Facebook Tak Mampu Lindungi Anak-anak?

Simbol pelarangan Facebook
Sumber :
  • digiactive.org

VIVAnews - Penelitian terakhir yang dilakukan oleh lembaga riset The Pew Internet & American Life Project, mengungkapkan fakta yang mengejutkan: 46 persen anak berusia 12 tahun di Amerika Serikat sudah bergabung dalam jejaring sosial. 

Cara Sholat Hajat dan Doa Rasulullah SAW untuk Mengatasi Masalah

Selain itu, 73 persen remaja berusia 13 sampai 17 tahun mengaku telah memanfaatkan situs jejaring sosial, termasuk Facebook.

Padahal, belakangan ini telah terjadi tren di mana penjahat dunia maya (cyber criminal) beralih melakukan serangan dari model konvensional,  mengirimkan virus via email atau menanam script berbahaya di website. ke metode terkini, yakni dengan melakukan penipuan di situs media sosial.

Pada laporan terakhir, Symantec, perusahaan spesialis keamanan menyebutkan, dari seluruh penipuan yang terjadi di seluruh media sosial yang ada, sebanyak hampir 95 persennya terjadi di dua situs jejaring terkemuka yakni Facebook dan Twitter.

Ironisnya, pengguna anak-anak atau remaja merupakan target yang paling mudah diserang.

Untuk itu, awal bulan ini, Al Franken, anggota parlemen dari partai Demokrat di Minnesota, Amerika Serikat, menuliskan surat protes ke Mark Zuckerberg, Chief Executive Officer Facebook. Ia meminta situs jejaring sosial itu merombak pengaturan keamanannya.

“Saat ini, sekitar 13 juta pengguna berusia di bawah 18 tahun boleh membagikan informasi pribadi mereka seperti layaknya pengguna dewasa,” tulis Franken, seperti dikutip dari Associated Press, 24 Maret 2011.

Pengguna usia muda ini, kata Franken, sangat rentan terhadap penjahat yang memanfaatkan Internet atau khususnya Facebook. “Seharusnya mereka tidak diperkenankan membagikan nomor telepon dan alamat rumah pada siapapun,” ucapnya.

Padahal, angka yang disebut Franken belumlah menggambarkan jumlah pengguna Facebook sebenarnya yang berusia di bawah umur.

Seperti diketahui, pada pasal keempat Statement of Rights and Responsibilities yang dicantumkan Facebook, disebutkan dengan jelas di pasal 1 dan 5 bahwa pengguna tidak boleh memasukkan informasi palsu, membuat akun untuk orang lain tanpa izin, dan tidak boleh menggunakan Facebook jika pengguna berusia di bawah 13 tahun.

Namun, tidak banyak yang bisa dilakukan oleh Facebook dengan metode kebijakan yang digunakan saat ini.

“Ada banyak orang yang berbohong. Banyak yang masih di bawah 13 tahun tetapi ikut mendaftar ke Facebook,” ucap Mozelle Thompson, Chief Privacy Adviser Facebook.

Angka 13 tahun tersebut, kata Thompson, memang merupakan batas usia minimal yang diperkenankan sistem untuk melakukan pendaftaran. “Namun demikian, sistem itu tidaklah sempurna karena tidak ada mekanisme untuk mendeteksi apakah anak-anak melakukan pendaftaran dengan usia palsu,” ucapnya.

Kekhawatiran banyaknya pengguna di bawah umur yang mendaftar dan berinteraksi di jejaring sosial dikeluhkan pula oleh komite keamanan dunia maya parlemen Australia.

Senin, 21 Maret ini mereka telah memanggil, tidak hanya Mozelle Thompson yang mewakili Facebook, parlemen juga memanggil perwakilan Microsoft dan Yahoo untuk dimintai keterangan seputar masalah keamanan terkait Internet.

Dalam pernyataannya, Thompson mengungkapkan, mereka sebenarnya telah berupaya untuk mengurangi jumlah anak-anak berusia di bawah 13 tahun di situs jejaring sosial mereka.

“Kami menghapus hingga 20 ribu pengguna per hari karena mereka telah melanggar kebijakan Facebook seperti menyebarkan spam, konten tidak pantas, dan termasuk juga mereka yang berada di bawah umur,” kata Thompson, yang dikutip oleh Daily Telegraph.

Padahal, dari data Global User Demographics Facebook, dari 629.982.480 juta pengguna Facebook per Maret 2011, tercatat bahwa 20,6 persen berusia 13 sampai 17 tahun.



Selain Facebook, jejaring sosial dan situs lain yang populer di kalangan anak-anak juga terus berupaya mengatasi masalah tersebut meski dengan cara yang berbeda.

Sebagai contoh, MySpace, juga mewajibkan penggunanya berusia 13 tahun ke atas. Sayangnya, sama seperti Facebook, ia tidak punya mekanisme untuk melakukan verifikasi terhadap usia pendaftar.

Disney.com memungkinkan anak berusia 13 tahun ke bawah menjelajahi situs itu dan bermain-main di sana. Namun Disney tidak mengumpulkan informasi seputar anak-anak tersebut kecuali mereka melakukan pendaftaran, misalnya untuk mengikuti lomba, dan sebagainya.

Saat pendaftaran, anak-anak diminta untuk mengisikan alamat email orang tuanya agar mereka mendapatkan notifikasi. Namun Disney tidak mengumpulkan informasi lain di luar itu.

Langkah serupa diambil oleh Yahoo. Mereka tidak memperkenankan anak berusia 12 tahun ke bawah melakukan pendaftaran tanpa sepengetahuan orang tuanya. Setelah itu, sama seperti Disney, Yahoo membatasi informasi apa yang digunakan untuk berpartisipasi dalam kompetisi atau fitur interaktif serupa lainnya. Apakah Facebook perlu menerapkan hal serupa?

Senada dengan BNPT, Guru Besar UI Sebut Perempuan, Anak dan Remaja Rentan Terpapar Radikalisme
Nyamuk aedes aegypti.

Tenang Hadapi DBD! Menkes Pastikan RS Siap Tangani Pasien, Ini Imbauannya untuk Masyarakat

Angka kasus demam berdarah di Indonesia mengalami peningkatan. Hingga saat ini tercatat sudah ada 35 ribu lebih pasien menderita demam berdarah atau DBD

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024