Kelas Menengah Melonjak, Untung atau Buntung?

Sejumlah pencari kerja sedang antre di bursa kerja.
Sumber :
  • AP Photo/Mark Lennihan

VIVAnews- Bank Dunia menilai kelas menengah Indonesia tumbuh dengan cepat. Setiap tahun kelas menengah naik 7 juta jiwa per tahun.

"Dibanding negara sepadan, pertumbuhan kelas menengah di Indonesia tergolong sangat cepat," ujar Kepala Perwakilan Bank Dunia di Indonesia Stefen Koeberlee.

Berdasarkan data Bank Dunia, pada 2003 jumlah kelas menengah sekitar 81 juta jiwa atau 37,7 persen. Sedangkan pada 2010 kelompok ini meningkat menjadi 131 juta jiwa atau 56,5 persen. Pada periode itu setiap tahun sekitar 7 juta jiwa penduduk meningkat dari kelas penghasilan rendah ke penghasilan menengah. Peningkatan di kelas menengah didominasi oleh mereka yang berada di tingkat pengeluaran US$2-6 per hari.

Siapa yang disebut kelas menengah? Bank Dunia mendefinisikan yang disebut kelas menengah adalah penduduk dengan pengeluaran US$2 hingga US$20.

Kelas menengah itu masih dibagi beberapa bagian yaitu pengeluaran hariannya US$2-4 sebanyak 38,5 persen, pengeluaran harian US$4-US$6 sebesar 11,7 persen, pengeluaran harian US$6-US$10 sebesar 5 persen, dan pengeluaran US$10-20 sebesar 1,3 persen.

Manager Emerging Global Trends Development Prospect Group Bank Dunia Mansoor Dailami mengatakan peningkatan kelas menengah seperti yang terjadi di Indonesia juga dialami negara berkembang lainnya. Pertumbuhan ini juga menyebabkan melonjaknya konsumsi."Hal ini mendorong pertumbuhan ekonomi" juga.

Jumlah kelas menengah yang dirilis Bank Dunia itu melebihi dari apa yang pernah disampaikan Bank Pembangunan Asia (ADB). Laporan "The Rise of Asia's Middle Class 2010" menyebutkan jumlah kelas menengah tumbuh pesat dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Pada 1999 kelompok kelas menengah baru 25 persen atau 45 juta jiwa, namun satu dekade kemudian melonjak menjadi 42,7 persen atau 93 juta jiwa. Sedangkan jumlah kelompok miskin berkurang dari 171 juta jiwa menjadi 123 juta jiwa.

Apa Cirinya?

Peneliti Senior LPEM Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Mohamad Ikhsan mengungkapkan golongan menengah banyak terdapat di perkotaan. Dua pertiga penduduk perkotaan adalah kalangan menengah, sementara di pedesaan kalangan menengah hampir separuh dari penduduk.

Kelas menengah sebagian besar terdiri dari profesional di sektor jasa dan industri. Kebanyakan mereka tidak ingin masuk dalam kepemilikan lahan serta entrepreneur di luar pertanian. Sebagian besar kalangan menengah di Indonesia adalah pengusaha di sektor informal dan jumlahnya kecil.

Dari sisi demografi, kalangan menengah cenderung memiliki ukuran keluarga relatif kecil. Mereka umumnya juga memiliki mobilitas tinggi dalam hal pekerjaan dan tempat tinggal. Kalangan menengah juga lebih cenderung menghabiskan dana untuk pendidikan dan layanan kesehatan yang berkualitas. "Kalangan ini merespon kualitas yang dibutuhkan kalangan menengah yang biasanya kritis."

Sedangkan kalangan ini memiliki dampak terhadap ekonomi, yaitu adanya lonjakan permintaan, dari permintaan bahan makanan menjadi barang tahan lama. Ia mencontohkan permintaan barang elektronik, kendaraan seperti motor yang meningkat tajam.

Waspadai Kelas Menengah

Sementara dalam laporan terbaru ADB berjudul 'Asia 2050-Realizing the Asian Century' menyebutkan negara dengan pertumbuhan cepat seperti China, India, Indonesia dan Vietnam memiliki risiko terjerat jebakan kelas menengah (middle income trap) akibat kesenjangan pendapatan. Negara ini harus bergerak dari yang semula mengandalkan sumber pertumbuhan dari tenaga kerja murah dan modal menjadi negara yang menitikberatkan pertumbuhan dari produktivitas tinggi dan inovasi.

Apa yang dimaksud jebakan kelas menengah? Ketua BPS Rusman Heriawan menjelaskan hal itu merupakan potensi penurunan kelas oleh masyarakat kelas menengah menuju kelas bawah apabila terjadi krisis ekonomi. Masyarakat tentunya akan tidak bisa menerima kemunduran dalam kehidupan seperti gaya hidup dan pola konsumsinya.

"Perkembangan ekonomi di Asia terutama di kawasan Asia Timur berarti juga menimbulkan efek pergeseran kelas. Kelas menengah inilah yang memberikan tekanan (preasure grup)" ujarnya kepada VIVAnews.

Banyaknya pergeseran kelas ekonomi masyarakat dari bawah ke tingkat menengah ini, harus difasilitasi pemerintah dengan menjaga pertumbuhan ekonomi ini. Apa sebabnya? Kelas menengah inilah yang memiliki kontribusi signifikan pada roda perekonomian suatu negara.

"Kontributor golongan menengah yang harus kita perhitungkan dalam menjalankan kegiatan ekonomi," katanya.

Lebih lanjut dijelaskan, untuk mengantisipasi hal itu, pemerintah harus menjaga ritme pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Beberapa cara yang dapat dilakukan ialah menjaga anggaran dan pembangunan di sektor infrastruktur. Bila infrastruktur baik maka gairah investasi akan tetap terpelihara.

Mohamad Iksan juga menilai potensi meningkatnya kelas menengah tidak  menghasilkan pertumbuhan inklusif dan penciptaan lapangan kerja. Sebab, mereka belum tentu merupakan wiraswasta yang menciptakan lapangan kerja.

Jika pertumbuhan ekonomi tersebut hanya menciptakan kalangan menengah yang sebagian besar merupakan kalangan  profesional maka akan tidak produktif. Misalnya, akan terjadi kekacauan di jalan raya karena sarana publik yang kurang, sementara kalangan itu semakin mudah membeli kendaraan pribadi.

"Akibatnya, yang semula ekonomi bisa tumbuh menjadi 7 persen, nanti bisa turun ke 5 persen karena terjadi kemacetan yang parah di jalan," ujarnya.

Untuk menghindari itu, pemerintah harus melakukan perubahan kebijakan yang sesuai. Misalnya, kata Ikhsan, pemberian subsidi harus dikembalikan ke kelas bawah agar kalangan itu dapat tumbuh. Namun di sisi lain pemerintah harus memperbaiki sarana infrastruktur dan fasilitas publik seperti stasiun, angkutan publik sehingga masyarakat kelas menengah dapat memanfaatkan fasilitas itu tanpa menggunakan subsidi.

Di saat bersamaan, meluasnya kalangan menengah juga menimbulkan hal-hal negatif.  Krisis makanan akan muncul serupa yang terjadi di berbagai negara dengan pertumbuhan kalangan menengah. Permintaan pangan dan energi akan meningkat. "Dan tidak akan ada lagi masa harga pangan murah. Kalngan bawah akan sangat rentan terhadap kenaikan harga" ujarnya.

Ikhsan menilai kalangan menengah Indonesia masih sangat bergantung pada subsidi dan baru sebagian kecil yang membayar pajak. "Sehingga kebijakan yang berkaitan dengan mereka seperti subsidi BBM dan penyalahgunaan pajak akan sangat penting," tambahnya.

Namun keberadaan kelas menengah ini berguna bagi sumber pembiayaan pembangunan ke depan. Chief Economist Bank Danamon Anton Gunawan mengatakan kelas menengah Indonesia saat ini memang mendorong naiknya konsumsi. Namun kedepannya, akan menjadi sumber pembiayaan pembangunan melalui pasar keuangan seiring meningkatnya pendapatan. Sektor keuangan sangat terkait dengan peningkatan kelas menengah.

"Nantinya kelas menengah ini makin perlu asuransi, dan lain sebagainya. Ini adalah basis jangka panjang investor untuk pasar keuangan yang berguna membiayai pembangunan" kata Anton.

Disisi lain, jumlah kelas menengah juga akan meningkatkan kualitas demokrasi bagi Indonesia. Salah satu problem demokrasi adalah pemilih yang tidak melek politik, tidak mengikuti berita politik dan hanya mendukung satu orang yang diamati. Hal tersebut diungkapkan Manager Director Paramadina Public Policy Institute, Wijayanto.

"Jadi kelas menengah yang lebih baik akan menghasilkan makin banyak pemilih melek politik dan kualitas kualitas demokrasi semakin baik," kata Wijayanto. (sj)

Soal Flu Singapura, Menkes Singgung Virus Terus Berkembang
Fiorentina vs AC Milan

Prediksi Serie A: Fiorentina vs AC Milan

Fiorentina vs AC Milan dalam lanjutan Serie A matchday ke 30 di Stadion Artemio Franchi, Minggu 31 Maret 2024, pukul 02.45 WIB. Berikut prediksinya.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024