Teror di Trans Papua

Kondisi jalur darat yang menghubungkan antara Wamena ke Mumugu di Papua
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

VIVA – Tanah Papua berduka. Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua berulah, menebar teror dengan sasaran warga sipil. Mereka menembaki dan membantai sadis puluhan pekerja proyek Trans Papua pada Minggu, 2 Desember 2018.  

Prajurit Kidang Kencana Siliwangi Sweeping Jalur Trans Papua, Ada Apa?

Aksi keji tersebut baru diketahui Senin, 3 Desember 2018, sekira pukul 13.00 WIT. Laporan masyarakat menyebutkan telah terjadi pembunuhan terhadap pekerja proyek PT Istaka Karya yang sedang membangun jembatan di Kali Yigi dan Kali Aurak yang berada di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga.

Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Polisi Ahmad Mushofa Kamal yang membenarkan peristiwa tersebut mengatakan, aparat TNI-Polri telah diterjunkan ke lokasi untuk melakukan pengejaran pelaku. Puluhan orang dilaporkan tewas, korban kebiadaban kelompok bersenjata di Papua.

Ratusan Kendaraan Terjebak di Jalan Trans-Papua Ruas Jayapura-Wamena sejak Desember 2022

"31 orang. Itu info dan laporan yang kami dapat," kata Kombes Pol Ahmad Mustofa Kamal pada Senin 3 Desember 2018 soal korban pembunuhan.

Ahmad merinci ada 24 orang dibunuh pada hari pertama, delapan orang yang berupaya menyelamatkan diri ke rumah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Nduga, Alimi Gwijangge. Informasinya, tujuh orang di antaranya dibunuh dan satu orang belum ditemukan, kemungkinan melarikan diri.

6 Korban Kerusuhan Dogiyai Papua Ditemukan, Satu Jadi Mayat

Terkait jumlah korban tewas dan selamat memang masih simpang siur. Informasi lain yang berasal dari komunikasi melalui Radio SSB, Pendeta Wilhelhmus Kogoya, tokoh gereja L Yigi, menyebutkan sebanyak 24 orang pekerja tewas di Kali Yigi dan Kali Aurak, Distrik Yall, Kabupaten Nduga.

Menurut Wilhelhmus, pembunuhan terhadap 24 orang tersebut terjadi pada Minggu, 2 Desember 2018. Para korban meninggal 24 orang tersebut merupakan pekerja jembatan Kali Yigi dan Kali Aurak, Distrik Yigi.

Dua pekerja sempat melarikan diri dan selamat, sementara mereka sudah sampai di Distrik Mbua, dan delapan pekerja bangunan yang berada di Distrik Yall diselamatkan oleh keluarga Wakil Ketua I DPRD Kabupaten Nduga, Alimi Gwijangge dan dibawa lari ke Distrik Koroptak dalam keadaan selamat.

Alimin Gwijangge saat dikonfirmasi mengatakan, pelaku pembantaian bukan warga masyarakat tapi kelompok separatis bersenjata. "Bukan masyarakat pelakunya, tapi kelompok bersenjata pimpinan Yania Kogoya," ujar Alimin.

Menurut dia, jenazah 24 pekerja jalan Trans Papua itu hingga kini masih berada di lokasi kejadian.
"Delapan orang yang diselamatkan oleh keluarga saya dalam keadaan baik, dan sementara keluarga sedang mengamankan untuk nantinya akan dijemput," tuturnya.

Dari informasi yang berhasil dihimpun, kelompok bersenjata Papua diduga mengamuk dan membantai para pekerja itu. Mereka marah saat mengetahui ada pekerja yang mengabadikan gambar upacara hari ulang tahun (HUT) Organisasi Papua Merdeka (OPM) 1 Desember yang tak jauh dari lokasi kejadian.

Staf Khusus Presiden untuk Papua, Lenis Kogoya, membenarkan sebab terjadinya penembakan pekerja sipil proyek Trans Papua. Menurut Lenis, kelompok bersenjata ini mengira pekerja yang sengaja mengambil gambar acara kelompok ini sebagai mata-mata (intelijen) aparat keamanan RI.

"Kalau soal pekerjaan jalan mereka tidak marah, tidak ada kaitannya sama sekali (dengan proyek Trans Papua). Ini musibah. Terjadi pembunuhan jumlahnya tidak pernah sebanyak dari ini," ujar Lenis di acara tvOne, Selasa, 4 Desember 2018.

"Atas nama kepala suku di Papua, kami berduka, semoga almarhum diterima dengan baik dan keluarga yang ditinggal diberi ketabahan," tuturnya.

Pos TNI Diserang
 
Hingga berita ini diturunkan, ada empat pekerja jembatan Trans Papua yang berhasil melarikan diri ditemukan selamat. Keempatnya ditemukan aparat gabungan TNI-Polri, Selasa, 4 Desember 2018, dalam perjalanan dari Distrik Mbuma menuju Distrik Yigi.

Saat ditemukan aparat, kondisi dua dari empat korban selamat terluka akibat tertembak. "Mereka kini di jalan sedang dievakuasi ke Wamena," kata Juru Bicara Polda Papua, Kombes Pol Ahmad Musthofa Kamal.

Adapun identitas empat korban yang berhasil ditemukan selamat adalah Martinus Sampe, Jefrianto, Irawan, dan Jhon. Dua dari empat korban yakni Martinus Sampe dan Jefrianto adalah pekerja pada PT Istaka Karya. Sementara itu, Irawan adalah karyawan Telkomsel dan John merupakan petugas Puskesmas setempat.

Menurut pengakuan keempat korban, selain menembaki pekerja Trans Papua, kelompok bersenjata juga menyerang Pos TNI Yonif 755/Yalet. Dua anggota TNI menjadi korban penembakan, satu tewas dan satu lagi luka-luka.
 
"Informasinya, kelompok bersenjata saat melakukan penyerangan terhadap Pos TNI itu didukung masyarakat setempat, kurang lebih sebanyak 250 orang," kata Ahmad.
 
Wakil Juru Bicara Kodam XVII Cenderawasih Letkol Inf Dax Sianturi saat dihubungi, Selasa 4 Desember 2018, mengatakan kelompok bersenjata itu menyerang Pos TNI secara membabi buta. Sementara itu, kekuatan TNI di pos tersebut kisaran 40 prajurit atau 2 SST (satuan setingkat kompi).

Dax menduga kuat kelompok bersenjata yang menyerang Pos TNI di Mbua masih sama dengan kelompok yang membantai 31 pekerja jembatan Trans Papua. Menurut dia, jarak antara Pos TNI di Mbua dengan Kali Yigi, lokasi pembantaian, diperkirakan ditempuh 2 jam perjalanan dengan transportasi darat.

"Jadi, ini masih ada kaitan dengan informasi adanya pekerja dari PT Istaka Karya yang dibunuh kelompok ini," ujar Dax saat konfirmasi. Nduga merupakan basis kelompok bersenjata di bawah pimpinan Egianus Kogoya.

Kepala Divisi Humas Polri Brigjen Pol Muhammad Iqbal memastikan aparat gabungan TNI-Polri akan memburu kelompok bersenjata tersebut. Tim sudah melakukan pemetaan, bahkan dari hasil penyelidikan, tim berhasil mengidentifikasi kelompok yang harus bertanggung jawab atas pembantaian warga sipil itu.

"Sudah teridentifikasi beberapa kelompok, tinggal mengerucut apakah benar kelompok ini atau tidak," kata Brigjen Polisi Mohammad Iqbal di Mabes Polri, Selasa, 4 Desember 2018. Namun, Iqbal belum bersedia menyebutkan dari mana kelompok ini berasal.

Tak hanya itu, mantan wakapolda Jawa Timur ini juga belum dapat memastikan berapa jumlah korban dalam insiden ini. Tim yang saat ini dipimpin Wakapolri Komisaris Jenderal Polisi Ari Dono Sukmanto sedang menuju lokasi dan melakukan olah tempat kejadian perkara.

"Beredar memang ada 31, 24 nama dan ditambah 8 nama. Ini narasi-narasi di medsos. Tetapi sekali lagi, kapolda Papua dan pangdam serta kekuatannya sedang menuju lokasi untuk melakukan tindakan-tindakan kepolisian," ucapnya.

Proyek Ambisius

Tak dipungkiri, proyek Trans Papua yang dimulai sejak era Presiden BJ Habibie ini memang menjadi fokus pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Proyek jalan sepanjang 4.330 kilometer ini menghubungkan Sorong, Provinsi Papua Barat hingga tembus Merauke, Provinsi Papua.

Dimulai di era Habibie dan berlanjut hingga era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), proyek Trans Papua kian masif dikerjakan di era Jokowi. Dalam beberapa kesempatan, Jokowi kerap memamerkan kinerjanya terkait pembangunan Papua. Ia menargetkan penyelesaian Trans Papua sepanjang 1.066 km rampung pada 2019.

Di tengah jalan, kelanjutan proyek ambisius Jokowi itu terusik dengan ulah kelompok bersenjata yang menebar teror dengan membantai puluhan pekerja proyek Trans Papua. Tapi, Jokowi memastikan pembangunan infrastruktur di Papua tetap akan dilanjutkan.

"Pembangunan infrastruktur di tanah Papua tetap berlanjut. Kita tidak takut dengan hal seperti itu," ujar Jokowi, usai membuka Peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Selasa 4 Desember 2018.

Menurut Jokowi, peristiwa dikabarkan terjadi di Kabupaten Nduga, daerah yang memang diidentifikasi rawan gangguan keamanan. Ia sudah memerintahkan Kapolri, Jenderal Polisi Tito Karnavian dan Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto untuk menyelesaikan kasus tersebut.

Terpisah, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono juga menegaskan pembangunan jalan Trans Papua akan tetap dilanjutkan. Meskipun, ada sejumlah titik pembangunan jembatan dihentikan sementara, karena insiden penembakan di lokasi tersebut.
 
Basuki menjabarkan, Trans Papua segmen 5 yang menghubungkan Wamena hingga Mumugu sudah rampung, mencapai 70 hingga 72 persen. Setidaknya ada 14 unit jembatan yang akan dibangun oleh PT Istaka Karya dan 21 oleh PT Brantas Abipraya.

Sementara itu, untuk pembukaan lahan sebenarnya sudah tembus seluruhnya, hanya tinggal pengerasan jalan dan pembangunan jembatan. Penundaan pembangunan jembatan akan dilakukan hingga situasi kondusif.

Di tempat yang sama, Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR, Sugiyartanto menambahkan bahwa pembangunan yang ditunda hanya untuk jembatan. Sebab, pembangunan segmen 5 Trans Papua sepanjang 278,6 km dari Wamena hingga Mumugu memang harus melewati sungai-sungai sehingga perlu dibangun jembatan.

Walau ada penundaan, ia masih optimistis pembangunan Trans Papua selesai 2019. "Tembus 2019, sesuai renstra (rencana strategis) 2015-2019," katanya.

Anggota Komisi III DPR, Nasir Djamil mempertanyakan Polri dan TNI yang dianggap tidak maksimal dalam memberikan pengawalan dan keamanan bagi pekerja proyek strategis pemerintah di Papua. Dia heran, mengapa aparat belum bisa membasmi kelompok-kelompok bersenjata di Papua.

"Ini menunjukkan bahwa aparat negara dalam hal ini kepolisian, TNI, ternyata belum mampu melumpuhkan kelompok-kelompok bersenjata yang ada di sana," kata Nasir di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa 4 Desember 2018.

Nasir menyesalkan anggaran negara yang dikucurkan untuk mewujudkan situasi yang aman di daerah konflik menjadi terlihat tak efektif. Padahal, anggaran sudah dipersiapkan untuk penanganan di medan-medan yang sulit dan daerah terisolasi.

"Karena memang sejak awal kita sudah mempersiapkan itu," ujar dia. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya