Daniel Mananta, Menebar Cinta Bukan Ketakutan

Daniel Mananta sebagai Ahok di film A Man Called Ahok.
Sumber :
  • Instagram @amancalledahok

VIVA – Mengawali karier sebagai VJ (Video Jockey ) MTV, nama Daniel Mananta terus melambung. Ia tampil dengan gayanya yang ceplas-ceplos. Gaya ini yang membuat Daniel cepat terkenal di kalangan anak muda. Dari situ, pria kelahiran 14 Agustus 1981 ini terus bertransformasi. Ia juga dikenal sebagai host papan atas di Indonesia.

Kisah Istri Daniel Mananta Keluar dari Gereja Hingga Temukan Tuhan

Setelah dari VJ MTV, Daniel mendapatkan kesempatan untuk menjadi presenter Indonesian Idol. Ia meraih sukses lewat acara pencarian bakat ini.

Ia pun mencoba tantangan lainnya di dunia akting. Ia sempat bermain sinetron berjudul Antara Cinta dan Dusta. Pria lulusan universitas di Australia ini pun merambah ke layar lebar. Ia berperan dalam film Rumah Dara.

Kisah Viola Kepincut Daniel Mananta, Awal Tahun Nikah Ngaku Sulit

Kini, akting Daniel menjadi sorotan setelah berperan sebagai Ahok dalam film A Man Called Ahok. Peran Daniel di film ini mendapat pujian.

Daniel Mananta sebagai Ahok.

Daniel Mananta: Gak Ada Kata Pensiun di Kamus Gue

Meski demikian, Daniel tak berpuas diri. Ia bertekad untuk terus mengasah bakat aktingnya. Hanya saja, ia sangat pilih-pilih peran. Lantas, genre film apa yang ditolak Daniel? Dan peran apa yang diimpikan pria yang juga sibuk bisnis clothing line ini? Berikut bincang-bincang Daniel dengan VIVA:

Film A Man Called Ahok tembus di atas 1,4 juta penonton. Bagaimana kesan Daniel Mananta?

Gue bersyukur banget apalagi ini film pertama gue yang baru saja gue dipercayakan untuk jadi pemeran utama dan gue bersyukur banget ya bisa menembus satu juta sampai 1,5 juta Mudah-mudahan akan terus berkembang.

Banyak orang memuji akting Daniel berperan sebagai Ahok. Bagaimana komentar Daniel?

Gue jujur sih enggak bisa kayak bagaimana-bagaimana ya pas banyak orang yang bilang gue mirip Pak Ahok karena gue ngerasa ini arahan yang luar biasa banget dari Putrama Tuta. Gue sendiri juga bersyukur banget karena disediakan acting coach juga, dan banyaklah yang benar-benar berjasa banget khususnya sutradaranya ya. Dari arahannya gue bisa benar-benar mirip banget karena itu diambil beberapa angle tertentu dan Pak Tuta jago banget. Teamwork-nya juga luar biasa banget padahal mereka senior-senior semua.

Target berapa penonton? Lebih dari 2 juta?

Sejauh ini target berapa penonton enggak terlalu memusingkan ya. Tapi gue berharap banget kita akan punya generasi-generasi muda yang mempunyai nilai-nilai kehidupan yang bisa diambil dari film ini gitu. Jadi nilai-nilai yang terinspirasi dari ayahnya Ahok dan juga Ahok sendiri ya.

Karakter apa yang belum diperankan sebelumnya? Beserta alasan?

Kalau masalah peran apa ini adalah kedua kalinya gue main film dan masih banyak peran-peran yang belum gue jajakin gitu. Tapi gue berharap banget jadi kalau misalnya ditanya yang pengen banget ya gue enggak tahu ya sesuatu yang inspiring sih di saat orang nonton tuh kayak wow gitu yaa. Gue ingin jadi orang lebih baik dan gue bersyukur karena selain jadi presenter dan bisnis gue bisa menginspirasi orang-orang lewat layar lebar juga.

Pesan Daniel kepada siapa saja yang mau jadi aktor (pemula)?

Daniel Mananta

Pesan gue kepada siapa saja yang mau jadi aktor. Gue masih gugup yaa kalau dikasih pertanyaan seperti ini karena gue masih belum merasa kalau gue adalah aktor yang hebat. Tapi setiap aktor tuh ada metode atau caranya masing-masing yang paling penting adalah punya kerendahan hati untuk mendengarkan sutradara. Kerendahan hati dan kepercayaan itu penting banget.

Gue sama sutradara gue sebebas kayak gini nih. Banyak banget yang gue dengar aktor itu kalau misalnya sudah selesai take ya abis itu dia langsung ke monitor minta play back untuk melihat muka dia kayak bagaimana. Nah kalau misalnya gue di film ini benar-benar banget ngelepasin ke sutradara sampai gue enggak minta play back lagi kecuali sutradaranya panggil gue untuk melihat penampilan gue.

Tapi gue sebisa mungkin enggak melihat karena gue enggak mau mengatur akting gue kayak gimana dan gue enggak tahu takut enggak ingin terlalu sadar diri saja kayak misalnya, 'Eh gue ternyata kurang ganteng ya dari angle ini.' Dan itu bakal merusak banget karakter gue dan gue benar-benar ngelepas banget sih. Sutradaranya bilang, Cut dan oke.' Ya sudah gue percaya sama dia saja dan gue enggak minta play back lagi dan gue enggak minta gue di-retake lagi. Itu parah banget sih kalau misalnya gue minta di-retake lagi itu artinya gue enggak percaya sama keputusan sutradara.

Bagaimana Daniel melihat film nasional saat ini?

Film-film nasional saat ini menurut gue masih seperti dahulu banyak film yang berkualitas tapi banyak juga film-film yang dibuat hanya untuk uang dan banyak juga film-film yang coba-coba untuk make money dengan formula-formula yang dipakai dari zaman tahun 90-an gitu. Tapi ya maksudnya gue sih menyayangkan saja kalau film itu dibikin sekadar bikin film, karena pada akhirnya sulit membangun kredibiltas para penonton indonesia.

Banyak film horor sukses di tahun 2018 ini. Bagaimana menurut Daniel?

Film horor itu sudah jadi bagian dari film Indonesia. Tapi seingat gue kalau misalnya tahun 2018 nomor satunya tuh masih Dilan jadi tetap sih orang-orang Indonesia itu melow total yang sukanya romantis-romantisan, nostalgia zaman SMA ya itu Dilan masih nomor satu.

Apakah masih ingin main film horor?

Dahulu kan di Rumah Dara, gue baru-baru coba banget main film. Cuma sekarang ini kalau disuruh main film thriller horor kayaknya enggak deh karena gue merasa enggak ingin menyebar ketakutan tapi gue ingin menyebarkan pesan cinta dan kedamaian sebagai misi hidup gue sekarang.

Genre film yang belum dibintangi?

Genre film yang belum gue mainin masih banyak ya. Gue saja baru main dua film, banyak ya kayak komedi terus romance .

Sibuk apa sekarang?

Presenter dan sibuk juga ngeproduserin film Susy Susanti yang nanti akan muncul tahun 2019.

A Man Called Ahok

Harapan Daniel untuk film nasional di tahun 2019?

Harapan untuk film nasional, gue berharap banget supaya kita selalu bisa memberikan yang terbaik. Film yang dibuat itu kalau bisa jangan sampai setop di penjualan tiket di Indonesia saja tapi bagaimana saja caranya supaya film kita itu bisa menembus pasar luar. Kualitas itu harus dipegang teguh orang-orang supaya bisa buat film yang mengedukasi, menginspirasi dan memberi hiburan yang sangat menarik pastinya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya