Ancaman Radioaktif Bayangi Jepang

Kebakaran di PLTN Dai-ichi, prefektur Fukushima
Sumber :
  • AP Photo/DigitalGlobe

VIVAnews - Menyusul terjadinya gempa besar di Jepang, dalam empat hari, tiga unit reaktor di instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Dai-ichi meledak dan unit reaktor keempat dilaporkan terbakar hebat, beruntung dapat segera dipadamkan. Akibat peristiwa ini, zat radiaoaktif dengan kadar yang tinggi terlepas ke udara, bahkan hingga ratusan kilometer jauhnya. 

Jelang Hari Raya Idul Fitri, Persediaan BBM di Bali Masih Aman

Menurut kantor berita Kyodo, pasca ledakan hidrogen yang terjadi pada unit reaktor nomor dua, tingkat radiasi di sekitar lokasi PLTN mencapai 965,5 mikrosievert per jamnya. 

Puncaknya, radiasi mencapai hingga 8.217 mikrosievert per jamnya. Angka ini, jauh berkali-kali lipat diatas batas radiasi normal yang diterima manusia per tahunnya.

Tebar Berkah Ramadan 1445 H, Mandiri Group Santuni 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Menanggapi hal ini, Perdana Menteri Jepang, Naoto Kan, menghimbau warga di radius lebih dari 30km dari lokasi untuk tidak keluar rumah. Warga diserukan untuk tetap berada di dalam dan menutup semua jalan masuk udara. Bahkan, menjemur pakaian pun diharapkan di dalam saja.

Sebelumnya, 170.000 warga di radius 20km dari lokasi telah diungsikan pasca ledakan reaktor pertama.

Ada Kabar Jaksa Peras Saksi hingga Rp3 Miliar, KPK Bilang Begini

Kerusakan sistem pada reaktor nuklir Dai-ichi diawali dari matinya pendingin akibat padamnya listrik karena diguncang gempa bumi dan tsunami yang terjadi Jumat pekan lalu. Usaha untuk mendinginkan reaktor malah menyebabkan hidrogen terpapar oksigen, yang akhirnya menyebabkan ledakan.

Radioaktif Mencapai Tokyo

Menyusul peristiwa di Dai-ichi, 39 juta warga Tokyo dikejutkan oleh terdeteksinya radiasi di atas batas normal terkandung di udara kota mereka. Namun, radiasi di ibukota Jepang yang berjarak sekitar 250 km barat daya Dai-ichi ini masih tergolong kecil, tidak membahayakan manusia.

"Kami memonitor tingkat radiasi lebih tinggi dari batas normal pada Selasa pagi di Tokyo," ujar petugas pemerintah, Sairi Koga, dilansir dari laman Associated Press.

"Tapi tingkatan ini belum akan berpengaruh terhadap tubuh manusia," ujarnya lagi.

Menurut Koji Yamazaki, profesor ahli lingkungan di Universitas Hokkaido, memang benar radiasi telah sampai ke Tokyo, namun kadarnya akan sangat kecil sekali karena telah terurai oleh angin. "Jika angin semakin kencang, berarti partikel radiasi terbang semakin cepat, namun akan lebih mudah terurai," ujarnya.

Nasib baik tidak menimpa daerah lainnya di pesisir timur pulau Honshu. Di prefektur Saitama, dekat Tokyo, misalnya, radiasi mencapai 40 kali lipat lebih tinggi. Di Ichihara, prefektur Chiba, tingkat radiasi mencapai dua sampai empat kali lipat peningkatannya. Sementara itu, di prefektur Tochigi, radiasi meningkat 33 kali lipat.

Di prefektur Ibaraki, dekat dengan Fukushima, kadar radiasi mencapai 100 kali lipat lebih tinggi dari biasanya. Sedangkan,di prefektur Kanagawa, tingkat radiasi 10 kali lipat lebih tinggi dari biasanya. 

Setidaknya ada tujuh efek yang berbahaya bila tubuh manusia terkena bocoran radioaktif. Penyakit yang bisa ditimbulkan antara lain rambut rontok, membunuh sel syaraf, menyebabkan kejang dan kematian mendadak. Menganggu peredaran darah, penyakit jantung hingga kerusakan sistem reproduksi.

Menurut petugas di badan cuaca Jepang, seperti dilansir dari laman MSNBC, partikel radioaktif dari ledakan reaktor maupun pelepasan yang disengaja untuk mencegah tekanan dalam reaktor, tersebar sampai ratusan kilometer akibat tertiup angin.

Menurut dia, angin saat bertiup pelan dari arah utara melalui Fukushima menuju barat daya, termasuk yang dilaluinya adalah Tokyo. Diperkirakan, angin akan segera berubah arah ke arah barat. 

Warga Panik

Berita meningkatnya tingkat radiasi di berbagai tempat di Jepang membuat warga panik. Bahan-bahan makanan di berbagai supermarket di berbagai kota dilaporkan ludes diborong warga. 

Berbagai barang seperti makanan kaleng, roti, air mineral. dan baterai ludes di sebagian besar toko di Ibukota Jepang, Tokyo. Di kota ini, antrean panjang mobil di stasiun pengisian bahan bakar juga terlihat.

Para pengusaha mengaku tidak pernah melihat kepanikan seperti ini sejak krisis minyak tahun 1970an. "Kebutuhan meningkat sebab warga tiba-tiba mempersiapkan situasi darurat dengan menimbun air botolan, mie instan, dan barang-barang lainnya untuk keperluan jangka panjang," ujar 

Shoko Amesara, Juru Bicara Saiei Inc, salah satu supermarket besar Jepang. Pembelian secara gila-gilaan ini memperburuk pasokan barang yang sebelumnya telah terhambat akibat sulitnya medan akibat tertutup puing, terhentinya operasi pabrik dan mandeknya layanan kereta.

Menteri urusan konsumen Jepang, Renho, menyerukan warga untuk tetap tenang dan berhenti menimbun bahan pokok yang tidak benar-benar dibutuhkan. 

"Jika tetap dilakukan, maka wilayah yang terkena gempa akan kesulitan menerima bantuan makanan," ujar Renho dilansir dari laman Japan Today.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya