Menjemput Maut di Gedung Bertingkat

Polisi menjaga lokasi kejadian perkara.
Sumber :
  • VIVAnews/Tri Saputro

VIVAnews - Bunuh diri terjun di mal atau gedung tinggi seakan sedang menjadi tren. Dalam rentang kurang dua bulan, sudah enam kali terjadi peristiwa bunuh diri dengan terjun dari ketinggian tertentu di pusat perbelanjaan Jakarta.

Kabar teranyar terjadi pada Hendrik Cendana, 47 tahun, Selasa 4 Januari 2011. Pemilik sebuah bengkel di Jakarta ini terjun dari lantai tiga Gajah Mada Plaza, Jakarta Pusat. Dia tewas seketika dengan luka mengenaskan.

Pesan Widodo Untuk Pemain Arema FC Usai Kalah Dari Rival 

Selang kurang dari 4 jam, Iwan (37 tahun) juga melompat dari Lantai 9, Hotel Boetiq Kamar 909, Jalan S Parman, Jakarta Barat. Usaha bunuh diri warga Jalan Mangga Besar XVIII ini tak berhasil. Dia ditemukan masih hidup dan segera mendapat perawatan di RS Sumber Waras, Jakarta Barat. Dugaan polisi, Iwan depresi karena masalah keluarga.

Sehari sebelumnya, Senin, 3 Januari 2011, Agus Wartono juga bunuh diri. Dia terjun dari lantai 6 Blok M Square. Agus bunuh diri karena diduga depresi dengan penyakit darah tingginya yang menyebabkan stroke.

Sebelum bunuh diri, seorang saksi mengatakan, Agus sempat menanyakan letak mushola di Blok M Square. Tapi bukannya dia beribadah, malah terjun bebas hingga kondisinya mengenaskan.

Sepekan sebelumnya, 28 Desember 2010, Gendra Aldysa terjun dari lantai 15 Apartemen Hamtons Park, Cilandak, Jakarta Selatan. Persoalannya sepele. Gendra bunuh diri gara-gara tidak diberi uang oleh orangtuanya untuk menonton final piala AFF 2010.

Lalu pada 20 Desember 2010, aksi terjun bebas terjadi di FX Plaza. Kuang Young, sengaja loncat dari lantai 3 mal itu. Dia tewas seketika.
Peristiwa bunuh diri lainnya terjadi pada 30 November 2010. Seorang pria tewas bunuh diri setelah lompat dari lantai 4 Mal Ciputra.

Pada hari yang sama, bunuh diri juga terjadi di Gajah Mada Plaza. Korbannya adalah Suhunan Sjahrir, 44 tahun. Dia loncat dari lantai 7 yang menyebakan kepalanya pecah dan kakinya patah-patah.

Polisi menyatakan, kendati para korban bunuh diri, bukan berarti mal bisa lepas tangan. Sebab, jika sistem keamanan berjalan dengan baik dan pagar pembatas cukup tinggi, tentunya potensi terjadinya bunuh diri bisa diminimalisir.

"Jangan sampai orang berpikir kalau mau bunuh diri di mal saja karena lebih mudah," kata Kapolsek Tanah Abang Ajun Komisaris Besar Johanson Simamora.

Makanya, kata Johanson, polisi selalu memanggil pengelola mal, petugas keamanan dan karyawannya. "Kami akan periksa agar bisa mengetahui apakah sistem keamanannya sudah cukup baik atau tidak." kata Johanson terkait peristiwa bunuh diri di FX Plaza.

Death Toll Rises to 140 in Moscow Terrorism Attack

Lain halnya dengan Kepala Unit Reserse dan Kriminal Polsek Gambir, Komisaris Taufik. Dia bahkan meminta pengelola mal Gajah Mada Plaza memasang kamera CCTV di lahan di parkir.  "Ini yang kedua (bunuh diri) dan wajib dipasang kamera CCTV," ujarnya.

Sebelumnya polisi sebenarnya telah memperingatkan agar pengelola memasang kamera di lahan parkir. Tapi dengan kejadian yang kedua ini, pemasangan kamera merupakan kewajiban. Bila tidak mengindahkan, polisi akan melakukan tindakan.

Namun tuduhan polisi ini dibantah pengelola mal. Kepala Pengelola Blok M Square, Sumardi Rustandi membantah, bila keamanan di mal lemah. Menurutnya, keamanan di malnya sudah maksimal, baik dari jumlah satpam dan pagar pembatas. "Kami sudah melakukan pengamanan dengan maksimal. Ini adalah musibah," ujarnya.

Wajah Sering Kena Matahari Jangan Abaikan Penggunaan Moisturizer

Meski belum mendapat imbauan atau peringatan dari polisi, pengelola Gajah Mada Plaza akan memasang sejumlah kamera pengawas di lahan parkir mal. "Kalau memang diperlukan, kami akan pasang kamera CCTV di lahan parkir," ujar Koordinator Keamanan Mal Gajah Mada, Iwan Setiawan.

Iwan mengungkapkan, saat ini Mal Gajah Mada sudah memiliki 32 kamera pengawas yang memantau di dalam areal perbelanjaan. Tinggi pagar pembatas lahan parkir juga sudah memenuhi standar kelayakan. "Kalau di tempat parkir memang tidak ada" ujar Iwan.

Namun dia mengakui sudah mengerahkan 22 petugas keamanan dari total 53 personel keamanan untuk melakukan patroli pengawasan di lahan parkir. "Aksi bunuh diri bisa di mana saja dan tidak bisa kita awasi secara penuh," kata Iwan.

Menurut Tiwin Herman, psikolog Universitas Indonesia, fenomena bunuh diri di mal marak karena telah menjadi tren. "Mereka bunuh diri karena mencontoh pelaku sebelumnya. Ini telah menjadi "penyakit menular" kata Tiwin, yang juga mengelola  situs www.janganbunuhdiri.com.

Fenomena bunuh diri pada tempat umum adalah cara lain untuk mengatasi persoalan dengan singkat. Bagi pelakunya, mereka ingin mendapat perhatian dari banyak orang.

Ini terkait karena secara psikis, biasanya proses orang yang akan bunuh diri karena jarang mendapatkan perhatian dari orang lain. "Cara yang paling mudah mendapat perhatian ya, bunuh diri di mal," kata Tiwin. Dia menambahkan, media juga sangat berperan menaikkan angka bunuh diri dengan terjun dari mal.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya