Warga Tak Berdosa di Tengah Pekan Mencekam Gaza

Serangan udara menghancurkan rumah warga di wilayah Gaza
Sumber :
  • middleeastmonitor.com

VIVA – Israel dan Hamas kembali intens saling gempur. Senjata roket berseliweran di langit Gaza akhir pekan lalu. Pekan penuh api dan darah lagi-lagi menyebabkan warga sipil yang menjadi korban. Termasuk perempuan dan anak-anak.

Hamas Melunak, Setujui Konflik dengan Israel Pakai Solusi Ini

Tak lama setelah Israel kembali melakukan blokade terhadap jalur Gaza yang dikuasai faksi Hamas Palestina, unjuk rasa dilakukan oleh warga Palestina di area tembok perbatasan. Israel berdalih bahwa blokade itu sengaja dilakukan untuk menghempang masuknya senjata yang bisa digunakan Hamas dan kelompok lainnya untuk bertahan serta menyerang Israel.

Namun, aksi massa pada Jumat, 3 Mei 2019 disebut menjadi pangkal meletupnya kembali ketegangan antara Israel dan Palestina. Saat itu dilaporkan, seorang pria Palestina melukai dua tentara Israel yang sedang bertugas di tembok perbatasan.

Masuk Jebakan, Tentara Israel Ditembak Mati Sniper Hamas di Gaza Utara

Alhasil, insiden tersebut memancing kemarahan Israel yang lalu tak segan-segan meluncurkan serangan udara. Dua militan Palestina lalu meregang nyawa sebagaimana dilansir laman BBC.

Sayangnya, aksi serang dan balas ini tak berhenti. Hamas dan kelompok Jihadis Islam serta Palestina menyebutkan bahwa setidaknya empat orang Palestina tewas akibat serangan pertahanan rudal Israel.

Pejabat Israel dan Mesir Bertemu Diam-diam, Bahas Operasi Militer di Rafah

Roket demi roket kemudian diarahkan ke zona Israel. Bunyi senjata api berdesing di langit Gaza disertai letupan yang membuat wilayah rentan konflik itu kian mencekam pada Sabtu dan Minggu lalu.

Parahnya, dari empat korban tewas di Palestina, dua di antaranya adalah seorang perempuan yang sedang hamil 37 pekan dan anaknya yang baru berusia 14 bulan bernama Seba Abu Arar.

Namun, Israel membantah tangannya berdarah atas kematian ibu dan bayi tersebut. Menurut mereka, korban dari Palestina juga jatuh akibat roket yang ditembakkan terus-menerus dari wilayah Palestina itu.

Polisi Israel menyatakan, salah satu roket yang dilontarkan dari Palestina menghantam rumah-rumah di Kota Ashkelon dan menewaskan seorang warga Israel. Empat orang korban lain disebut luka-luka dan salah satunya adalah perempuan lansia berumur 80 tahun.

Bentrokan demi bentrokan menjadi hal yang kerap tak terhindarkan di Gaza. Dicatat sejak tahun lalu, sudah 200 orang tewas termasuk warga sipil Palestina maupun dari pihak Israel yang menjadi korban setelah sejumlah rangkaian protes yang dilakukan warga Palestina.

Gaza sebenarnya wilayah yang relatif kecil dan merupakan tempat tinggal bagi sekitar dua juta orang. Gaza menjadi wilayah yang diblokade Israel dan Mesir setelah Hamas mengambil alih wilayah itu pada 2007.

Tiga tahun ini, kondisi ekonomi di Gaza sangat terpuruk dengan berbagai pembatasan yang dilakukan oleh Israel. Angka pengangguran penduduk di wilayah itu dilaporkan bahkan lebih dari 50 persen, dilansir The Guardian.

Sementara itu, blokade yang dilakukan Israel antara lain mempersempit wilayah penangkapan ikan, mengetatkan kontrol, dan patroli perbatasan.

Kondisi buka puasa umat Muslim di Jalur Gaza
 
Dengan kondisi ekonomi lemah, Israel memang tetap memperbolehkan masuknya bantuan dari Qatar hingga adanya impor. Namun, menjelang Ramadan diketahui bahwa biaya hidup makin tinggi. Atas ketidakpuasan dan kehidupan sehari-hari, aksi demi aksi dilancarkan warga Gaza sebagai aksi protes. 

Respons Dunia

Pekan yang mencekam dan berdarah di Jalur Gaza mengundang respons dunia yang beragam. Sebagian mengecam gempuran udara yang dilakukan oleh militer Israel. Namun lainnya menyayangkan serbuan roket yang dilakukan oleh Hamas dan kelompok Jihadis Islam.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengutuk serangan udara yang dilancarkan Israel ke Gaza. Apalagi, gempuran itu menghancurkan kantor berita Anadolu Agency, milik Turki di Gaza. 

“Kami mengutuk serangan Israel terhadap gedung kantor berita Anadolu Agency di Gaza. Turki dan Anadolu tak akan tinggal diam dan terus memberitakan kepada dunia segala teror yang dilakukan Israel di Gaza dan di berbagai wilayah di Palestina,” kata Erdogan melalui akun Twitter resminya @RTErdogan, dilansir laman Jerusalem Post.

Namun, Amerika Serikat dan sebagian pemimpin negara Uni Eropa justru cenderung mengecam Hamas dan Jihadis Islam yang dianggap menguasai Gaza serta sengaja memicu adanya serangan yang berlanjut.

Utusan Khusus Amerika Serikat, Jason D Greenblaatt menuding Hamas menjadi biang keladi adanya saling serang ini. “Hamas dan kelompok Jihadis Islam dengan berbagai bentuk teror menyerang tanpa pandang bulu komunitas sipil Israel, menembakkan ratusan roket,” kata Greenblatt.

Sementara itu, Wakil Perdana Menteri Italia, Matteo Salvini juga membela Israel dalam konflik terbuka kali ini. “Serangan roket diarahkan kepada Israel, kami bersolidaritas dengan warga Israel dan PM Israel Benjamin Netanyahu,” kata Salvini melaui akun Twitter.

Gencatan Senjata

Selain menjadi perhatian negara-negara di dunia, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) angkat bicara dan mengingatkan agar kedua pihak yang bertikai segera menghentikan serangan demi keselamatan warga sipil. Koordinator Khusus PBB untuk Perdamaian Timur Tengah Nickolay Mladenov mengatakan bahwa ketegangan antara Israel dan Hamas harus segera diturunkan.

“Harus segera dideeskalasi dan kembali kepada kesepakatan sebelumnya. Siapa pun yang ingin menghancurkan satu sama lain pada akhirnya akan merasakan akibat kehancuran yang sama,” kata Mladenov.

Dua hari saling gempur, menjelang Senin siang, 6 Mei 2019, akhirnya dilaporkan adanya kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Pejabat Palestina setuju adanya gencatan senjata di wilayah selatan Palestina tersebut.

Terakhir, total korban jiwa dalam insiden akhir pekan di Gaza yakni 23 orang Palestina dan empat orang Israel.

Dikonfirmasi per pukul 01.30 GMT, tak ada lagi aktivitas senjata dan serangan udara di langit Gaza sebagaimana diberitakan Aljazeera. Disebutkan bahwa Mesir dan Qatar maju menjadi pihak yang menengahi hingga disepakatinya gencatan senjata antara Hamas dan Israel.

Selain itu, dikutip dari sumber media anonim dari pihak Jihadis Islam Palestina, mereka membenarkan bahwa telah keluar kesepakatan gencatan senjata antara kedua pihak yang bertikai. Gejolak di Gaza pun kini berhenti.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya