Temanggung Membara, Massa Rusak Tempat Ibadah

Sejumlah mobil yang berada di gereja Pantekosta Temanggung dibakar massa
Sumber :
  • ANTARA/Anis Efizudin

VIVAnews – Hanya berselang dua hari dengan tragedi Cikeusik, Pandeglang, Banten, kerukunan beragama kembali terkoyak. Kali ini penyerangan berdalih keyakinan terjadi di Temanggung, Jawa Tengah.

Pesan Terakhir Korban Kecelakaan Tol Cikampek KM 58 ke Ibunya: Mah Aa Mau Pulang

Gereja Katolik Santo Paulus, Temanggung, porak-poranda. Kursi jemaat berantakan, kaca-kaca pecah, kusen jendela bengkok dan copot. Patung setinggi 1,5 meter hancur. Sementara, balai keluarga di luar gereja terbakar di bagian depan.

“Kami hanya bisa memaafkan perilaku warga yang menyerang tadi,” kata Romo Vikep Wilayah Kedu, FX Krisno Handoyo, Selasa 8 Februari 2011.

Deretan Artis Rayakan Idul Fitri di Tanah Suci Mekkah

Namun, apapun alasannya, penyerangan ini tak bisa dibenarkan. “Pelakunya hanya tindakan oknum. Saya yakin, umat Islam sendiri tak suka dengan aksi itu. Mereka mengutuk,” kata Romo Krisno.

Gereja Santo Paulus bukan satu-satunya yang jadi korban. Massa yang mengamuk juga menyerang dua gereja lainnya, Gereja Pantekosta dan Gereja Bethel Indonesia.  Bangkai mobil-mobil dan motor yang hangus terbakar tergeletak di gereja Pantekosta.

Anjuran Melewati Jalur Berbeda Saat Berangkat dan Pulang Sholat Idul Fitri dari Para Ulama

Mungkin tak ada yang menyangka ada kerusuhan separah ini di Temanggung, kota kecil yang terkenal rukun, sejuk, bersih, dan langganan meraih penghargaan Adipura .

Kota dengan semboyan BERSENYUM, singkatan bersih, sehat dan nyaman ini mulai bergejolak dari gedung Pengadilan Negeri Temanggung. Selasa pagi, massa mengepung lokasi sidang kasus penistaan agama dengan terdakwa Antonius Richmond Bawengan. Pria 58 tahun ber-KTP Jakarta ini diadili karena membagikan buku dan selebaran berisi tulisan yang dianggap menghina umat Islam, khususnya menghina Ka’bah – tempat mulia yang jadi kiblat salat umat muslim.

Permohonan maafnya tak lantas mendinginkan amarah massa. “Saya minta maaf kepada umat beragama terutama umat Islam,” kata Antonius lamat-lamat di muka pengadilan.

Massa bertambah marah karena jaksa penuntut umum hanya mengajukan tuntutan maksimal lima tahun bui pada terdakwa.  Mereka minta terdakwa dihukum mati.

Di luar pengadilan, situasi tak terkendali. Polisi yang mendapat kabar ada potensi main hakim pada terdakwa, melakukan antisipasi -- melarang massa mendekati gedung pengadilan. Larangan itu dibalas amukan. Massa menyerang polisi dengan ketapel batu, dua mobil polisi dirusak.

Entah bagaimana, kerusuhan lantas melebar ke kota. Temanggung mencekam. Pasukan TNI pun diturunkan untuk mengamankan situasi.

Dari ratusan massa yang mengamuk, polisi sudah mengantongi identitas tersangka. "Sudah ada identifikasi pelaku, tapi belum dapat kami amankan," kata Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Komisaris Besar Boy Rafli Amar, di Jakarta, Selasa 8 Februari 2011.

Tak hanya umat Islam yang terhina

Ketua Komisi Hubungan Antar Agama Gereja Katolik, Romo Aloysius Budi Purnomo mengaku heran. Tak ada dalam sejarah Temanggung, terjadi kerusuhan terkait suku, agama, ras, antargolongan (SARA).

Romo Budi bertambah heran, mengapa massa merusak gereja, khususnya Gereja Katolik. Padahal, umat Katolik sesungguhnya ikut dinodai oleh tindakan Antonius. Meski  memang pihak Gereja Katolik tidak ikut menuntut Antonius ke pengadilan

“Salah satu isinya, dia menyebarkan (provokasi) anti Bunda Maria. Itu kan pengingkaran iman Katolik seutuhnya. Nah, dalam rangka itu juga dia mengutip Al Quran,” kata Romo Budi. Padahal, dalam ajaran Katolik, Bunda Maria, ibu Yesus, adalah sosok yang sangat dimuliakan.

“Provokasi yang dilakukan Antonius itu sangat merugikan iman Katolik dan juga iman saudara kami yang Muslim," kata Romo Budi.

Apa yang terjadi di Temanggung makin mengoyak nurani bangsa yang baru saja terluka menyaksikan tindakan massa yang beringas, menyerang dan menyiksa hingga tewas empat jemaah Ahmadiyah di Pandeglang, Banten, Minggu 6 Februari 2011.

Umat beragama mengecam aksi kekerasan, di Temanggung juga Pandeglang. Ketua Umum PP GP Ansor, Nusron Wahid mengatakan,  pembakaran gereja adalah tindakan biadab. "Tidak ada ajaran agama apapun yang memperbolehkan kaumnya melakukan anarki, kendati dengan tujuan menjalankan perintah agama," tegas Nusron.

PP Ansor telah memerintahkan jajaran Ansor dan Banser di kawasan Kedu, agar bekerja sama dengan aparat keamanan dan elemen masyarakat lainnya untuk memberikan perlindungan terhadap warga dan ikut menjaga fasilitas publik dan tempat agama, termasuk gereja.

Nanti, saat situasi sudah reda, PP Ansor akan mengerahkan anggota bansernya untuk melakukan bakti sosial dalam bentuk membantu renovasi gereja, tempat ibadah, dan fasilitas umum yang rusak akibat amuk massa.

Sementara, Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) meminta agar umat Kristiani tenang."Tapi, kami minta agar aparat betul-betul menjaga keamanan. Jangan biarkan kewibawaan negara dikuasai sekelompok orang. Ini bisa menimbulkan ketakutan di kalangan masyarakat," kata Ketua PGI Andreas Yewangoe saat dihubungi VIVAnews.com.

Kecaman terhadap apa yang terjadi di Pandeglang dan Temanggung juga dinyatakan Budayawan, Mustofa Bisri  atau Gus Mus dalam akun Twitter-nya.

“Tiada Tuhan selain Allah. Tidak berhala, tidak harta benda, tidak pangkat, tidak manusia, tidak agama, apalagi kebencian dan nafsu binatang. Hanya Allah!“(sj)

Laporan: Erick Tanjung| Temanggung

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya