Wawancara

Rabbani: Stop Kekuatan Asing di Afganistan

Mantan Presiden Afghanistan 1992-1996, Burhanuddin Rabbani
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVAnews - Peringatan milad ke-85 Nahdlatul Ulama (NU) agak beda dari tahun sebelumnya. Perayaan kali ini, NU kedatangan tamu penting. Selain ada puluhan sufi dari Timur Tengah, ada juga tamu istimewa: bekas Presiden Afganistan yang dikenal anti-Taliban, Burhanuddin Rabbani.

Viral Seorang Remaja Jalan Puluhan Ribu Langkah demi Datang ke Masjid untuk Hal Ini

Taliban-lah yang menjatuhkan Rabbani dari kursi Presiden pada 1996 lalu, setelah empat tahun memerintah sejak 1992. Namun setelah Taliban jatuh, PBB kembali mengangkatnya sebagai Presiden hingga ia menyerahkan jabatannya kepada Hamid Karzai.

Pimpinan Jamiat-i-Islami ini secara khusus diundang pada hari lahir NU itu untuk berdiskusi mengenai perdamaian di Afganistan yang terus menerus dilanda konflik.  Selama sehari, para ulama NU dan tamunya dari Afganistan itu menggelar pertemuan tertutup. Lalu, mereka menggelar jumpa pers di Hotel Borobudur, Jakarta, pada Senin 18 Juli 2011 petang hari. 

10 Negara Ini Dicap Paling Malas Gerak Sedunia, Kok Bisa?

Rabbani kini memimpin lembaga Peace Concern. Dia datang ke Jakarta ditemani bekas penasehat presiden Waheedullah Sabawon. Lalu ada Muhammad Muhaqqiq (anggota parlemen dan pimpinan Partai Wahdah Islami Ifghanistan dan anggota dewan perdamaian), Muhammad Sadiq Aziz (wakil ketua suku di Provinsi Khandahar dan penasihat Presiden Hamid), Massa Ghani Bin Muhammad Hanif (ketua LSM lokal/masyarakat sipil Afghanistan).

Menurut Muhaqqiq, pertemuan itu membahas usulan perdamaian, dan inisiatif dari Hassan Wirajuda, mantan Menlu Indonesia. Ada empat butir yang diajukan Wirajuda. Pertama, keluarnya pasukan asing secara gradual agar tak menciptakan dampak negatif kepada Afganistan. Kedua, rekonstruksi pasukan keamanan, polisi dan militer. Ketiga, perundingan pihak bertikai di Afgan yang dipantau ulama. Keempat, persatuan dan kesatuan hati pihak yang bertikai adalah kunci bagi keberhasilan perdamian.

Deretan Negara yang Ternyata Penduduknya Paling Cepat Meninggal di Dunia

Melalui penerjemah Farouq, Burhanuddin Rabbani menjawab sejumlah pertanyaan tentang Islam dan masa depan politik Afganistan. Satu pertanyaan kepada Rabbani juga ikut dijawab oleh Muhammad Muhaqqiq. Berikut petikannya.

Bagaimana pandangan Anda tentang soal Taliban sekarang?

Media-media di luar itu kan sering membesar-besarkan kekuatan Taliban. Sebetulnya tidak demikian. Dan, dibikin ini seolah-olah kalau pasukan asing keluar maka kekuasaan Afganistan akan jatuh lagi ke tangan Taliban. Ini tidak benar. Yang terutama itu, adalah campur tangan asing yang menyebabkan luluhlantaknya Afganistan. Itu adalah campur tangan asing. Dan, andaikata perdamaian tidak bisa terwujud sebetulnya orang-orang Afganistan ini itu bisa menyelesaikan dengan sederhana. Konflik mereka bisa diselesaikan sendiri asalkan campur tangan kekuatan asing ini bisa dihentikan.

Apa yang Anda pelajari dari Indonesia dalam membangun perdamaian di Afganistan?

(Muhammad Muhaqqiq): Kami datang ke Indonesia atas undangan NU karena kami ingin suara ketertindasan rakyat Afganistan itu bisa terdengar seantero dunia. Dan melalui forum ini itu bisa mewakili dan menyuarakan suara ketertindasan rakyat kami di Afganistan dan juga supaya masyarakat Indonesia lebih mengenali penderitaan bangsa Afganistan.

Yang  kedua juga mendapat pelajaran dari Indonesia, karena di Indonesia, 40 tahun lalu sampai barusan saja itu terjadi konflik yang serupa dengan di Afganistan, itu di Aceh. Dengan melalui perundingan, Aceh kini menjadi damai dan tidak ada masalah lagi dan itu menjadi pelajaran besar bagi Afganistan. Tapi memang kondisinya agak berbeda antara Aceh dengan Afganistan, tapi ada pelajaran yang kami petik dari Indonesia, dan kami mencoba melakukan jalan perdamaian itu.

Tahun depan tentara NATO dan AS akan pergi dari Afganistan. Ke mana arah pemerintahan negeri Anda nanti?

Pertama, perlu ditekankan di sini, kami memang tidak setuju kalau kekuatan asing itu terlalu lama-lama di Afganistan, tentunya kami ingin mereka segera keluar dari Afghanistan. Tapi mengingat kami di Afganistan masih dalam kondisi kritis, maka tentunya hal ini memerlukan satu kebijakan tepat, dan kita memerlukan bantuan internasional dan dunia Islam. Mudah-mudahan proses perdamaian yang masih berlangsung dan diupayakan oleh dewan perdamaian di Afghanistan akan mencapai hasil yang posistif. Itu yang sedang kita upayakan dan proses perdamaian ini akan mendapatkan hasil yang kondusif.

Soal perbedaan syi'ah dan sunni, apakah akan mempengaruhi peta kekuatan politik?

Tidak ada perang agama di Afganistan, bahkan juga tidak ada perang suku. Memang benar di Afganistan itu banyak suku, namun yang menjadi faktor utama adalah campur tangan asing yang menyebabkan peperangan di Afganistan dan interpretasi yang salah terhadap Islam dari pihak Taliban. Mereka memiliki pandangan yang tidak benar. Kami menekankan harus segera diwujudkan keamanan di Afghanistan. Harus dari dalam sendiri, bukan dari luar. Jadi sebetulnya tidak ada konflik suku dan agama tapi banyak kecenderungannya disebabkan oleh campur tangan pihak asing.

Apa peran dunia Islam bagi Afganistan saat ini?

Sangat disayangkan tidak sesuai dengan harapan kami. Peran negara-negara Islam sangat kecil selama ini, padahal sesama orang Islam harusnya lebih dekat dan kami memiliki harapan lebih dari dunia Islam untuk berbuat lebih banyak untuk masyarakat kami.(np)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya