Krisis Amerika Bayangi Bursa Indonesia

Seorang pialang sedih dengan anjloknya harga saham
Sumber :
  • AP Photo/David Karp

VIVAnews - Kondisi perekonomian global yang didera krisis utang yang mengancam Amerika Serikat dan negara-negara Eropa memicu pelaku pasar memilih ramai-ramai melepas saham. Hal itu, mendorong bursa saham global maupun regional terguncang sepanjang perdagangan akhir pekan lalu.

Pada perdagangan Kamis waktu setempat atau Jumat dini hari waktu Indonesia, indeks Dow Jones ditutup terkoreksi hingga 512,46 poin atau 4,31 persen ke level 11.383,98. Indeks Standard & Poor's 500 melemah 60,21 poin (4,78 persen) ke level 1.200,07, dan Nasdaq turun 136,68 atau 5,08 persen ke level 2.556,39.

Penurunan tersebut, merambah bursa saham Asia di transaksi Jumat 5 Agustus 2011. Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia ditutup terkoreksi 200,44 poin atau 4,86 persen ke level 3.921,64. Indeks Hang Seng terpangkas 938,60 poin (4,29 persen) menjadi 20.946,14 dan Nikkei 225 melemah 359,30 poin atau 3,72 persen di posisi 9.299,88.

Namun, Associated Press melansir, pada perdagangan Jumat lalu atau Sabtu dini hari waktu Indonesia, pasar saham AS membaik. Dow Jones Industrial Average menguat 60,93 poin (0,54 persen) ke level 11.444,61. Sedangkan pelemahan Nasdaq Composite Index dan S&P 500 mereda, karena masing-masing hanya turun di bawah satu persen dari transaksi sebelumnya lima persen.

Ron Florance, ahli strategi investasi di Bank Wells Fargo Private mengatakan, aksi para investor yang membeli kembali sejumlah saham setelah sebelumnya terkoreksi tajam membuat situasi menjadi berbalik.

Membaiknya bursa saham AS tersebut, menurut Steve Susanto, pengamat pasar Modal PT UOB Kay Hian Securities, akan memicu bursa saham domestik bergairah kembali pada perdagangan Senin 8 Agustus 2011. Sebab, selain tekanan di bursa acuan dunia mereda, manajer investasi asing dan investor lokal akan memanfaatkan jatuhnya harga saham akhir pekan lalu untuk membeli.

"Harga-harga saham sedang murah. Tentunya, mereka (pelaku pasar) tertarik beli lagi. Terutama, pada saham-saham blue chips (unggulan)," ujarnya saat dihubungi VIVAnews.com di Jakarta, Minggu 7 Agustus 2011.

Dia memperkirakan, dana asing yang Jumat lalu keluar (capital outflow) dari Bursa Efek Indonesia akan kembali lagi. "Sebab, fundamental emiten dan makro ekonomi Indonesia masih menjanjikan. Di mana, pertumbuhan ekonomi di atas enam persen, serta laju inflasi yang terkendali," tutur Steve.

Viral Video Transformasi Makeup Pengantin Jadi Sorotan Netizen


Steve mengatakan bahwa IHSG akan menguat kembali pada perdagangan Senin. "Tapi, masih berada di bawah level psikologisnya di 4.000," tuturnya.

Ekonom Standard Chartered Fauzi Ichsan berpendapat berbeda. Menurutnya, IHSG berpeluang terkoreksi awal pekan ini. Sebab, meski Dow Jones berbalik arah menguat, tetapi indeks Nasdaq dan S&P 500 melemah. "Di tambah lagi, adanya berita kurang sedap, diturunkannya peringkat obligasi AS," kata dia saat dihubungi VIVAnews.com di tempat terpisah.

Dia memprediksi, IHSG dalam sepekan ini akan melemah kembali, meski tidak sedalam seperti pada perdagangan akhir pekan lalu. "Ya, masih di bawah 4.000," ujar Fauzi.

Namun, Fauzi menyarankan, turunnya indeks sebaiknya dimanfaatkan pelaku pasar untuk membeli saham-saham yang harganya saat ini terdiskon cukup besar tapi memiliki kinerja positif. "Saham perbankan, otomotif, semen, dan institusi finansial lainnya boleh diakumulasi karena fundamentalnya oke," tuturnya.

Apalagi, menurutnya, penurunan bursa saham kali ini hanya bersifat sementara karena terpicu kepanikan pelaku pasar dalam menyikapi berita dan pasar regional yang bergerak negatif. "Kita tahu, pertumbuhan ekonomi RI positif dan laju inflasi masih berada di koridornya. Tentunya, asing melihat negara kita tetap sebagai pasar menjanjikan,"  kata Fauzi.

Sedangkan Steve berpendapat, mengenai langkah lembaga peringkat utang Standar & Poor (S&P) menurunkan derajat surat utang AS tidak terlalu berpengaruh ke pasar Asia, termasuk Indonesia. "Sebab, meski turun satu peringkat tapi masih cukup kuat," ujarnya.

Seperti dilansir laman CNN, Sabtu 6 Agustus 2011, S&P menurunkan derajat surat utang AS satu tingkat akibat gejolak perdebatan terkait penentuan batas maksimal utang baru antara pemerintah AS dengan kongres.

Peringkat kredit utang AS yang semula berada di tingkat AAA, kini menjadi AA+, masih cukup kuat dan terpercaya namun bukan yang tertinggi. Peringkat kredit utang AS kini berada di peringkat kedua, menandakan kepercayaan investor terhadap obligasi utang negara yang perlahan memudar.

S&P juga mengatakan tidak berfungsinya tugas para pembuat keputusan di Washington juga menjadi salah satu pengaruh turunnya peringkat utang. Hal ini, ujar pernyataan S&P, menunjukkan hubungan antara pemerintah dengan kongres yang semakin tidak stabil dan tidak dapat diprediksi.

Sebelumnya Juli lalu, S&P menempatkan peringkat utang AS pada pengawasan dengan implikasi negatif seiring perdebatan di parlemen. Untuk mencegah penurunan peringkat, S&P mengatakan AS tidak hanya perlu meningkatkan batas maksimum utang baru, tetapi juga perlu membuat rencana baru yang kredibel demi mengatasi utang jangka panjang negara.

Dua Faktor

Anjloknya bursa saham pada akhir pekan lalu, menurut Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), Nurhaida, akibat dua faktor, yaitu faktor global dan lokal. "IHSG terkoreksi cukup tajam, kalau kita lihat pengaruhnya dari dua sisi, global ataupun lokal," ujarnya.

Menurutnya, dilihat dari faktor global, bahwa adanya efek domino yang berawal dari krisis di Yunani sehingga merambah ke negara lain. "Dari sisi global itukan terimbas dari krisis Yunani, merembet ke Italia dan AS. Nah, mulai terlihat ada masalah hingga berdampak negatif kepada market. Di samping itu, hampir seluruh bursa saham dunia seperti Dow Jones melemah, turunnya sekitar tiga atau lima persen," kata Nurhaida.

Dari sisi lokal, Nurhaida melihat, turunnya IHSG Jumat lalu karena terdorong pergerakan indeks yang cukup cepat. "Dari lokal sendiri kita lihat, indeks kita kan beberapa saat naik kencang sekali. Akhirnya, ketika kondisi global terpuruk, investor memilih profit taking (ambil untung)," ujarnya.

Namun, dengan anjloknya bursa kali ini, ia berharap hanya bersifat sementara. "Sebab, secara fundamental ekonomi kita masih bagus. Jadi, bayangan kita ini sifatnya sementara," kata Nurhaida.

Direktur Penilaian Bursa Efek Indonesia, Eddy Sugito menuturkan, penurunan IHSG akhir pekan lalu terbilang wajar. Sebab, indeks beberapa hari terakhir menguat cukup signifikan dan berhasil mengukir rekor baru. "Jadi, investor tidak perlu panik, karena masih wajar. Kita akan terus pantau," ujarnya.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa juga ikut menenangkan pasar. Ia mengatakan bahwa pelemahan IHSG tidak terjadi pada skala domestik saja, namun menjadi fenomema global.

Hatta menuturkan, Kementerian Perekonomian dalam hal ini pemerintah bersama Bank Indonesia, telah memiliki langkah antisipatif bila terjadi krisis akibat dari berlanjutnya pelemahan IHSG. "Untuk itu, kami berharap semua pihak tidak terlalu khawatir atas pelemahan IHSG hari ini," ujar Hatta. (eh)

Lolos Jadi Anggota DPR, Denny Cagur Ungkap Kenangan Haru dengan Almarhumah Ibu
Anies hadiri acara penetapan Prabowo-Gibran sebagai Presiden-Wakil Presiden Terpilih di KPU.

Anies soal Tawaran Jadi Menteri di Kabinet Prabowo: Belum Ada yang Ngajak

Anies juga merespons soal kemungkinan dirinya bergabung dengan koalisi Prabowo Subianto, termasuk jika ditawari kursi menteri di kabinet Prabowo-Gibran

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024