Diabetes Ancam Remaja

Ilustrasi pengecekan diabetes.
Sumber :
  • Pixabay/TesaPhotography

VIVA – Diabetes sangat akrab terdengar di telinga kita. Dulu, diabetes tipe 2 adalah hal yang paling umum terjadi pada orang tua.

Bahaya Dibalik Segarnya Sop Buah, Hati-Hati Diabetes dan Obesitas Mengintai

Jumlah penderita diabetes terbanyak memang berada di rentang usia 40 dan 59 tahun. Kalaupun terjadi pada anak dan remaja, banyak yang menduga bahwa itu adalah akibat keturunan (diabetes tipe 1).

Padahal, beberapa tahun terakhir, penderita diabetes tipe 2 mulai meningkat dan tidak hanya ditemukan pada orang dewasa, namun juga pada remaja, dan anak-anak.

Kemenkes Khawatir Pembiayaan Penyakit Ginjal Meningkat Karena Hal Ini

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan diabetes menyebabkan 1,6 juta kematian di seluruh dunia pada 2015, dan akan menjadi penyebab kematian ketujuh terbesar pada 2030. Hampir setengah dari semua kematian akibat diabetes saat ini bahkan terjadi sebelum usia 70 tahun.

Berkat semakin meluasnya pola makan tidak sehat dan gaya hidup serba mager alias sedentari, rata-rata usia terkena diabetes kini bergeser semakin muda. 

Ancaman Tersembunyi: Penyakit Ginjal Diprediksi Masuk 5 Besar Penyebab Kematian Global di 2045!

Makanan junkfood.

Pemicunya tentu gaya hidup tak sehat yang dianut 'kids zaman now'. Sering nongkrong di kafe dengan kudapan junk food atau makanan serba manis dan berlemak. 

Belum lagi penerapan diet yang salah kaprah turut menjadi faktor pemicu, sehingga tak mengherankan jika diabetes sangat dekat dengan remaja dan anak-anak.

Data itu ditegaskan oleh laporan WHO yang menyebut bahwa jumlah kasus diabetes secara global di kalangan ABG sekitar usia 18 tahun telah meningkat dari 4,7 persen pada 1980 menjadi 8,5 persen pada 2014.

Menurut American Diabetes Association, sekitar 5 ribu orang di bawah usia 20 tahun mendapat diagnosis diabetes tipe 2 setiap tahunnya. Setidaknya 352 juta orang usia muda berisiko terkena diabetes tipe 2.

Sebuah penelitian pada 2012 yang diterbitkan dalam “Diabetes Care” bahkan memperhitungkan potensi jumlah kasus diabetes di masa depan pada orang di bawah usia 20 tahun. Studi ini menemukan bahwa pada saat ini jumlah orang di bawah usia 20 tahun dengan diabetes tipe 2 akan meningkat hingga 49 persen pada 2050.

Jika tingkat insiden ini terus bertambah, jumlah kasus diabetes tipe 2 pada anak-anak muda bisa meningkat hingga empat kali lipat.

Penderita diabetes di Indonesia

Data lokal (Infodatin 2013) milik Kementerian Kesehatan RI menyebut bahwa jumlah orang Indonesia berusia 15 tahun ke atas yang mendapatkan diagnosis diabetes resmi mencapai sekitar 12 juta (6,9 persen).

Sementara itu, orang-orang di rentang usia sama yang mengalami pradiabetes dilaporkan mencapai 116 juta jiwa. Pradiabetes itu terdiri atas toleransi glukosa terganggu (TGT) dan gula darah puasa terganggu (GDPT).

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa gejala-gejala diabetes tipe 2 dan pradiabetes sudah mulai tampak pada usia remaja, yaitu sekitar usia 15 tahun. Kemenkes juga mencatat bahwa setidaknya ada 8 juta orang usia 15 tahun ke atas yang mengidap diabetes di Indonesia, tapi belum mendapat diagnosis resmi.

Meski begitu, data ini tidak mencatat kasus diabetes tipe 1 yang biasanya dimiliki anak sejak lahir karena faktor keturunan. Diabetes tipe 1 bisa berkembang menjadi diabetes tipe 2 karena dipengaruhi oleh kebiasaan gaya hidup yang buruk.

Banyak yang tak sadari gejalanya

Dilansir laman Web MD, diabetes miletus merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat memproduksi insulin secara efektif. Insulin merupakan hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah.

Penyakit ini pun disebut-sebut sebagai silent killer lantaran satu dari dua orang menyandang diabetes. Tidak terdiagnosis dan tidak menyadari apabila mereka terkena diabetes.

Ilustrasi anak gemuk

Prof. Dr. dr. Sidartawan Soegondo, Sp.PD-KEMD, FACE menyebut bahwa setengah dari empat juta orang yang meninggal akibat diabetes berusia di bawah 60 tahun akibat terlambat menyadari dirinya terkena diabetes.

"2/3 orang di Indonesia enggak tahu kalau mereka kena diabetes," kata dia kepada VIVA di Jakarta Selatan.

Dia melanjutkan bahwa kondisi ini sangat mengkhawatirkan, mengingat penderita diabetes khususnya di Indonesia meningkat. 
 
Melihat tingginya prevalensi tersebut, dia pun meminta agar masyarakat untuk sadar dengan penyakit ini. Mengingat jika terlambat pendeteksiannya akan berakibat sebabkan cacat serius atau kematian.

"Gejalanya itu, banyak makan, banyak minum, banyak kencing. Kalau sudah ada gejala ini, berarti ini adalah gejala lanjut. Jangan tunggu gejala, kalau sudah ada riwayat keluarga gula harus diwaspadai karena penyakit ini merupakan bawaan gen," kata dia.

Dia melanjutkan, jika memang ada keluarga dengan riwayat gula, masyarakat diminta untuk mengubah pola gaya hidup sehatnya. Dengan mengatur pola makan, jumlah makanan yang dikonsumsi hingga melakukan aktivitas fisik.

"Kalau kena diabetes harus atur pola makan. Orang diabetes boleh makan apa saja tapi harus terkontrol jumlahnya dan harus sesuai jam makannya, jangan tunggu lapar karena biar enggak dobel porsinya sehingga gula darahnya tinggi," kata dia.

Bukan hanya berdampak pada menurunnya kesehatan, dr. Sidartawan juga menyatakan bahwa diabetes yang menyerang usia dini juga berdampak pada kondisi yang serius.

"Komplikasinya bisa berdampak serius. Bisa ke jantung, gagal ginjal, gangguan penglihatan hingga depresi," ujarnya.

Dilansir web MD, VIVA coba merangkum dampak serius yang terjadi pada pasien diabetes usia dini, yakni remaja dan anak-anak.

1. Obesitas
Memang benar jika diabetes tidak langsung menyebabkan obesitas. Namun, pasien diabetes usia dini cenderung mudah merasa lemas dan bermalas-malasan, termasuk malas berolahraga. Dan hal inilah yang kemudian bisa menyebabkan kenaikan berat badan.

2. Gagal ginjal
Remaja yang menderita diabetes lebih rentan untuk terkena gagal ginjal karena diabetes akan menghambat kemampuan ginjal untuk menyaring racun atau bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh.

3. Kesehatan jantung menurun
Deposisi gula darah yang tinggi pada arteri akan menyumbat jantung dan membuat dinding pembuluh darah menebal. Oleh karena itu sirkulasi darah menjadi tidak lancar dan menyebabkan kesehatan jantung menurun.

4. Gangguan penglihatan
Saat berbicara tentang bahaya diabetes pada remaja, Anda tidak bisa menghindari masalah yang berkaitan dengan penglihatan. Sebab, diabetes akan menurunkan kesehatan pembuluh darah retina.

Anak Berkacamata

5. Depresi
Ketika seorang remaja terkena diabetes, tak jarang dia harus menghabiskan waktunya dengan minum obat-obatan atau suntikan. Dan hal ini bisa membuatnya mengalami depresi. Oleh karena itu, jika buah hati terkena diabetes, maka Anda juga harus mewaspadai hal ini.

Kenali Resistensi Insulin pada anak dan remaja

Bukannya tidak mungkin anak-anak dan remaja mengidap diabetes tipe 2. Sebenarnya sama seperti pada orang dewasa, diabetes tipe 2 pada anak dan remaja juga umumnya disebabkan oleh resistensi insulin. 

Hormon insulin diproduksi tubuh oleh pankreas dan berfungsi mengolah serta mengatur kadar gula darah, artinya insulin tidak bekerja dengan semestinya. Anak dan remaja yang mengalami resistensi insulin harus memproduksi lebih banyak insulin dari orang normal supaya kadar gula darahnya teratur.

Pada umumnya, anak dan remaja yang mengalami obesitas memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami resistensi insulin. 

Ilustrasi diabetes.

Menurut National Diabetes Services Scheme, akibat resistensi insulin ini, anak dan remaja bisa terkena diabetes tipe 2, terutama jika pankreas terus tidak bisa memproduksi jumlah insulin yang cukup. Kadar gula darah mereka akan mulai meningkat melebihi batas normal.

Selain itu, selama masa pubertas, perubahan hormonal bisa meningkatkan resistensi insulin. Oleh sebab itu, diabetes tipe 2 pada anak paling sering didiagnosis ketika anak berusia remaja. 

Bagaimana Pencegahannya?

Menurut dr. Andi Nanis Sacharina Marzuki, Sp.A(K) diabetes tipe 2 pada anak sangat bisa dicegah, yaitu dengan mengubah gaya hidup, terutama pada anak yang sudah berisiko. Orangtua harus mengawasi dan memastikan kurva berat dan tinggi badan anak proporsional, jangan sampai berlebih.

"Kira-kira sampai anak berusia 10 tahun, jangan sampai berat badannya berlebih. Selalu pantau perkembangannya setiap berkunjung ke dokter. Tanyakan pada dokter apakah proporsi tubuh anak sudah ideal," jelas dr. Andi di acara 'Selamatkan Keluarga dari Diabetes' IDAI di Jakarta.

anak obesitas

Kalau anak mengalami kegemukan, orangtua harus waspada dan berhati-hati. Setidaknya, sampai usia 10 tahun anak sudah harus memiliki proporsi tubuh ideal. 

Tak hanya itu, dukungan keluarga juga sangat penting untuk meningkatkan dan menjaga kualitas hidup penderita diabetes.

"Bentuk dukungan seluruh anggota keluarga bagi penyandang diabetes ini bisa bermacam-macam, seperti mengantarkan berobat, mengingatkan untuk selalu minum obat, dan menyediakan makanan sehat. Sehingga, kadar gula darah pun dapat terkontrol dengan baik dan penderita diabetes dapat terhindar dari komplikasi yang dapat mengancam nyawa serta menurunkan kualitas hidup mereka," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya