Nazaruddin ke Singapura: Berobat Atau Kabur?

Bendahara Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin
Sumber :
  • ANTARA/Andika Wahyu

VIVAnews - Tak sampai setengah hari setelah Dewan Kehormatan Partai Demokrat memecatnya sebagai Bendahara Umum partai terbesar itu, Muhammad Nazaruddin meninggalkan Indonesia.

Senin, 23 Mei 2011, pukul 19.30 WIB, Nazaruddin terbang dengan pesawat Garuda ke Singapura. Satu setengah jam setelah itu, Sekretaris Dewan Kehormatan Partai Demokrat Amir Syamsuddin mengumumkan Nazaruddin dipecat sebagai Bendahara Umum.

Adalah bos keimigrasian, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Patrialis Akbar, yang memberitahu pertama kali ada di mana Nazaruddin yang sejak Senin itu tak muncul lagi di publik. Politisi yang diduga terlibat kasus suap proyek Wisma Atlet SEA Games itu seperti bisa meramal bahwa keesokan harinya, Komisi Pemberantasan Korupsi memohonkan cegah keluar negeri atas namanya.

Atasi Masalah Kepadatan di Penjara, Israel Usulkan Hukum Mati Tahanan Palestina

"Nazaruddin pergi ke Singapura menggunakan pesawat Garuda pukul 19.30 WIB. Jadi sekitar 24 jam (permohonan KPK), baru datang permohonan," kata Patrialis di Kantor Presiden, Kamis, 25 Mei 2011.

Apakah KPK terlambat mencegah Nazaruddin pergi ke negeri yang belum mempunyai perjanjian ekstradisi dengan Indonesia itu? "Saya tidak mau komentari dulu," kata Wakil Ketua KPK, M. Jasin, saat dihubungi VIVAnews.com, Jumat 27 Mei 2011.

Izin Demokrat


Nazaruddin sendiri mengakui sudah mendapat izin dari partainya pergi ke Singapura. "Saya sudah minta izin fraksi, dan Ketua Fraksi mengizinkan," ujar Nazaruddin melalui pesan tertulis kepada VIVAnews.

Nazaruddin yang berusia 33 tahun itu, mengaku ke Singapura untuk memeriksakan kesehatannya yang disebutnya kurang baik. Hingga Jumat ini, Nazaruddin mengaku masih berada di Singapura karena hasil check up yang dijalaninya belum keluar, "Nanti  kalau sudah keluar hasil check up, saya akan pulang. Saya ini warga negara yang baik," kata dia.

Anehnya, sampai Kamis kemarin, beberapa petinggi Demokrat mengaku belum mengetahui di mana Nazaruddin berada. Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Syarief Hasan malah balik bertanya saat ditanya soal ini. "Masa kabur?" kata Syarif yang Menteri Negara Koperasi itu di Kantor Presiden.

Anggota Dewan Kehormatan Jero Wacik juga mengatakan tak tahu soal keberadaan Nazaruddin. "Saya Dewan Kehormatan. Urusannya hanya etika, sudah selesai," kata dia pada Kamis lalu.

Keesokan harinya, Jero Wacik menyatakan baru mengetahui Nazaruddin ke Singapura. Wacik menyatakan, kepergian Nazaruddin ini bukan skenario Partai Demokrat. "Tidak ada itu skenario," katanya.

Sebelum pengumuman pemecatannya, Nazaruddin juga sempat bertemu dengan Ketua DPR RI Marzuki Alie, yang juga Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. Pertemuan berlangsung di ruang kerja Marzuki di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat. Saat itu, hadir juga Wakil Ketua Umum Max Sopacua dan Sutan Bhatoegana.

Marzuki membantah Nazaruddin berpamitan dalam pertemuan itu. Dia juga mengaku tidak tahu soal keberadaan Nazaruddin saat ini. "Tidak ada kaitan apapun dengan saya. Dia mau ke mana, itu urusan dia sendiri," ucap Marzuki.

Hal yang sama disampaikan Max Sopacua. Max menjelaskan, dalam pertemuan terakhir dengan Nazaruddin itu, tak ada pembicaraan rencana pergi ke Singapura. Bersama Marzuki dan Sutan, Max mengatakan hanya memberikan nasehat kepada Nazaruddin. "Sebagai kakak," kata Max.

Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha menyatakan SBY juga baru tahu Nazaruddin ke Singapura belakangan setelah diberi tahu Menteri Patrialis Akbar hari Kamis lalu.

Jumat, barulah Ketua Fraksi Demokrat, Jafar Hafsah, menegaskan Nazaruddin tidak melarikan diri keluar negeri. Ia hanya meminta izin berobat ke Singapura, tanpa menyebut secara spesifik nama rumah sakit yang dia tuju.

“Dia mengirim surat izin sakit dan sudah kami setujui. Jadi Nazaruddin bukan lari keluar negeri. Surat izinnya tertanggal 23 Mei, dan sudah kami setujui,” kata Jafar, Jumat, 27 Mei 2011.

Ketua Departemen Penegakan Hukum Partai Demokrat, Benny Kabur Harman, juga berkata sama. Nazaruddin, kata dia, ke Singapura untuk medical check up. "Hanya check up. Apa nggak boleh check up?" ujar Benny sembari menepis tudingan bahwa rekannya itu ke Singapura untuk melarikan diri.

Patut dicatat, sehari setelah dipecat, Nazaruddin sempat mengumbar ancaman bakal membuka borok sejumlah elit Partai Demokrat. Dia bilang akan mengungkapnya Selasa sore, 24 Mei 2011. Namun ancaman itu tak terwujud. Mungkin karena saat itu Nazaruddin memang sudah berada di Singapura.

Setelah ancaman Nazaruddin, Ketua Dewan Pembina Susilo Bambang Yudhoyono langsung mengumpulkan seluruh petinggi Partai Demokrat di kediamannya, Puri Cikeas, Rabu malam. Nazaruddin tidak hadir di acara penting itu.

Sering ke Singapura

Ruhut Sitompul yang kerap tampil bak juru bicara Nazaruddin juga mengaku tak dipamiti. "Setelah tanggal 22 Mei dia nggak pernah lagi berhubungan dengan gue. Aku tahu aja ke Singapura dari kawan-kawan media," kata Ruhut saat ditelepon, Jumat. "Dia memang juga tinggal di sana, Singapura dan Indonesia."

Bakal Stop Beroperasi di Medan, SPBU Shell: Terima Kasih Buat Semua Pelanggan Setia Kami

Kata Ruhut, di Negeri Singa, Nazaruddin juga punya perusahaan. "Istri di sana, anak-anaknya juga sekolah  di sana," kata dia.

Namun, kata Ruhut, Nazaruddin ke Singapura benar-benar karena alasan kesehatan. "Katanya ada kelainan jantung. Itu yang aku tahu," ujar dia.

Ruhut sendiri mempertanyakan status cegah atas Nazaruddin. "Nazaruddin itu belum pernah dipanggil KPK. Jadi saksi pun belum pernah. Kenapa harus dicegah?"

Dia pun menuding, persoalan baru yang menyeret Nazaruddin ini tak lain merupakan permainan sekelompok orang di Demokrat. "Saya ingatkan Anda-anda itu orang baru di PD. Belajar berpolitiklah. Tahu dirilah," kata Ruhut yang juga Ketua Departemen Komunikasi dan Informatika DPP Demokrat. Tak jelas, siapa yang sedang dia tuding.

Menteri Patrialis Akbar mengkonfirmasi fakta bahwa Nazaruddin sering ke Singapura. "Dari data perjalanan Nazaruddin di Imigrasi, dia memang sering ke Singapura," kata Patrialis di  Kementerian Hukum dan HAM, Jumat.

Dengan alasan itu, Patrialis enggan menyimpulkan Nazaruddin melarikan diri. "Jadi jangan memvonis terlebih dahulu, apakah dia melarikan diri atau tidak. Melarikan diri itu kan kalau KPK panggil, ini kan belum," ujarnya.

Dalam permohonannya, lanjut Patrialis, KPK beralasan pencegahan itu dilakukan untuk kepentingan penyidikan. Namun, KPK tidak mencantumkan status Nazaruddin sebagai tersangka atau saksi. Dalam permohonan, KPK beralasan dilakukan larangan bepergian keluar negeri itu karena keberadaan yang bersangkutan di wilayah Indonesia dibutuhkan demi kelancaran proses penyidikan perkara tindak pidana korupsi.

Diminta pulang

Ketua Departemen Pemberantasan Korupsi DPP Demokrat Didi Irawadi Syamsuddin kini meminta Nazaruddin untuk secepatnya kembali. “Saya mengimbau Saudara Nazaruddin untuk segera kembali ke tanah air, agar tidak terjadi spekulasi-spekulasi yang buruk dan dugaan-dugaan negatif atas kepergiannya ke Singapura,” kata Didi kepada VIVAnews.

Didi pun menyarankan Nazaruddin untuk berobat di dalam negeri. “Untuk saat ini, seyogyanya bisa berobat di Jakarta saja. Bagaimanapun, persoalan-persoalan yang sedang menimpa Saudara Nazaruddin akan memicu berbagai polemik dan tudingan miring,” ujar putra Sekretaris Dewan Kehormatan Partai Demokrat, Amir Syamsuddin itu.

Didi mengingatkan, seluruh tudingan miring terhadap Nazaruddin, lagi-lagi akan merugikan Partai Demokrat. Oleh karena itu, dia juga meminta agar keluarga dan sahabat dekat Nazaruddin membujuknya untuk pulang. “Siapapun yang bisa menghubungi Beliau, keluarga, ataupun orang-orang dekatnya, segera minta Beliau untuk pulang dan berobat di Jakarta,” kata Didi.

Tentu yang paling membutuhkan Nazaruddin adalah KPK. KPK bahkan juga meminta pencegahan keluar negeri atas dua anak buah Nazaruddin di PT Anak Negeri. "Larangan bepergian keluar negeri ada tiga orang. Pertama, Muhammad Nazaruddin. Kedua, Yulianes. Ketiga, Oktarina Furi," kata Patrialis.

Yulianes adalah staf keuangan di PT Anak Negeri. Dia sudah beberapa kali mangkir dari pemanggilan KPK. Sedangkan Oktarina Furi adalah staf Yulianes.

Berbeda dengan Nazaruddin, Yulianes dan Oktarina diketahui masih berada di Indonesia. "Menurut data, hanya Pak Nazaruddin yang di luar negeri. Dia pergi sebelum dicegah," ujarnya. (kd)

Kebakaran besar melanda Toko frame atau bingkai di Jalan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan (Jaksel) Kamis 18 April 2024 malam.

Kondisi Mengenaskan 5 Korban Kebakaran Toko Frame Mampang Jakarta Selatan

"5 korban rata-rata luka bakar ada di kepala, tangan, dan kaki. Setelah kita evakuasi langsung kita larikan ke RSUD Mampang Prapatan," ujar Kompol David Kanitero.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024