Di Mana Mubarak Sembunyi?

Demonstrasi anti Hosni Mubarak di Minneapolis, AS
Sumber :
  • AP Photo/The Star Tribune , Jim Gehrz

VIVAnews - Di mana Hosni Mubarak? Setelah mundur sebagai presiden Mesir pada Jumat pekan lalu, 11 Februari 2011, Mubarak diam-diam menghilang di balik panggung politik. Dia seolah lenyap.

KPU Sebut Gugatan Ganjar-Mahfud yang Singgung Jokowi Salah Sasaran

Pertanyaan itu muncul saat seruan mengadili Mubarak kian gencar. Dia dianggap bertanggungjawab atas maraknya korupsi, dan pembunuhan para aktivis selama 30 tahun memerintah Mesir.

Aktivis lembaga Amnesty International di Jerman, Monika Lueke, siap menuntut Mubarak ke pengadilan bila dia datang ke negaranya. "Mubarak mewakili suatu sistem yang membuat banyak orang jadi korban penyiksaan, dan penganiayaan selama bertahun-tahun," kata Lueke seperti dikutip laman berita sify news.

Komisi HAM Parlemen Iran bahkan meminta Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengadili Mubarak. "Komisi HAM menyerukan PBB membentuk tim pencari fakta menyelidiki tindak kriminal Presiden Mesir yang tersingkir itu, dan membawanya ke pengadilan internasional yang adil," demikian pernyataan Komisi HAM Iran seperti dikutip stasiun berita State TV

Mubarak tampak mengikuti jejak sejawatnya dari Tunisia, Zine El Abidine Ben Ali. Setelah lunglai menghadapi revolusi dari rakyatnya pada 14 Januari lalu, Ben Ali mengundurkan diri dan, bersama keluarganya, diam-diam kabur dari istana presiden, yang telah dia huni selama lebih dari 23 tahun.

Ben Ali kemudian pergi mengungsi ke Arab Saudi. Tadinya dia ingin ke Prancis, tapi ditolak pemerintah setempat. Hingga kini belum ada cerita dari Ben Ali, meski pemerintahan sementara Tunisia mengeluarkan perintah penangkapan dirinya. Ben Ali diduga telah menggangsir banyak harta negara selama berkuasa. 

Kisah Mubarak pun hampir mirip. Sejak diberitakan meninggalkan Istana Presiden di Kairo, Mubarak tak lagi terlihat. Bermacam spekulasi muncul. Apakah dia masih di Mesir, atau sudah ke luar negeri. Apakah lelaki dengan usia 82 tahun itu masih sehat, atau kesehatannya memburuk.

Kalangan pejabat Amerika Serikat (AS) percaya klaim dari kolega-kolega mereka di Mesir, bahwa Mubarak saat ini, tak kabur ke luar negeri. Dia ditengarai berada di Sharm El Sheikh. Berjarak sekitar 510 kilometer dari Kairo, kota itu menjadi tetirahan favorit bagi Mubarak. 

Menurut harian The Washington Post, selama lima tahun terakhir, Mubarak pasti ke kota ini untuk bersantai selama satu dua hari setiap pekan. Kadang, dia bisa lebih lama dari itu.

Tak seperti Kairo yang padat penduduk, Sharm el-Sheik hanya dihuni 35.000 jiwa. Bila menggunakan transportasi darat, seperti bus, perjalanan dari Kairo ke Sharm antara 6-8 jam, sedangkan bila dengan menggunakan pesawat hanya memerlukan waktu sekitar satu jam.

Wilayah pesisir yang menghadap Laut Merah itu berjuluk “Kota Perdamaian” karena sering menjadi tuan rumah konferensi perdamaian. Bahkan Mubarak pernah mengadakan pertemuan negara-negara Timur Tengah di rumah peristirahatannya di Sharm El Sheikh.

Dulunya, kota ini dikuasai oleh Israel usai Perang Enam Hari pada 1967. Pasca perundingan damai Mesir-Israel 1979, Sharm El Sheikh beserta kota-kota lain di Semenanjung Sinai kembali ke pangkuan Mesir.

Tempat ini kini dipenuhi oleh hotel berbintang lima, dan aneka paket pariwisata diantaranya menyelam di Laut Merah. Namun, pasca demonstrasi yang berhasil  menggulingkan Mubarak, daerah ini sepi turis dan terlihat terabaikan.

Hotel-hotel kosong penyewa, jalanan sepi mobil, dan toko-toko banyak yang tutup. Beberapa hotel bahkan menawarkan diskon gila-gilaan untuk memancing tamu. Tak seperti di Kairo, di Sharm el-Sheik, warga memuja Mubarak, dan menyatakan sedih Mubarak turun.

Melansir dari laman The Guardian, sepanjang jalan menuju rumah peristirahatan tepi Laut Merah milik Mubarak ditanami pohon palem indah. Sejumlah warga lokal mengungkapkan bahwa Mubarak bisa menginap di suatu hotel mewah, dan bermain golf dengan leluasa di lapangan milik sahabatnya, Hussein Salem.  

Rumah peristirahatannya bukan yang terbesar di daerah itu. Tapi tentunya yang teraman, dengan puluhan penjaga, dan anjing pelacak yang bersiaga 24 jam setiap harinya. Kesiagaan para penjaga itu kadang menjadi penanda apakah Mubarak berada di tempat atau tidak. Jika terlihat ratusan tentara berjaga di sepanjang jalan, maka bisa dipastikan Mubarak tengah beristirahat di sana.

Sakit berat?

Sopir Truk Penyebab Kecelakaan di GT Halim Ternyata Masih Anak-anak, Bos Akan Diperiksa

Spekulasi lain juga menyeruak ihwal kesehatan Mubarak. Ada kabar bekas penguasa Mesir itu ke luar negeri untuk berobat. Menurut sejumlah media, Mubarak terbang ke Jerman Jumat pekan lalu, setelah sempat bermalam sejenak di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.

Kabar itu dimuat harian Mesir, Al-Masry Al-Youm dan laman surat kabar Amerika, The Washington Post. Media mingguan Jerman, Der Spiegel, pekan lalu juga mengabarkan Mubarak bakal menjalani perawatan di suatu klinik di negara itu.

Dia memang sudah lama diisukan sakit sejak menjalani operasi kandung kemih di Heidelberg, Jerman, Maret 2010. Namun, pemerintah Jerman membantah spekulasi kunjungan Mubarak itu. 

“Dia tak ada di Jerman, dan tak sedang menuju ke sini,” ujar Steffen Seibert juru bicara untuk kanselir Jerman, Angela Merkel, seperti yang dilansir The Washington Post.

“Ini hanya rumor. Tak ada informasi yang kami dapatkan mengenai hal ini, dan dia perlu visa untuk datang ke Jerman. Jadi kami pasti mengetahuinya,” lanjut Seibert.
 
Rumor lain juga menyebutkan bahwa lelaki berusia 82 tahun itu dikabarkan menderita koma, atau tidak sadarkan diri. Berita itu dihembuskan harian Mesir, Al-Masry Al-Youm, Minggu 13 Februari 2011. Kabar itu selanjutnya dilansir oleh stasiun berita Amerika Serikat (AS), CBS News. Sebelum mundur, Jumat 11 Februari 2011, kondisi Mubarak juga ikut menurun.

Mubarak diberitakan pingsan dua kali selama pidato yang menyatakan dia tak akan berhenti pada pekan lalu. Koran Mesir tersebut mengungkapkan Mubarak kemudian jatuh koma lagi pada Sabtu, 12 Februari 2011, di rumah pribadi di Kota Sharm al-Sheikh.

Menurut laporan koran itu, berdasarkan sumber yang tak disebutkan namanya, Mubarak menuju Sharm al-Sheikh bersama beberapa anggota keluarganya usai menyatakan mundur.

Laporan lain dari kantor berita Israel berbahasa Prancis, JSS News, yang juga diteruskan CBS News, mengatakan Mubarak kini dalam kondisi sekarat di sebuah rumah sakit di kota Baden, Jerman. JSS News mengabarkan Mubarak telah sejak lama menderita kanker, dan saat ini dia berada di fase akhir dari penyakit kankernya.

Zulhas Enggan Revisi Aturan Barang Bawaan dari Luar Negeri: Bayar Pajak Dong!

Tak ada konfirmasi yang pasti soal kesehatan Mubarak saat ini. Hanya sepotong keterangan datang dari Duta Besar Mesir di Amerika Serikat Shameh Shoukry.

Berbicara di program televisi NBC Today, Senin 14 Februari 2011, Shoukry  mengatakan menerima informasi bahwa "Mubarak mungkin dalam keadaan kesehatan yang buruk". Sayangnya, tak ada keterangan lebih rinci lagi dari Shoukry ihwal kondisi bekas penguasa Negeri Seribu Menara itu. (np)

Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri Brigjen Pol Djuhandhani Rahardjo Puro

Indonesian Students Victim of Germany Human Trafficking Mostly In Debt

The Indonesian police have uncovered many students who have become victims of an international human trafficking network to Germany, where they are trapped in debt.

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024