Pesawat Mahal, Buritan Kapal Jadi Sandaran

Viral foto pemudik kapal Pelni di buritan kapal
Sumber :
  • Ist

VIVA – Pemandangan tak biasa muncul di dalam dek, lorong, dan buritan Kapal Motor Gunung Dempo yang dioperatori PT Pelayaran Nasional Indonesia atau Pelni kala itu. Kapal dengan rute Sorong-Surabaya itu dijejali penumpang, melebihi waktu-waktu sebelumnya.

Pergerakan Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Menhub Budi Beberkan Catatan dari Jokowi

Saat itu, perjalanan laut dilakukan pada 27-30 Mei 2019, kapal pun sedang melayani angkutan Lebaran 2019. Namun, jumlah penumpang itu meningkat luar biasa, akibat dari beralihnya penumpang udara karena mahalnya tiket pesawat. 

Penuh sesaknya perjalanan saat itu, membuat sejumlah penumpang mengeluhkan kenyamanan. Mereka mengeluh kurang maksimalnya fasilitas umum di atas kapal, seperti air kamar mandi mati, ruangan panas, dan stok air mineral habis.

Biaya Hidup di Jakarta Makin Mahal, Pengamat: Pemudik Tidak Lagi Bawa Keluarga

Membeludaknya penumpang di atas KM Gunung Dempo tersebut, diamini PT Pelni. Menurut Pelni, adanya penumpang yang duduk di lorong dan buritan, karena pihaknya menjual tiket dispensasi.

Para penumpang sedang antre turun kapal Pelni.

Baru 79 Persen Pemudik yang Kembali Menyebrang dari Sumatera ke Jawa

Kepala Kesekretariatan Perusahaan PT Pelni, Yahya Kuncoro menjelaskan, pihaknya menjual tiket dispensasi, karena terbatasnya armada kapal laut, di tengah lonjakan signifikan penumpang pada angkutan Lebaran 2019. 

Menurut dia, tiket dispensasi dijual kepada penumpang yang bersedia untuk tidak duduk di bangku kapal laut. Bahkan, dalam empat bulan terakhir ada peningkatan signifikan dari 852.255 menjadi 1.172.143 pelanggan, atau naik rata-rata 38 persen per bulan dibanding sebelumnya. 

"Kami menampung aspirasi masyarakat untuk tiket dispensasi. Penambahan tiket, karena keterbatasan armada kapal. Pelni belum mampu menambah armada," kata Yahya dikutip dari siaran persnya, Minggu 2 Juni 2019.

Ia menambahkan, sejak sebelum Ramadan pihaknya mengimbau kepada para calon pemudik untuk mengatur waktu bepergian sesuai ketersediaan tiket. Realisasi data pemudik dari H-15 hingga H-5 penumpangnya naik 34 persen, dari yang tahun lalu 169.919 menjadi 226.996 pelanggan.

"Tiket dispensasi tetap mengutamakan keselamatan, namun akan mengurangi kenyamanan pelanggan. Penumpang nonseat, akan menempati lorong-lorong dekat tangga dan ruang-ruang terbuka yang biasanya kosong di dekat masjid yang pada masa normal menjadi tempat bersantai," ungkap dia.

Pastikan keselamatan

Sementara itu, karena banyaknya permintaan, Yahya mengaku Pelni harus ambil risiko melayani masyarakat dengan tetap menyiapkan peralatan keselamatan yang diwajibkan Kementerian Perhubungan. Dia pun menyampaikan permohonan maaf, bila ada yang tidak nyaman atas pelayanan tersebut.

Pada Lebaran 2019, Pelni mengoperasikan 26 kapal trayek nusantara dengan 83 pelabuhan singgah melayani 1.239 ruas, dengan total kapasitas angkut menjadi 54.608 penumpang atau seat dan sudah termasuk kapasitas toleransi yang telah disetujui Kementerian Perhubungan.

Sementara itu, Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, Agus H. Purnomo mengungkapkan, persetujuan dispensasi yang diberikan kepada operator kapal, tentunya dengan sejumlah syarat yang harus dipenuhi.

Menurut dia, pemberian dispensasi penumpang untuk kelancaran arus mudik Lebaran 2019, harus dengan syarat operator memenuhi jumlah kecukupan peralatan keselamatan di dalam kapal selama berlayar.

Misalnya menambah kapasitas life boat ditambah life raft 125 persen dari jumlah penumpang dan awak kapal, serta jumlah life jacket minimum sebanyak jumlah penumpang dan awak ditambah 10 persen life jacket untuk anak-anak dan lima persen untuk cadangan.

Kapal Pelni.

Tak sampai di situ, Agus juga meminta operator kapal tetap memperhatikan kenyamanan penumpang, memaksimalkan pelayanan dan fasilitas umum, serta memberikan penjelasan kepada penumpang, agar memahami jika ada kekurangan dalam hal kenyamanan.

"Pemerintah, tentunya akan terus memonitor setiap perkembangan di lapangan, agar masyarakat mudik dengan aman, selamat, tertib dan nyaman. Yang pasti, keselamatan pelayaran adalah prioritas dan tidak dapat ditawar-tawar lagi," tegas Agus dalam keterangannya.

Sedangkan Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi meminta maaf kepada masyarakat akibat tidak nyamannya kondisi angkutan Lebaran, khususnya kapal laut pada tahun ini.

Menurut dia, kondisi yang terjadi saat ini, khususnya membeludaknya penumpang kapal laut di Indonesia bagian Timur, akan menjadi pelajaran pihaknya untuk mempersiapkan angkutan Lebaran lebih baik lagi.

Ia menyadari, penumpukan penumpang saat ini, karena terbatasnya angkutan laut, sehingga ke depan armada laut akan ditambah. Terlebih, liburan kali ini tidak hanya diikuti oleh warga Muslim saja.

Lima pelabuhan terpadat 

Sementara itu, membeludaknya penumpang di kapal laut juga terlihat di beberapa pelabuhan di Indonesia. Setidaknya dari 51 pelabuhan yang dipantau, rata-rata kenaikan penumpang berada di level tujuh persen. 

Ketua Harian Posko Tingkat Nasional Angkutan Lebaran Terpadu Kemenhub, Sigit Irfansyah menjabarkan dari 51 pelabuhan itu yang terpadat adalah Pelabuhan Batam. Kemudian, disusul  Pelabuhan Tanjung Balai Karimun, Pelabuhan Tanjung Perak, Pelabuhan Tanjung Pinang, dan Pelabuhan Ternate.

"Memang, jumlah penumpangnya di beberapa tempat ini ada yang naik, ada yang turun. Tetapi, rata-rata naik average tujuh persen," ungkap Sigit di Posko Kemenhub, Jakarta, Senin 3 Juni 2019. 

Sigit pun menyampaikan, ada satu pelabuhan, yakni pelabuhan Balikpapan yang kenaikan penumpangnya mencapai 46,2 persen. Meskipun, posisi kepadatan pelabuhan itu masih berada di urutan ke-10 dari 51 pelabuhan yang dipantau. 
 
"Kenaikan penumpang Pelabuhan Balikpapan ini, karena lintas ke Surabaya," ungkap dia. 

Sejumlah pemudik mengantre menaiki KM Kelud tujuan Tanjung Priok di Pelabuhan Beton Sekupang, Batam, Kepulauan Riau, Selasa (21/6/2016).
 
Sedangkan mahalnya tiket pesawat dan mulai berpindahnya ke moda transportasi lain, membuat jumlah penumpang angkutan udara turun hingga 30 persen pada Lebaran 2019 ini.

Sigit menuturkan, dari sebanyak 36 bandara yang dipantau, secara kumulatif tercatat jumlah penerbangan hingga H-3 menurun. Pada 2018, jumlah penerbangan tercatat sebanyak 13.921 penerbangan. 

"Sekarang, hanya 9.733 penerbangan. Kalau dibanding dengan tahun lalu, jadi turunnya sekitar 30 persen," ucap dia.

Sementara itu, untuk penumpang, secara kumulatif hingga H-3 tahun ini tercatat 1,2 juta penumpang atau turun dibanding tahun lalu yang mencapai 1,7 juta penumpang. 

"Jadi, ini salah satu faktornya mungkin, ya teman-teman tahu semua tiket mahal, kemudian ada jalan tol. Dan, yang menurun signifikan, penerbangan pendek kebanyakan. Mungkin Jakarta-Semarang, Semarang-Solo, Jakarta-Lampung," jelasnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya