Direktur Utama PT Len Industri, Zakky Gamal Yasin

Kita Bisa tapi Butuh Dukungan Pemerintah

Zakky Gamal Yasin Presdir PT Len Industri
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – PT Len Industri merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) strategis. Perusahaan yang salah satu core business-nya mengurusi persinyalan kereta api ini terus mengembangkan diri.

Mobil Baru BYD Rp160 Jutaan Tersedia di Diler

Direktur Utama PT Len Industri, Zakky Gamal Yasin, mengatakan, saat ini perusahaan yang ia pimpin sedang mengembangkan teknologi pemanfaatan tenaga Matahari untuk listrik. Menurut dia, hal itu dilakukan guna mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Juga sebagai bagian dari upaya mengembangkan energi ramah lingkungan.

Kepada VIVA.co.id, mantan direktur utama PT Barata Indonesia (Persero) ini menuturkan, awalnya bisnis PT Len terlalu luas. Karena perusahaan ini masuk di semua yang ada elektroniknya.

Neta Siapkan Fasilitas Mudik Lebaran untuk Konsumen

Untuk itu, mulai tahun 2018, perusahaan ini hanya fokus di industri transportasi sistem, energi baru terbarukan, dan produksi elektronik pertahanan. Selain itu, mulai merambah fintech.

Berikut petikan wawancara yang dilakukan di kantor PT Len, Menara MTH, Jakarta Selatan.

PLN Borong 10 Ribu Unit Mobil Listrik BYD

Bisa dijelaskan bagaimana profil PT Len Industri ini?

Awalnya saya mengira ini seperti bisnis manufaktur barang elektronik. Setelah masuk ternyata kontraktor. Tapi kontraktor yang berbeda dengan bidang saya selama ini. Selama ini kan saya di bidang alat berat, konstruksi. Namun PT Len ini ternyata cukup hi-tech. Ini merupakan tantangan yang luar biasa bagi saya. 

Bagaimana Anda melihat perusahaan ini?

Teman-teman mengerjakan sesuatu yang menurut saya sangat luar biasa. Karena mengerjakan proyek yang orang lain tidak sadar itu ada barang kita di dalamnya. Makanya saya mengistilahkannya PT Len ini memproduksi nyawa suatu peralatan, jantungnya suatu peralatan. Selama ini kan orang melihat bungkusnya saja, misalnya kereta api dikerjakan PT INKA, kapal selam PT PAL, tapi sebenarnya kita ada di dalamnya.

Setelah mengetahui itu, apa yang Anda lakukan?

Teman-teman itu senang bikin penelitian. Kalau Anda ke kantor PT Len di Bandung itu banyak barang-barang yang aneh-aneh, tapi tidak dipublikasikan, tidak dilanjutin. Pas ulang tahun Len saya sampaikan, kita harus publikasikan. Kita punya barang-barang atau produk-produk inovasi yang sangat berguna untuk masyarakat. Kita galakkan engineering muda untuk melakukan riset, terus kita pilih dan kita nilai.

Selain itu?

Awal tahun 2018 kita ubah visi misi kita yang tadinya perusahaan elektronika menjadi perusahaan teknologi.

Apa bedanya?

Bedanya sangat signifikan, kalau elektronika kan lebih ke produk. Tapi kalau teknologi itu lebih luas. Jadi kita ini sebagai perusahaan teknologi sebagai sistem integrator dari industri strategis yang lain.

Zakky Gamal Yasin Presdir PT Len Industri

Dirut PT Len Industri Zakky Gamal Yasin

Sebenarnya apa core business PT Len?

Kontraktor. Tapi beda dengan kontraktor seperti Waskita, PP dan lainnya. Pekerjaan kita itu sistem integrator. Jadi kalau ditanya produknya Len apa sih? Ya produknya Len itu lebih ke engineering dan software untuk menggerakkan satu peralatan. 

Jadi apa saja output PT Len?

Awalnya PT Len terlalu luas bisnisnya. Karena semua yang ada elektroniknya kita masuk. Jadi kita fokuskan di industri transportasi sistem. Di situ tentu persignalan masuk. Belakangan ada mobil listrik juga masuk di situ. Lalu, renewable energy. Kita punya produk andalan solar energy. Ketiga, kita juga memproduksi elektronik pertahanan. Jadi di tahun 2018 kita fokus di tiga itu saja. Nah, sampingannya kita mulai masuk ke fintech

Dalam bentuk apa?

Dalam bentuk hardware. Kita bikin mesin ATM yang sudah kita suplai ke Bank BNI. Kita bilang ATM-nya itu Smart Kios. ATM yang biasa kan tidak bisa berkomunikasi sama teller. Tapi kalau ATM kita itu real time nasabah bisa ngobrol sama teller-nya. 

Bagaimana teknisnya?

Teknisnya disambungkan ke internet. Kita kan punya pengalaman memproduksi e-KTP rider. Di situ bisa baca e-KTP, bisa baca finger print. Jadi orang nanti ke ATM nggak usah bawa kartu, asal jempolnya jangan ketinggalan saja orang sudah bisa bertransaksi. Jadi dia pakai finger print, kartu sebagai penguat saja. Nah terserah kita mau ngapain. Mau ngambil duit, mau ngeprint buku tabungan, mau buka rekening juga bisa.

Itu di bank apa saja?

Sementara ini kita pakai di Bank BRI dan BNI.

Selain itu?

Tapi kalau kita bicara alat-alat elektronik kan cepat sekali berkembangnya. ATM kios kita ini baru selesai. Tapi besoknya teman-teman bank itu sudah minta lain lagi. Bisa nggak PT Len membuat mesin ATM yang bisa dibawa jalan-jalan?

Lalu?

Akhirnya kita siapkan satu platform yang kita namakan Mobile Point of Sales. Awalnya tujuannya untuk memverifikasi penerima Bansos. Kalau Anda pernah dengar bank itu mulai menyewa yang namanya agen Laku Pandai. Jadi misalnya BRI dia nggak mau buka cabang lagi di pelosok-pelosok. Dia cari toko kelontong yang paling terkenal di kampung itu, terus kerja sama. Lalu kalau ada masyarakat yang ingin buka rekening gimana caranya? Kita siapkan yang namanya alat MPOS.

Alatnya seperti apa?

Itu kayak HP gitu kecil alatnya atau mesin EDC yang buat gesek. Tapi di situ ada verifikasi ATM, verifikasi finger print, bisa ngeprint juga. Jadi orang yang mau setor, mau ambil duit, mau buka rekening bisa di warung itu sekaligus. Nah, ATM ini kayak mesin EDC tapi ada layarnya. Itu basisnya android. Dan itu bisa dibawa-bawa sama agen Laku Pandai. Jadi orang nggak perlu ke bank.

Sudah berapa unit yang diproduksi?

Kita sih kemarin memproduksi sekitar 500 unit. Dan sudah kita sebar ke bank-bank. Dan sekarang lagi kerja sama juga sama Telkom dan Pertamina untuk SPBU yang self service. 

Selanjutnya, mobil listrik..

 

Kalau terkait mobil listrik itu apa produknya?

Kalau di mobil listrik ini ada yang lucu, Ibu Menteri BUMN sampai bilang ke kita, Len ini sebenarnya kerjaannya apaan sih? Mobil listrik ikut, motor ikut listrik, semua ikut. Terus saya jelaskan, Bu, semua peralatan yang digerakkan oleh listrik itu ada peralatan yang namanya control system sama inventer yang mengubah arus AC menjadi DC dan sebagainya. Jadi di kereta itu juga ada inverter, motor listrik juga ada, mobil listrik juga sama, cuma cc-nya saja yang beda-beda, karena peruntukannya juga beda.

Sebenarnya kita tidak bikin mobil listriknya, tapi ke depan itu kita ingin menjadi supply change-nya. Jadi pabrikan-pabrikan besar itu yang nanti memproduksi mobil listrik di Indonesia, salah satu peralatan utamanya itu nanti mereka ngambil dari Len. Kaya sekarang motor Gesit, itu peralatan control system dan inverter-nya dari kita. Jadi kita di mobil listrik mengerjakan control system, inverter dan BMS (Battery Management System).

PT Len Industri.

PT Len

Apa lagi yang diproduksi oleh PT Len?

Akhir tahun ini kita memulai meluncurkan Len Solar. Len Solar itu energi Matahari yang dipasang di atap rumah-rumah. Jadi kita jualan ke rumah-rumah atau perumahan atau orang per orang. Itu bisnis pertama kali yang dilakukan oleh Len yang sifatnya B to C, kita jual langsung ke customer. Ini merupakan sumbangan kita untuk memberitahukan kepada masyarakat bahwa di masa depan kita perlu Len Solar. Karena yang namanya energi fosil itu semakin ke sana akan semakin mahal. 

Kita kerja sama dengan PLN. Len Solar ini nanti di pasang di rumah-rumah, kita pasang rooftop kalau tidak dipakai atau kelebihan, energi Matahari yang tersimpan di Len Solar di rumah itu bisa dijual ke PLN. Jadi nanti di meteran ekspor-impor itu kelihatan, kita pakai berapa, kita berikan ke PLN berapa, itu bisa kita top up di akhir bulan untuk mengurangi tagihan listrik bulanan. Dengan itu penghematan biaya listrik itu 20-30 persen.

Bagaimana prospek bisnis Len Solar?

Kita sudah mulai memasarkan. Mulai bulan depan kita akan iklan secara terbuka. Kita lagi mau bangun kerja sama dengan perbankan. Kita juga akan kerja sama dengan pengembang, misalnya nanti dipaket dengan Indihome dan Len Solar. Jadi beli rumah itu sudah tersedia, dan itu bisa termasuk dengan cicilannya. Kita akan buat Indihome dengan smarthome gitu. Nah itu salah satu cara kira untuk berinteraksi dengan masyarakat.

Apa benar PT Len juga ikut mengerjakan sistem alutsista kita?

Benar. Kita memang mempunyai divisi yang namanya elektronik pertahanan. Kalau ngomong produk yang kita manufaktur sendiri itu ada alat komunikasi militer atau radio. Jadi kita punya pabriknya juga. Kemudian software data link untuk mengintegrasikan komunikasi. Kita sekarang lagi mengerjakan project agar semua platform darat, laut, dan udara itu bisa berkomunikasi dengan lancar.

Jadi alat supporting komunikasi militer?

Iya. Itu nanti bentuknya software, peralatan radar, sama alat komunikasi.

Bagaimana cara Len agar untung?

Peran BUMN ada dua sisi. Satu sisi bisnis tidak boleh rugi, kedua aspek sosial sebagai agen pembangunan. Dan di Len peran ini juga tetap kita jaga keseimbangannya. 

Caranya?

Teman-teman sekarang terus melakukan penelitian. Dan saya selalu bilang nggak usah terlalu idealis, nggak usah dari nol, kita ini perusahaan elektronik. Elektronik itu kan cepat sekali perkembangannya kan. Coba lihat HP, kita baru beli, besok sudah keluar yang terbaru lagi, cepat sekali. Makanya sekarang riset penelitian kita di-drive oleh pasar. Jadi kita ikuti tren. Nah itu yang sekarang kita coba lakukan.

Apa saja unit bisnis di PT Len?

Kita ada lima bisnis unit. Satu itu bisnis unit sistem transportasi. Bisnis unit elektronik pertahanan. Bisnis unit energi. Kemudian yang paling baru ada bisnis unit industri. Semuanya ini ditopang oleh empat anak perusahaan.

Kita punya empat anak perusahaan yaitu PTC ini untuk mengerjakan proyek-proyek renewable energy. PT Eltran untuk peralatan kereta api, seperti peralatan depo, alat komunikasi, dan PT Eltran itu juga masuk atau mempunyai sertifikasi di oil and gas. Terus ada PT LRS. LRS ini EPC untuk proyek-proyek kereta api misalnya ganti kabelnya lah, konstruksinya.

Dan keempat itu PT LTI (Len Telekomunikasi Indonesia). Perusahaan ini dulu didirikan untuk mengerjakan Palapa Ring Tengah. Palapa Ring Tengah itu kan sudah selesai tuh proyeknya, sekarang dia jadi operatornya. Jadi ini yang Pak Jokowi bilang Tol Langit ya Palapa Ring Barat selesai, Tengah selesai, tahun ini Ring Timur. Jadi nanti speed internet dari Aceh sampai Papua sama, dan harapannya harganya juga sama. 

Zakky Gamal Yasin Presdir PT Len Industri

Dirut PT Len Industri Zakky Gamal Yasin

Dulu sempat ada wacana akan merger dengan PT INTI. Bagaimana perkembangannya?

Kita sekarang dijadikan satu cluster, namanya National Defense and Hitech Industry (NDHI) yang terdiri dari sejumlah perusahaan industri strategis. Ada PTDI, Pindad, Len, INTI, sama INUKI, dan Dahana. 

Apakah selama ini ada kerja sama dengan perusahaan lain?

Oh iya. Dengan Pindad kita ada proyek alat komunikasi. Tank -tanknya Pindad itu kita yang pasangin alat komunikasinya. Dengan PTDI software data link, dengan PT PAL kerja sama project compact management system-nya.

Selanjutnya, membangun pabrik radar..

Bagaimana dengan perkembangan technopark?

Technopark itu kita jadikan empat step ya. Mulai dari tahun 2015 step pertama bangun untuk pabrik peralatan defense itu sudah selesai. Tahun 2016 kita stop dan review lagi design-nya. Kita cek lagi biaya investasinya, terus mulai lagi 2017 kemarin itu membangun service area-nya. Jadi untuk visitor room itu sudah selesai. 2019 step tiga kita bangun pabrik radar di tahun ini. Kan tujuh program prioritas itu salah satunya radar, dan radar itu belum ada yang pegang, nah kita ditugaskan untuk menjadi kreator industri radar nasional. Jadi di technopark nanti ada dua area, satu itu area untuk edukasi. Kedua area untuk industri.

Apakah PT Len juga mengalami kendala terkait industri hulu?

Iya betul. Apalagi kita elektronik. coba cari industri hulunya ada nggak semua di sini? Nggak ada kita. Semuanya masih impor. Sekarang ngomong solar panel misalnya, pabrik kita cuma merakit menjadi panel. Solar sel-nya masih beli dari luar.

Tidak ada rencana dari hulu sampai hilir ditangani oleh PT Len?

Maunya sih gitu. Cuma kan masalahnya investasinya tidak sedikit itu. Ada skala ekonomis yang harus dipenuhi.

Penandatanganan kerja sama PT Waskita Karya Tbk dan PT Len Industri (Persero).

Penandatanganan kerja sama PT Len dengan Waskita Karya

Apakah ada target khusus dari Presiden Jokowi?

Kalau dari presiden secara khusus nggak ada.

PT Len kan industri strategis. Apakah tidak ada perlakuan khusus dari pemerintah?

Kita tidak minta proteksi dan Presiden sudah menyampaikan itu, tapi insentif bagi pengguna energi baru terbarukan. Mobil listrik, solar sel itu mestinya ada, minimal dari pajak. Pajaknya mobil biasa dengan mobil listrik jangan sama dong. Karena dia menolong pemerintah dari segi energi. Kenapa tidak kita berikan insentif. Kita lagi dorong kepada teman-teman di DPR agar ada payung hukum atau undang-undangnya.

Sejauh ini selain support industri hulu, apalagi kendala yang dihadapi?

Kalau untuk di luar elektronik pertahanan memang kita sangat-sangat tergantung dengan program pembangunan pemerintah.

Bagaimana dengan anggaran?

Kalau anggaran kan memang kami sudah disuruh nyari sendiri. 

Bagaimana dengan pendapatan PT Len?

Kita tahun 2018 kemarin membukukan Rp5.2 triliun. Dan ini cukup signifikan naiknya. Tahun 2016 masih Rp2.5 triliun.

2017?

2017 Rp4.2 triliun. Jadi memang setiap tahun mengalami kenaikan. Terus dari laba juga kita 2017 itu Rp60 miliar, 2018 sekitar Rp130 miliar.

Kontribusi terbesar dari apa?

65 persen dari sistem transportasi. Persignalan hampir setengahnya. 

Apa target Anda?

Pertama, mendukung program pemerintah. Kedua, saya ingin meningkatkan Len ini ke arah yang lain. Kita sebagai perusahaan teknologi harus bisa menjawab solusi-solusi terbaru untuk stakeholder kita. Makanya kita sekarang mendidik engineering-enginering muda untuk menjawab tantangan itu. 

Berapa total jumlah engineering di PT Len?

Kita pegawai itu total sekitar 600-an. Yang organik itu ya. Tapi kalau total semua project ada 1.500-an. 

Bagaimana cara Anda meningkatkan kinerja perusahaan?

Aset utama Len itu orang. Kalau Pindad, PAL itu kan mereka memang punya pabrik yang besar. Nah, bagaimana saya membuat agar teman-teman itu nyaman kerja, apalagi milenial, makanan nggak cocok aja bisa pindah dia. Jadi sekarang saya lagi membangun suasana kerja yang nyaman untuk mereka. Dan sejauh ini mereka bisa nyaman ya.

Apa harapan Anda?

Untuk membangun Indonesia secara teknologi, tenaga engineering Indonesia sudah siap sebenarnya. Tapi untuk membangun industri perlu dukungan pemerintah. Untuk mengembangkan teknologinya, kita bisa. Tapi menjadikan suatu industri kita butuh support atau political will dari pemerintah. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya