyayangkan terjadinya aksi tersebut. Aksi itu, menurutnya, mencerminkan ketidaksantunan sikap dan perilaku peserta didik pada sang guru.

"Dengan tujuan dan alasan apapun, tindakan para siswa tersebut merupakan tindakan tidak patut dan tidak bisa dibenarkan," ujarnya. 

Gagalnya pendidikan karakter

Keresahan Turah dan Gunawan, ternyata juga dirasakan oleh Bupati Kendal, Mirna Anissa. Saat mendatangi sekolah tersebut, Mirna dengan tegas meminta agar kasus tersebut tak terulang.

Mirna mengaku sudah mendengarkan cerita dari siswa yang terlibat, juga keterangan dari Pak Joko, sang guru. Mirna dengan tegas mengatakan, aksi yang terjadi dalam video tersebut menunjukkan tak ada etika yang diberlakukan di dalam kelas. 

"Dari kronologinya ditanya, tidak ada yang mengaku (melempar kertas). Kemudian, maju lima orang, seolah tidak terjadi apa-apa. Dari situ, etika sudah tidak ada. Reaksi gurunya juga menenangkan dengan cara atraksi kan contoh etika tidak ada. Tidak ada pendidikannya," ujar Mirna. 

Dinas Pendidikan (Diknas) Provinsi Jawa Tengah, juga segera mengambil tindakan. Pihak Diknas mendatangi sekolah dan meminta keterangan dari seluruh pelaku yang ada di dalam video, juga meminta keterangan Pak Joko, guru yang bersangkutan.

Kepala Diknas Provinsi Jawa Tengah, Gatot Bambang Hastowo mengaku sulit menerima penjelasan sekolah bahwa aksi yang terekam itu adalah sebuah guyonan. "Dalam proses pembelajaran itu ada etika, estetika. Kan, enggak masuk etikanya murid masa begitu sama gurunya," ujarnya, saat diwawancara tvOne, Selasa 13 November 2018. 

Gatot mengingatkan guru, agar menjaga kewajaran dalam bersikap, walaupun terbiasa guyon dengan muridnya. "Mencairkan suasana itu tidak perlu seperti itu, masih banyak cara," tambahnya. 

Retno Listyarti mengatakan, kasus kekerasan siswa terhadap guru terjadi karena dua hal. "Pertama, karena karakter siswa yang kurang terbina dengan baik di rumah dan di sekolah sehingga perilakunya kurang sopan. Kedua, karena rendahnya kompetensi paedagogik guru, terutama dalam penguasaan kelas," ujar Retno. 

Retno yang juga pernah menjadi guru dan kepala sekolah sebuah SMU di Jakarta, menekankan pentingnya seorang guru mampu menciptakan suasana kelas dan suasana belajar yang kreatif, menyenangkan, dan menantang kreativitas, serta minat siswa.  

Ada langkah-langkah pembinaan yang bisa dilakukan sekolah untuk membentuk karakter siswa. Pertama, sekolah perlu menyusun rencana aksi penguatan pendidikan karakter di sekolah, termasuk mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua, adalah meningkatkan disiplin siswa, termasuk performance dan sikapnya. "Ketiga, sekolah wajib menegakkan tata tertib sekolah. Keempat, adalah secara berkala pengawas sekolah wajib memantau dan melaporkan hasilnya ke Dinas Pendidikan setempat," ujar Retno.

SMK NU 03 Kendal sudah mendapatkan peringatan dari Dinas Pendidikan. Seluruh yang terlibat, termasuk kepala sekolah, guru, siswa, dan orangtua siswa sudah dipanggil oleh Dinas Pendidikan Jawa Tengah. Para siswa juga diminta membuat pernyataan untuk tidak mengulangi perbuatan mereka dengan disaksikan oleh guru, orangtua, dan pengawas. Gatot dan Bupati Mirna berharap, agar kasus tersebut tak terulang lagi. 

Gatot, Mirna, dan KPAI boleh berharap kasus ini tak akan terulang lagi. Tetapi, kasus kekerasan yang dilakukan siswa terhadap gurunya telah menunjukkan lunturnya penghormatan dan penghargaan pada guru.

Karakter santun dan berbudi yang didambakan banyak orang seperti jauh panggang dari api. Semoga ini memang hanya satu kasus, dan tidak mengkristal atau menggelinding seperti bola salju. Jika siswa gagal menghargai dan menghormati gurunya, pendidikan karakter yang didengungkan selama ini sudah layak dianggap gagal. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya