Reshuffle... Tidak... Reshuffle... Tidak...

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Sumber :
  • AP Photo

VIVAnews - Teka-teki pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 1 Maret 2011 lalu terjawab sudah, untuk sementara. Penataan koalisi seperti yang diutarakan Presiden di Selasa sore itu tidak serta-merta berujung pada perombakan kabinet.

Saat membuka rapat kabinet paripurna, Kamis, 10 Maret, Presiden bilang tidak pernah mengatakan secara langsung akan melakukan perombakan kabinet. "Saya belum pernah berkata, 'Ya, bulan depan reshuffle, minggu ini reshuffle," ujarnya.

SBY menyatakan, selama sembilan hari sejak pidato 1 Maret itu, dia berusaha menahan diri untuk tidak merespons dan bereaksi terhadap isu-isu perombakan kabinet yang muncul menanggapi pidatonya. SBY menahan diri tidak berkomentar agar tidak mempengaruhi kinerja para menteri.

"Karena, sampai pada satu titik seolah-olah saya dipaksa, diharuskan, didikte, untuk segera melaksanakan reshuffle. Kemudian, yang saya dengarkan, 'mengapa lambat'. Padahal sesungguhnya reshuffle bukan tujuan, tapi sarana," kata SBY.

Perombakan kabinet, kata SBY, baru akan dilakukan jika ada alasan yang tepat. Itu seperti yang dia lakukan pada Kabinet Indonesia Bersatu I ketika merombak komposisi kabinet sebanyak tiga kali.

Presiden juga menyesalkan pemberitaan media yang terus membesarkan isu perombakan kabinet sebelum diumumkan sendiri oleh Presiden. "Tidak bisa setiap talkshow mengarahkan agar Presiden melakukan reshuffle," SBY menyindir.

"Banyak beredar sejumlah nama beserta alasan mengapa si A diganti, si B diganti, kemudian disebutkan siapa penggantinya," tutur SBY. "Bahwa nama-nama yang beredar, nama-nama yang akan diganti, tidak berasal dari saya. Saya tidak tahu-menahu dari mana itu keluar."

Hujan Lebat di Dubai, Benarkah karena Perubahan Iklim atau Modifikasi Cuaca?

Bukan tanpa api

Namun, sejatinya asap reshuffle kabinet mengepul bukan tanpa api.

Selasa malam itu juga, 1 Maret 2011, di hari Presiden berpidato, Menteri Koordinator Perekonomian yang juga Ketua Umum Partai Amanat Nasional, Hatta Rajasa, bertemu Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDIP Taufiq Kiemas. Dalam pertemuan itu hadir pula salah satu ketua DPP PDIP, Puan Maharani. Seorang politisi PDIP yang mengikuti dari dekat pertemuan ini mengungkapkan, Hatta bukan datang bertamu untuk sekadar minum kopi. Dia datang diutus Presiden untuk menawari PDIP masuk kabinet.

Putri Isnari DA 4 Lamaran, Gepokan Uang Panai Rp2 Miliar Jadi Sorotan

Hatta membantah, tapi kabar reshuffle kabinet terlanjur merebak.

Tak cuma sampai di situ, dua hari kemudian giliran Partai Gerindra yang terang-terangan mengaku ditawari Partai Demokrat masuk koalisi pemerintahan. "Kami mendengar begitu. Ada tawaran dari Demokrat," kata Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani.

Para petinggi Gerindra bahkan membahas serius tawaran ini. Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo Subianto langsung mengumpulkan pemimpin teras dan legislator Gerindra. Lalu diputuskan, Gerindra mengajukan dua syarat terkait pengelolaan BUMN dan pertanian.

Belakangan, negosiasi PDIP dan Gerindra masuk kabinet rupanya membentur tembok.

Sekretaris Jenderal PDIP Tjahjo Kumolo menyatakan partainya terikat keputusan Rapat Kerja Nasional untuk berada di luar pemerintahan. Menyangkut Gerindra, rupanya belum ada kata sepakat.

Bahlil Yakin Jokowi Mau Bertemu dengan Megawati: Tidak Perlu Grasah Grusuh

Juru Bicara Partai Demokrat Ruhut Sitompul membantah partainya mempermainkan Gerindra. Menurut Ruhut, Presiden Yudhoyono dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto, sudah intensif berkomunikasi. Hanya saja, belum diperoleh kesepakatan.

"Serahkan itu pada Pak SBY dan Pak Prabowo, biarkan mereka yang memutuskan," kata Ruhut, Rabu, 9 Maret 2011.

Saat membuka rapat kabinet pada Kamis kemarin, Presiden sendiri mengakui telah berkomunikasi dengan pemimpin partai di luar koalisi.

Menurut anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Achmad Mubarok, perundingan dengan Gerindra buntu karena syarat yang diajukan Prabowo kelewat tinggi. "Sementara, berbuat dan berkontribusi saja belum," katanya.

Politisi Gerindra, Desmond J. Mahesa, menuding partainya semata dijadikan elite Demokrat alat untuk menekan partai lain. Dia melihat ada ketidakselarasan sikap antara Presiden Yudhoyono dengan para petinggi  Demokrat.

Meski demikian, dia menyatakan Gerindra tak kecewa seandainya gagal masuk kabinet. "Nggak ada yang kecewa," kata Desmond. "Pak Prabowo malah ketawa begitu mendengar kabar itu."

Jadi?

Mari berhitung kancing saja: reshuffle... tidak... reshuffle... tidak...

(kd)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya