Harga Minyak Dunia Turun, Pertamax Tetap Naik

Pertamax Habis di SPBU Pertamina
Sumber :
  • nur farida ahniar/vivanews

VIVAnews - Harga minyak dunia bergerak turun dalam dua pekan terakhir. Harga minyak mentah mingguan yang dihasilkan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) turun dari US$119,79 menjadi US$109,41 per barel atau turun US$10,38 (0,87 persen).

Bahkan, harga minyak di pasar Asia juga mengikuti tren penurunan yang terjadi di pasar internasional itu. Per Selasa 17 Mei 2011, harga minyak di pasar Asia turun hingga mendekati level US$97 per barel. Harga ini terkoreksi 16 persen dari level US$115 pada 2 Mei lalu.

Banyak kalangan menyebut penurunan itu dipicu kekhawatiran investor akan melambatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang diperkirakan menurunkan permintaan minyak mentah.

"Ini merupakan hasil ekspektasi para pelaku usaha yang melihat perekonomian Amerika Serikat dan banyak negara tidak sebagus yang diharapkan. Mereka khawatir kondisi ekonomi yang kurang bagus itu akan berdampak menurunnya permintaan minyak oleh negara-negara pengimpor minyak itu," kata Kurtubi, pengamat perminyakan, di Jakarta, Selasa 17 Mei 2011.

Menurut Kurtubi, faktor lain yang menyebabkan turunnya harga minyak di pasar internasional adalah ulah para spekulan. "Faktor penurunan ekonomi itu dicampur dengan sikap para pelaku spekulan, sehingga terus menurun," kata dia.

Namun demikian, Kurtubi memprediksi penurunan harga minyak mentah dunia itu tidak akan berlangsung lama. Karena, suplai dari negara-negara penghasil minyak masih bermasalah. "Konflik di Libya sebagai eksportir minyak besar belum ada penyelesaian yang jelas. Selain itu negara-negara OPEC masih enggan menambah produksi mereka," kata Kurtubi.

Apalagi, tambah dia, pada bulan Juni hingga Agustus nanti negara-negara Eropa, Amerika, dan negara yang terletak di utara garis khatulistiwa memasuki libur musim panas. Itu artinya, permintaan minyak akan meningkat. "Pada Summer itu, permintaan minyak biasanya melonjak. Orang Eropa dan Amerika akan banyak berkendara," kata Kurtubi.

Kurtubi memperkirakan, selama sisa tahun 2011 ini, harga minyak akan terus bergejolak. Fluktuasi harga minyak mentah dunia, kata dia, tidak akan jauh dari kisaran US$100 per barel. "Jenis Brent misalnya, akan merujuk pada US$130 per barel," kata dia.

Tak Berbanding Lurus

Namun,  penurunan harga minyak di pasar internasional itu tak berbanding lurus dengan harga bensin jenis Pertamax di Indonesia. Padahal bensin jenis ini tidak disubsidi dan penentuan harganya selama ini selalu disesuaikan dengan harga pasar internasional.

Pertamina baru-baru ini menaikkan harga pertamax untuk kesekian kalinya. Pada 15 Mei 2011 misalnya, harga Pertamax dinaikkan Rp200 dari Rp9.050 per awal Mei menjadi Rp9.250 per liter. Padahal, harga pada awal Mei itu baru saja dinaikkan dari Rp8.700 per liter yang bertahan sejak pertengahan April lalu.

Mengapa hminyak mentah dunia turun, Pertamax justru dinaikkan?

Akting Jadi Mafia yang Misterius, Maxime Bouttier: Aku Aslinya Cerewet

Menurut Kurtubi, ada beberapa faktor yang menyebabkan kenaikan harga pertamax itu. Antara lain, kata dia, ketidakcermatan Pertamina dalam mengelola minyaknya. Selain itu, dia menjelaskan, Pertamina masih menggunakan perantara dalam membeli minyak di pasar internasional.

Dugaan lain, Pertamina mendapat perintah dari pemerintah untuk menaikkan harga itu supaya perusahaan asing, atau para kontraktor Production Sharing Contract (PSC) mendapat keuntungan yang juga berimbas bagi pemerintah. "Faktor itu sangat mungkin terjadi," kata dia.

Namun, analisis Kurtubi itu dibantah oleh pihak Pertamina. Menurut Vice President Corporate Communication Pertamina, M Harun, harga pertamax merupakan harga pasar yang fair. Sebab, Pertamax tak mendapatkan subsidi dari pemerintah. "Harga pertamax ini sama dengan harga di pasar dunia. Jadi, ini lah harga minyak yang sebenarnya. Harga yang wajar," kata dia.

Dia mengatakan, penurunan harga minyak mentah dunia itu tak banyak berpengaruh pada harga Pertamax.  Sebab, kata dia, untuk mengolah minyak mentah menjadi Pertamax dan bahan bakar jenis lainnya, memerlukan biaya produksi tersendiri. Biaya itu, dihitung secara rata-rata per dua minggu sekali.

"Meskipun harga minyak mentah dunia turun saat ini, bisa saja harga Pertamax naik. Karena kami menghitungnya berdasarkan rata-rata harga produksi tiap dua mingguan," kata Harun saat berbincang dengan VIVAnews.com.

Menurut dia, di luar negeri, sistem penghitungan rata-rata itu dilakukan tiap hari. Sehingga, harga bahan bakar di luar negeri bisa berubah sewaktu-waktu.

Sedangkan di Indonesia, kata dia, penghitungan tiap hari belum bisa dilakukan. Alasannya, masyarakat Indonesia belum siap dengan perubahan sewaktu-waktu itu. "Masyarakat kita belum siap," kata Harun.

Selain itu, lanjut dia, faktor musim panas yang segera datang di negara-negara seperti Eropa, China, dan Amerika memberi andil kenaikan itu. "Demand [permintaan] semakin meningkat, terutama di negara-negara yang berada di utara katulistiwa itu. Mereka segera memasuki musim panas, banyak yang traveling, sehingga demand meningkat juga," kata dia.

Dia mengatakan, dengan kenaikan ini Pertamina tak takut kehilangan konsumen Pertamax. Karena, bensin tersebut telah mempunyai pelanggan setia. "Jangan khawatir, pelanggan setia [Pertamax] tak akan lari. Yang berpindah ke Premium itu kan cuma yang swinger," kata dia.

"Di Jakarta saja, banyak yang setia menggunakan Pertamax. Masak beli tiket Justin Bibier yang mahal dan hanya tiga jam [konser] kuat, tapi beli Pertamax yang hanya naik Rp200 nggak bisa. Jangan khawatir lah," tuturnya.

Pertamina, kata dia, juga tak takut bersaing dengan perusahaan asing yang membuka SPBU di Indonesia. "Mereka pasti akan menaikkan harga. Lihat saja, mereka selalu menunggu kami menaikkan harga. Selalu membuntut, kemudian menaikkan harga juga akhirnya," kata dia.

Namun demikian, tambah dia, harga Pertamax ini bisa turun jika dalam rata-rata biaya produksi yang dihitung oleh Pertamina selama dua minggu ini juga terjadi penurunan. "Kalau ada penurunan, ya nanti akan kami turunkan. Kalau tidak, bisa ditinggal konsumen," kata dia.

Meski begitu, data Badan Pengatur Usaha Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas), ternyata menunjukkan data bahwa langkah Pertamina menaikkan harga Pertamax telah mengakibatkan penurunan konsumsi yang sangat signifikan.

5 Kota dengan Biaya Hidup Termahal di Indonesia, Depok Termasuk?

Tingkat konsumsi Pertamax dan Pertamax Plus pada Januari-Maret 2011 turun sebesar 38 persen dibandingkan periode yang sama 2010. Pada Januari-Maret 2010, tingkat konsumsinya mencapai 39,8 ribu kilo liter. Sedangkan pada periode yang sama tahun ini konsumsi bensin jenis itu hanya 24,8 ribu kilo liter.


Startup.

Angin Segar untuk Startup Pemula

Starventure memberi dukungan bagi para pelaku bisnis yang baru saja mulai atau startup pemula dengan penyediaan sumber daya dan keahlian.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024