Sisi Lain Keluarga Bin Laden

Keluarga Osama bin Laden
Sumber :

VIVAnews - Sebelum tewas di tangan pasukan elit Amerika Serikat Navy Seal, Minggu 1 Mei 2011, Osama bin Laden tak berhenti menyerukan jihad melawan negara-negara Barat. Itu sebabnya, Ameria Serikat menghargai kepala Osama US$50 juta.

Surya Paloh: Hak Angket Sudah tidak Up to Date Lagi Untuk Kondisional Hari Ini

Tapi, tak semua anggota keluarga Bin Laden menuruti anjuran Osama untuk "berjihad" melawan Barat dengan aksi teror. Sejumlah anggota klan Bin Laden justru merangkul cara hidup Barat.

Salah satu dari 23 putra Osama, Omar Osama bin Laden, 29 tahun, menempuh jalan berbeda dari ayahnya. Dia malah ingin menjadi 'duta perdamaian' antara dunia Islam dan Barat. Omar menikahi perempuan Inggris yang usianya hampir dua kali dari umurnya. "Saya mencoba berkata kepada ayah saya, cari cara lain untuk mencapai tujuan. Bom, senjata, tidak baik dampaknya bagi siapa pun."

Airlangga Tegaskan Tak Hanya Rupiah yang Melemah, Won hingga Bath Juga Ambruk

Menurut sejumlah informasi, Omar besar di kamp jihad di Sudan dan Afghanistan, bersama para pejuang yang menguji senjata kimia pada sejumlah anak anjing.

Dalam wawancara dengan majalah Rolling Stone pada 2010, Omar mengaku ingin bekerja di PBB, bertemu Presiden Barack Obama, dan Menlu AS, Hillary Clinton. Dalam wawancara itu, ia bahkan membandingkan dirinya dengan aktor Hollywood, Mel Gibson.

Jaga Amanah Orang Tua, Ruben Onsu Sayangkan Sikap Jordi Onsu Malah Bikin Tambah Ribut

Tak hanya Omar yang nyeleneh. Keponakan Osama, Wafah Dufour, bahkan melangkah lebih jauh. Lulusan Fakultas Hukum Columbia University ini nekat berpose nyaris telanjang di sampul majalah pria GQ pada 2005. Badannya hanya ditutupi bulu onta.

Seperti halnya Omar, dia bermimpi jadi bintang Hollywood, penyanyi atau bintang film. "Meski kerabat, saya tak ada hubungannya dengan dia (Osama). Tapi, karena dia, dunia Barat membenciku. Sebaliknya, karena saya memilih menerapkan nilai-nilai Barat, orang-orang Arab Saudi membenciku," kata Wafah Dufour.

Bahkan ibu kandung Osama pun menolak jalan pikiran putranya itu. "Saya tak ada hubungan dengan Al Qaeda," kata dia kepada Saudi Newspaper. "Saya hanya khawatir pada anak saya dan pemberitaan tentangnya." Telegraph pernah memberitakan, sebagai ibu, seperti apa pun Osama, tetap ia cintai. "Saya berdoa, Allah menunjukkan jalan yang benar, menjauh dari pikiran yang salah. Saya ibunya yang paling menderita."

Sementara, anak-anak Osama yang lain, mengikuti langkah ayahnya. Anak ketiga Osama, Saad, dikabarkan aktif di Al Qaeda, meski bukan tokoh kunci. Juli 2009 lalu, Saad dikabarkan tewas dalam serangan AS di Pakistan.

Putra bungsu Osama, Hamza Bin Laden dilaporkan sejumlah media di Pakistan sebagai pemimpin tim yang dikirim membunuh Benazir Bhutto, dan tewas pada Desember 2007.

Satu puisi ditulis Hamza pada 2008 untuk memperingati 7 Juli 2005, pemboman di London yang menewaskan 52 orang. Dalam puisi itu, ia menyebut dirinya 'Putra Mahkota Teror', menyerukan penghancuran Amerika Serikat, Inggris, Perancis, dan Denmark. Negara-negara ini menjadi sasaran, salah satunya membiarkan karikatur Nabi Muhammad terbit.

Konglomerasi Binladin

Osama bin Laden lahir dari satu klan terkaya di Arab Saudi. Dia punya 54 saudara. Ayahnya Mohammed Awad bin Laden beristri banyak. Awad adalah seorang migran dari Yaman dan menetap di Arab Saudi. Klan ini menjadi kaya raya setelah Awad dipercaya menggarap sejumlah proyek kerajaan.

Awalnya, Awad mendirikan perusahaan kontraktor pada 1931. Proyek pertamanya dari kerajaan adalah renovasi Masjid Nabawi di Madinah pada 1950. Setelah sukses pada proyek pertama, Raja Abdul Aziz meminta Awad kembali merenovasi Masjidil Haram di Makkah. Pekerjaan besar ini baru dimulai pada 1955. Karena proyek itu sukses, maka pada 1964, Awad kembali mendapat proyek dari raja, yaitu penyatuan ulang kubah batu di Yerussalem, kota suci ketiga bagi umat Islam.

Pada 1967, Mohammed Awad bin Laden meninggal dalam satu kecelakaan pesawat. Setelah Mohammed meninggal, bisnisnya diwariskan kepada Salem bin Laden, putra sulungnya. Pada masa kepemimpinan Salem, perusahaan ini mendapat proyek pembangunan jalan dari Taif ke Jizan dengan panjang 750 kilometer.

Proyek ini sangat sulit karena melewati sejumlah padang pasir dan pegunungan Hijaz. Proyek itu sukses diselesaikan pada 1984 dengan biaya lebih dari 1 miliar riyal. Sepanjang 585 kilometer jaringan jalan ini memainkan peran penting bagi kerajaan Arab, karena menghubungkan kota Sharoura ke Najran.

Umur Salem tak lama. Ia meninggal pada 1988. Tongkat kepemimpinannya diserahkan kepada adiknya, Bakr bin Laden. Saat kepemimpinan Bakr ini terjadi perubahan besar. Dia membuat Dewan Bisnis beranggotakan 11 kerabat. Kemudian mereka membentuk perusahaan Saudi Binladin Group (SBG) pada 1989. Kantor pusatnya berada di Jeddah, Arab Saudi.

Menurut  St. Petersburg Times, pada 2001, konglomerasi bisnis keluarga Bin Laden ini bisa menanngguk pendapatan US$5 miliar per tahun dengan jumlah karyawan mencapai 50 ribu orang di seluruh dunia. Perusahaan itu meliputi konstruksi, teknik, telekomunikasi, penerbitan buku, serta manufaktur kendaraan dan lampu listrik. Mitra bisnisnya meliputi General Electric, Nortel, Snapple, Motorola, dan Citibank.

Binladin Group telah memainkan peran penting dalam membangun infrastruktur Arab Saudi. Binladin telah membangun lebih dari lima ribu kilometer jalan di seluruh Arab, salah satunya, Al Qassim Express. Jalan yang menghubungkan Al Qassim dengan Madinah, Yanbu, dan Thuwal di Laut Merah ini menghabiskan anggaran 5 miliar riyal.

Perusahaan itu juga telah membangun jembatan dan terowongan. Hingga 2006, total pencapaian di sektor ini meliputi 5.500 kilometer jalan tol, 8,4 kilometer terowongan, 3,4 kilometer underpass, 5.460 meter persegi parkir bawah tanah, dan penyimpan air dengan kapasitas 100 ribu meter kubik. Binladin juga telah mengerjakan jembatan dan jalan layang dengan total panjang 26 ribu meter.

Pada 2003, Binladin telah membangun hampir 25 bandara di sejumlah wilayah dan negara lain, termasuk Malaysia, Suriah, dan Mesir. Binladin juga membangun hanggar jet jumbo di Riyadh.

Pada 2007, Binladin memenangi kontrak pembangunan terminal haji di Bandara Internasional King Abdull Aziz di Jeddah, dan Blaise Diangne, bandara internasional di Dakar, Senegal.

Proyek-proyek terkini adalah Jembatan Jamart di Mina, pembangunan kampus Universitas Alameera Noura, dan King Abdullah Financial District. Proyek terakhir ini merupakan proyek terbesar yang pernah dikerjakan Binladin. (Sumber: Daily Mail, The Age, St. Petersburg Times, Telegraph).

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya