Memburu Penunggang Gelap Kerusuhan 22 Mei

Bentrok massa dengan polisi di Petamburan.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

VIVA – Lebih dari dua ratus orang ditetapkan sebagai tersangka, terkait kerusuhan yang terjadi di tiga titik di Jakarta sejak Selasa 21 hingga Rabu 22 Mei 2019. Akibat kerusuhan tersebut, enam orang meninggal dunia dan 200 lainnya alami luka-luka.

Gibran Dapat Pesan dari Ganjar agar Solo Tetap Kondusif, Waspadai Percikan Kecil

Tak hanya korban jiwa, kerusuhan ini juga membuat asrama Brimob dan belasan mobil di kawasan Petamburan, hangus terbakar. Peristiwa yang sangat amat mencekam ini, tak pernah disangka-sangka sebelumnya.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Pol Argo Yuwono menyebut, para tersangka diamankan di depan Gedung Bawaslu RI, Petamburan, dan Gambir. Dia menyebut, total sementara yang jadi tersangka ada 275 orang.

Pentolan Mega-Bintang Pimpin Demo People Power di Solo Besok

Argo mengatakan, penangkapan di Bawaslu RI ada 72 orang. Di Petamburan, paling banyak dengan jumlah 156 orang. Sedangkan di Gambir, ada 29 orang. 

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono (tengah).Mantan Kabid Humas Polda Jawa Timur ini menambahkan, perusuh di depan Gedung Bawaslu RI diringkus, lantaran melakukan perlawanan. Mereka juga merusak, bahkan memaksa masuk ke Gedung Bawaslu RI. 

Ditakutkan Pemerintah, ini 5 Penjelasan apa itu People Power

"Di Bawaslu ditangkap, karena yang bersangkutan melawan petugas yang sedang bertugas. Kemudian, juga melakukan perusakan dan memaksa masuk ke Bawaslu," kata Argo dalam jumpa pers di Mapolda Metro Jaya, Rabu malam, 22 Mei 2019.

Argo menambahkan, di kawasan Petamburan, massa melakukan penyerangan Asrama Brimob. Massa, bahkan membakar kendaraan operasional Korps Bhayangkara itu. 

Lalu, untuk di lokasi yang terakhir, yakni di kawasan Gambir, massa coba menyerang Asrama di Polsek Metro Gambir, berikut Mako Polsek Metro Gambir. Beruntung, kejadian tak terjadi.

Dalang kerusuhan

Pemerintah tak tinggal diam melihat wajah Ibu Kota tercoreng dengan aksi anarki tersebut. Menteri Koodinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto menyebut, sudah mengetahui siapa dalang di balik kerusuhan yang berlangsung sejak kemarin.

Menurutnya, pelaku kerusuhan dini hari tadi adalah preman yang dibayar.

Mantan Panglima ABRI tersebut mengatakan, mereka bukan bagian dari pengunjuk rasa di kantor Bawaslu RI pada Selasa kemarin, 21 Mei 2019.

"Itu perusuh, bukan pendemo. Yang serang itu preman bertato yang dibayar," kata Wiranto.

Dia menuding, ada seorang tokoh yang kerap mengompori massa untuk melakukan aksi. Bahkan, melakukan tindakan-tindakan anarkis, sehingga terjadi kericuhan.

Wiranto

Wiranto menyebut, tindakan tokoh tersebut sangat erat kaitannya dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada hari ini.

"Skenarionya membuat event anarkis, lalu ada korban, kemudian dituduhkan ke alat negara, untuk mendapat simpati publik, untuk menimbulkan kekacauan lebih besar lagi. Ada tokoh yang ngompori masyarakat, seolah-olah kesalahan pemerintah," ujar Wiranto.

Tak diberi ampun

Presiden Joko Widodo angkat bicara. Dia menegaskan, tidak akan memberikan tolerasi kepada siapa pun juga yang mengganggu keamanan, proses demokrasi, dan persatuan negara.

Presiden juga menyatakan, aparat Kepolisian dan TNI bertindak tegas dalam melaksanakan tugas. "Tidak ada pilihan, TNI dan Polri akan menindak tegas sesuai aturan hukum yang berlaku," katanya.

Sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, dia mempunyai kewajiban menjaga stabilitas politik dan keamanan. Dia menyampaikan, sudah disediakan oleh konstitusi bahwa segala perselisihan sengketa itu diselesaikan melalui Mahkamah Konstitusi (MK).

Presiden Joko Widodo menggelar konferensi pers terkait aksi 22 Mei

Sementara itu, calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto menambahkan, peristiwa kerusuhan telah mencoreng martabat bangsa Indonesia. 

"Kami meminta peristiwa kekerasan tadi malam dan juga yang terjadi subuh tadi, yang telah mencoreng martabat dan marwah bangsa Indonesia, jangan boleh terjadi lagi," kata Prabowo di kediamannya, Jakarta Selatan.

Apabila hal ini terjadi lagi, kata Prabowo, maka akan merusak tali persaudaraan di antara anak bangsa. "Bila hal ini sampai terjadi lagi, maka kami sangat khawatir rajutan dan anyaman kebangsaan kita bisa rusak dan sangat sulit untuk kita rangkai kembali," ujarnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya