Mengapa Sultan Tinggalkan Nasdem

Nasional Demokrat
Sumber :
  • VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis

VIVAnews - Pernyataan mengejutkan disampaikan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X. Raja Yogya ini memutuskan hengkang dari organisasi masyarakat  Nasional Demokrat (Nasdem). Padahal Sultan, yang juga tokoh senior Partai Golkar ini menduduki sejumlah posisi penting.

Kemenangan Prabowo-Gibran Diharap Jadi Peluang Kembangkan Ekonomi Berbasis Laut

Bersama Surya Paloh, Sri Sultan masuk dalam daftar inisiator nasional organisasi itu. Ia juga duduk sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Nasional, sekaligus sebagai anggota.  Boleh dibilang, Nasdem hampir melekat dengan Sri Sultan.

Keputusan keluar dari Nasdem itu bermula dari bersalin rupanya Nasdem dari organisasi massa menjadi partai politik. Partai baru itu didaftarkan di Departemen Hukum dan HAM. Sejumlah cabang di daerah sudah pula dideklarasikan. Lengkap dengan kepengurusan. Meski bukan Nasdem yang sama, nama dan lambang sangat mirip dengan organisasi yang ikut didirikan Sri Sultan itu.

EVOS dan Pop Mie Rayakan 6 Tahun Kolaborasi, Perkuat Komitmen untuk Majukan Esport Indonesia

"Betul saya keluar dari Nasdem, karena bagi saya tidak ada kesepakatan Nasdem jadi partai," kata Sultan usai berdialog dengan warga lereng Merapi di Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, Kamis 7 Juli 2011. "Jadi saya tidak mau."

Memang saat ini terdapat Partai Nasdem dan organisasi massa Nasional Demokrat. Ketua Umum Partai Nasdem, Patrice Rio Capella, juga dikenal aktif di organisasi massa Nasional Demokrat yang dipimpin Surya Paloh. Kedua organisasi ini, seperti diutarakan Patrice Rio Capella, sama-sama mengusung agenda restorasi Indonesia.

Sultan sudah mengirim surat pengunduran diri. Surat itu dikirim kepada pejabat, pengurus, dan kader Nasdem. Surat itu menggunakan kop keraton. Namun, kata Sultan, surat itu bukan atas nama keraton. Tapi atas nama pribadi.

Pembunuhan di Wonogiri Ternyata Motifnya Sakit Hati, Korban Tidak Boleh Balikan dengan Mantan

Bagi Sultan surat pengunduran diri berkop keraton tidak menjadi masalah. Karena, di bagian bawah sudah dibubuhkan nama Sultan. "Kalau di bawahnya tidak ada nama sultan itu berarti surat keraton, tapi itu kan ada nama saya," katanya. Sultan mengaku meninggalkan Nasdem atas kesadaran sendiri. Tanpa ada tekanan dari pihak manapun. "Bunyi suratnya sudah jelas," kata dia.  Ya, karena Nasdem menjadi partai itu.

Partai Nasdem dan organisasi massa Nasdem memang tidak bisa dipisahkan. Yang pertama dinspirasi oleh yang kedua.  Dengarlah apa yang dikatakan Patrice. Partai Nasdem, katanya, memang terinspirasi Ormas Nasional Demokrat. Ketua Umum Nasional Demokrat, Surya Paloh, juga beberapa kali hadir di rapat-rapat Partai Nasdem.

"Bang Surya itu pernah hadir di rapat PDIP, rapat Golkar, masak tidak boleh hadir di rapat Partai Nasdem? Kami mengundangnya untuk meminta masukan dia sebagai tokoh, untuk menjelaskan tentang apa itu restorasi," kata Rio saat dihubungi VIVAnews.com, Kamis 28 April silam.

Menurut mantan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional itu, Partai Nasdem sudah memiliki 33 pengurus provinsi. Partai itu juga sedang menyiapkan kepengurusan di kabupaten/kota dan kecamatan. Mereka bersiap mengikuti Pemilu 2014. Bahkan, Wakil Ketua DPW Nasdem Jawa Timur, Sugeng Suprawoto, menyebutkan deklarasi besar-besaran partai ini akan digelar 26 Juli 2011 nanti di Jakarta.

Tapi bagi Sultan, tak ada beda antara Ormas Nasdem dengan Partai Nasional Demokrat yang didaftar di Kementerian Hukum dan HAM. Selain itu, lambang yang dipakai Partai Nasdem juga tidak jauh berbeda dengan Ormas Nasdem dimana dirinya menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina. "Logonya kan hanya terbalik dengan Ormas Nasional Demokrat," kata Sultan.

Kader Lain Menyusul dan Jawaban Nasdem

Rustriningsih, Wakil Gubernur Jawa Tengah yang juga Ketua Ormas Nasional Demokrat propinsi itu segera mengikuti jejak Sri Sultan. Hal itu disampaikan Rustriningsih di sela-sela pelantikannya sebagai Ketua Dewan Kehormatan PMI Jawa Tengah, Kamis 7 Juli 2011.  Rustriningsih mengaku gelisah dengan perubahan ormas itu menjadi partai itu.

Rustriningsih menegaskan bahwa dengan adanya ormas dan partai yang bernama sama yaitu Nasdem, memungkinkan masyarakat salah paham. Padahal ormas dan partai adalah hal yang berbeda. Bahkan, dikhawatirkan akan ada bedol desa alias ramai-ramai meninggalkan Nasdem, terutama bagi aktivis ormas Nasdem yang juga Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Sejumlah Kader-kader Nasdem di Jawa Tengah, kata Rustringsih, sudah memutuskan untuk meninggalkan ormas Nasdem. Alasannya serupa. Tidak setuju Nasdem menjadi partai politik. "Yang PNS tentunya tidak akan bisa bergabung lagi. Begitu juga dengan kader yang berlatar belakang partai," kata Rustriningsih.

Rustriningsih mengaku bahwa semula dia bersedia menjadi Ketua Nasdem Jawa Tengah karena tidak ada wacana menjadi partai politik.  Rustriningsih sendiri saat ini masih tercatat sebagai kader PDI Perjuangan Jawa Tengah. "Saat ini saya masih menimbang-nimbang, mencari hari baik untuk memutuskan. Tapi intinya saya ingin berpikir merdeka, dan tidak ingin merepotkan dan menjadi beban orang lain," kata Rustriningsih usai mendampingi Ketua Umum PMI Jusuf Kalla di Semarang, Jawa Tengah, Kamis 7 Juli 2011.

Menanggapi pengunduran diri Sri Sultan itu, Ketua Nasdem DIY, Gusti Kanjeng Ratu Pembayun menegaskan bahwa organisasi itu segera melakukan konsolidasi. "Nanti kami akan konsolidasi di internal Nasdem DIY, " kata Pembayun, yang juga putri pertama Sultan dalam perbincangan dengan VIVAnews.com, Kamis 7 Juli 2011.

Berdasarkan konsolidasi itu, lanjutnya, Ormas Nasdem DIY akan memutuskan sikap dan langkah yang terbaik menanggapi pengunduran diri Sri Sultan itu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya