Disiapkan, Operasi Menyerang Perompak Somalia

Perompak Somalia
Sumber :
  • www.guardian.co.uk

VIVAnews – Selasa, 12 April 2011, penyanderaan Kapal Indonesia, MV Sinar Kudus, oleh perompak Somalia memasuki hari ke-28. Nasib 20 awak kapal masih terkatung-katung di tengah lautan. Minim makanan, kurang air bersih, beberapa di antaranya bahkan kritis akibat sakit keras. Di tengah ketidakpastian itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akhirnya angkat bicara.

SBY membantah anggapan pemerintah bersikap pasif. “Begitu mendengar pembajakan kapal di lepas pantai Somalia, saat itu kami telah bekerja. Yang aktif di sini adalah Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Menteri Luar Negeri, TNI dan BIN (Badan Intelijen Negara),” kata SBY saat membuka Sidang Kabinet Paripurna di Kantor Presiden, Selasa siang.

Semua opsi telah dipertimbangkan, kata Presiden. Tapi, apa tindakan yang akan diambil, masih dirahasiakan. “Tidak semua opsi bisa kami jelaskan ke publik. Mengapa? Karena menyangkut keselamatan saudara-saudara kita yang disandera, menyangkut keselamatan yang bisa saja mengemban tugas tertentu (sebagai) pembebas,” jelas SBY.

Peran Jenderal Bintang 4 yang Diduga Terlibat Korupsi Timah Rp 271 Triliun

Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Laksamana Agus Suhartono mengungkapkan, TNI punya kemampuan menumpas pembajak MV Sinar Kudus. "Menumpas pembajak, kami bisa," katanya di Kantor Presiden. Akan tetapi, dia mengatakan pemerintah memilih mengutamakan langkah diplomasi. "Karena keselamatan anak buah kapal menjadi hal utama.”

Saat ini, kata Agus, upaya negosiasi terus dilakukan baik oleh pemilik kapal, PT Samudera Indonesia, maupun pemerintah. Panglima menambahkan, memang ada opsi operasi militer yang juga disiapkan pemerintah, "Tapi, kami tidak bisa menyampaikannya.” 

Sementara itu, Pemerintah Somalia sendiri meminta Indonesia menggelar operasi militer untuk membebaskan para sandera. Hal itu diungkapkan Duta Besar Somalia Mohamud Onow Barow kepada Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie saat bertemu di Jakarta, Selasa sore, 12 April 2011.

Mengenal Sepak Terjang Karier Alvina Elysia, Dirut Perempuan di Anak Perusahaan Pupuk Kaltim

"Dubes Somalia sudah bertemu Ketua Umum Golkar menjelaskan posisi ABK Indonesia yang disandera perompak Somalia. Pembicaraan tadi dimulai dari jam setengah lima sampai enam sore. Banyak hal dibicarakan," ujar Wakil Sekjen Bidang Hubungan Internasional Partai Golkar, Happy Bone Zulkarnaen. "Dubes Somalia menyampaikan bahwa jangan dibesar-besarkan eksistensi perompak, karena menyebabkan mereka kian tinggi nilai tawarnya. Selain itu, Dubes tadi juga meminta Indonesia tegas, kalau perlu melakukan aksi militer.”

Happy menjelaskan pemerintah Somalia bersedia penuh bekerja sama dengan militer Indonesia dalam operasi menumpas perompak. "Pemerintah Somalia akan bahu membahu kalau ada aksi militer dari pemerintah Indonesia, baik darat dan laut, termasuk izin untuk menggempur mereka," ujarnya.

Apapun opsi yang dipilih, keluarga para awak kapal sedang menanti tindakan nyata dan segera dari pemerintah.

Iran Bantah Rudal Israel Meledak di Isfahan: Itu Drone yang Ditembak Jatuh

Ketua Kesatuan Pelaut Indonesia, Hanafi Rustandi, menuntut pemerintah bersikap lebih tegas dan segera untuk menyelamatkan para sandera. "Posisi mereka sudah sulit. Kalau dibutuhkan militer harus turun tangan. Kenapa tidak?" ujar Hanafi.

Korea Selatan dan Malaysia

Tekanan terhadap pemerintah kian membesar, karena negeri jiran pernah sukses membebaskan warga negaranya dari sekapan perompak Somalia.

Januari lalu, Angkatan Laut Malaysia pernah berhasil membebaskan 23 kru kapal tanker MT Bunga di Teluk Aden. Di pihak perompak, tiga orang terluka. Kunci keberhasilan Malaysia adalah mereka memang telah bersiap menghadapi perompakan. Kapal dan helikopter AL Malaysia bersiaga 22 kilometer dari MT Bunga. Tentara Malaysia langsung menyerbu kapal sesaat setelah perompak bersenjata beraksi. Para awak kapal pun paham benar apa yang harus dilakukan saat kapal mereka diserbu bajak laut. Mereka langsung mengunci diri di sebuah ruangan dan mengaktifkan panggilan darurat.

Atau lihat cara Korea Selatan merebut kembali kapal mereka, yang memuat bahan kimia Samho Jewelry yang dibajak perompak 5 Januari 2011 lalu. Korsel mengerahkan kapal perang Choi Young, sebuah kapal penyerang, helikopter Lynx, dan 300 tentara untuk membebaskan kapal itu. Delapan perompak tewas, sementara 21 kru kapal, termasuk dua WNI berhasil diselamatkan. Satuan pembebas ini disebut unit Cheonghae. Dibentuk pada 2009, unit ini bertugas memastikan keamanan kapal-kapal kargo Korea Selatan yang melewati perairan Somalia.

Bisakah Indonesia meniru keberhasilan dua negara itu?

“Kasus kali ini berbeda dengan Korsel dan Malaysia. Kala itu para perompak masih berada di Teluk Aden sehingga mudah melakukan koordinasi dengan para pasukan internasional yang berada di sana," ujar Deputi Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan HAM, Sagom Tamboen, kepada VIVAnews. "Perompak yang menahan kapal Indonesia diperkirakan telah memasuki perairan Somalia, sehingga menyulitkan kita untuk masuk.”

Tamboen menjelaskan bahwa perizinan untuk memasuki wilayah perairan Somalia juga bermasalah. "Somalia dianggap sebagai negara gagal dengan pemerintahan yang tidak efektif. Kalau sudah begini, kepada siapa kami meminta izin?" dia berkilah.

Disandera 10 bulan

Bagaimana gambaran para perompak, diungkapkan oleh Aep Saepudin. Dia adalah salah satu yang disandera di kapal pancing berbendera Taiwan, Win Far 161. "Saya disandera perompak Somalia selama 10 bulan. Mulai 6 April 2009 hingga 11 Februari 2010," ujar Aep kepada VIVAnews, Selasa, 12 April 2011.

Saat itu, bajak laut meminta tebusan US$9 juta dalam waktu tiga hari. Namun, negosiasi buntu. Menurut dia, apa yang diberitakan soal kondisi MV Sinar Kudus adalah nyata.

"Tekanan memang ada, todongan senjata jadi makanan kami sehari-hari. Namun, sampai perompak membunuh, tidak sejauh itu. Kalau ada yang tewas, meninggal, itu bukan karena kekerasan, tapi karena sakit, kekurangan makan. Saat itu kami tak minum sama sekali selama tiga hari," kata dia. "Memang tekanan 1-2 bulan pertama tinggi, tegang. Tapi, kalau untuk membunuh, tidak."

Diceritakan pria asal Bandung ini, kekurangan air bersih dan makanan jadi kendala utama. Oleh para perompak, kru kapal dibekali beras bantuan pengungsi. "Raskin (beras untuk rakyat miskin) masih mending. Pokoknya nggak enak banget," tambah dia. Tiga pelaut tewas akibat kekurangan gizi dan beri-beri. Kematian rekan-rekannya, satu persatu, membuat para awak kapal putus asa. 

Aep menggambarkan ketegangan hidup mereka di kapal sebagai sandera--32 awak kapal dari China, Taiwan, Filipina, dan Indonesia. Mereka semua ditahan di geladak. "Kami tidur bersama bom. Ada mortir, C4, disimpan di geladak bersama 32 kru. Para perompak memegang remote control dan detonator. Kalau ada pasukan khusus datang, mereka siap bunuh diri bersama kami," kata Aep.

Oleh perompak, Win Far 161 dijadikan ‘kapal induk’ untuk membajak kapal lain. Para sandera pun dijadikan tameng hidup.

Dia memperkirakan kondisi MV Sinar Kudus lebih baik. "Kalau saya perkirakan, Sinar Kudus kan kargo, persediaan makanannya kuat sampai tujuh bulan.” (kd)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya