Rusuh London

Ancam Blokir Twitter, Inggris Dikecam

Kerusuhan di Tottenham , London , Inggris
Sumber :
  • AP Photo/Akira Suemori

VIVAnews - Jejaring sosial seperti pisau bermata dua. Facebook, Twitter, dan BlackBerry, sungguh membantu pergerakan kelompok oposisi pro demokrasi di berbagai negara Arab maupun Malaysia.Tapi lihatlah Inggris. Kelompok pengacau di negeri itu, juga memakai keampuhan jejaring sosial itu untuk menghimpun dan menghela massa ke jalan membuat keonaran.

Kemenkominfo Mengadakan Talkshow Chip In “Waspada Rekam Jejak Digital di Internet”

Dan prahara itu sudah berlangsung sepekan,  sejak kerusuhan pertama pecah di London Sabtu lalu. Namun hingga kini, kerusuhan belum juga mereda, bahkan meluas ke beberapa kota di Inggris lainnya, seperti Birmingham, Liverpool, Salford, Manchester, Wolverhampton, Nottingham, hingga Leicester.  

Pemerintah Inggris sendiri telah terang-terangan menyebut BlackBerry dan jejaring sosial Facebook dan Twitter sebagai saluran komunikasi dan koordinasi bagi para pelaku kericuhan. Karena aman dan murah, layanan BlackBerry Messenger (BBM) selama ini memang cukup digemari banyak orang. Celakanya cara itu pula yang dipakai para perusuh itu.  

PKS Terbuka untuk Bertemu Prabowo tapi Bukan untuk Menyusul PKB

Di Inggris, BlackBerry kini memang merupakan ponsel pintar yang digemari oleh anak muda. Sekitar 37 persen anak belasan di Inggris memiliki BlackBerry. Bagi kebanyakan remaja Inggris, kini BBM telah menggantikan pesan SMS karena jelas lebih murah. 

Namun, kerusuhan yang sudah sepekan tanpa henti itu sepertinya  membuat pemerintah Inggris kerepotan. Perdana Menteri Inggris David Cameron di depan parlemen berjanji untuk melakukan 'apapun yang diperlukan' untuk menyudahi kerusuhan yang telah menyebar dan menelan korban jiwa itu. 

Kemenkominfo Gelar Talkshow “Rekam Jejak Digital di Ranah Pendidikan”

Tak heran bila kemudian banyak yang khawatir bila kemudian pemerintah Inggris bakal nekat  memblokir jejaring sosial untuk meredam kerusuhan tersebut. Cameron bahkan langsung melibatkan pihak intelijen untuk bertemu dengan perwakilan Twitter, BlackBerry, dan Facebook, untuk mendiskusikan langkah-langkah yang mungkin diambil guna meredam kekacauan ini. 

"Kebebasan informasi bisa digunakan untuk kebaikan. Tapi bisa juga untuk keburukan. Kami tengah bekerja bersama polisi, intelijen dan pelaku industri untuk mencari cara tepat untuk menghentikan komunikasi mereka untuk merencanakan kekerasan, kekacauan dan kriminalisme," kata Cameron dikutip DailyMail. 

Bahkan badan-badan intelijen Inggris; MI5 dan GCHQ (NSA-nya Inggris) juga tengah melakukan pembicaraan dengan operator-operator ponsel dan penyedia jasa internet (internet service providers) untuk bisa menangkal para perusuh untuk pergerakan mereka lewat media sosial.

Menurut Mike Conradi, pakar telekomunikasiuntuk firma hukum DLA Piper yang berbasis di London menghentikan kanal komunikasi para perusuh di media sosial, selain membutuhkan pengesahan legislatif, juga bisa mengancam kebebasan mengungkapkan pendapat di muka umum.

Seperti dikutip dari situs Scotsman, kondisi ini sendiri dipandang para pengamat di Inggris sebagai pergeseran kebijakan yang paling fundamental yang selama ini diambil oleh pemerintah dalam masalah Internet. Dan langkah itu dipandang sebagai sesuatu yang 'sangat berbahaya'.

Director of policy for human rights group Liberty, Isabella Sankey, salah satu pihak yang paling menentang kebijakan ini. "Menghukum mayoritas pengguna ponsel dan media sosial yang tak berdosa  sepertinya sangat tidak proporsional, juga tidak efektif," ujar Sankey. 

Sankey memahami alasan pemerintah untuk melakukan pembatasan jejaring sosial. Namun, menurutnya hal itu tidak memecahkan masalah tapi bahkan mungkin akan menambah banyak masalah. 

Hal yang sama dinyatakan oleh Steve Kuncewicz, pengacara salah satu media lawyer yang juga merupakan penasihat beberapa tokoh high-profile. Menurut Kuncewicz, langkah yang diambil oleh PM Cameron justru bisa dipandang sebagai bentuk ketidakberdayaan pemerintah. 

Ia juga menyebutnya sebagai sebuah pergeseran yang fundamental yang ditempuh Inggris dalam hubungannya dengan keterbukaan web. Tak hanya itu, Kuncewicz juga ragu apakah pemerintah Inggris juga bisa menguasai jaringan komunikasi dalam pengawasan mereka. 

"Bila sebuah situs web misalnya beroperasi di luar yurisdiksi Inggris sendiri,  pemerintah Inggris tak akan bisa mengambil langkah apapun," kata Kuncewicz kepada Scotsman.

Pada perkembangannya, Research in motion (RIM), vendor pembuat ponsel pintar BlackBerry telah menyanggupi untuk membantu apapun yang dibutuhkan oleh polisi. Adapun Facebook mengaku telah menghapus beberapa laman yang dianggap berhubungan dengan 'ancaman kerusuhan yang kredibel'.

Belum diketahui, apakah ini berkat bantuan dari RIM, Facebook dan Twitter atau bukan, namun beberapa orang yang dicurigai menggunakan jejaring sosial untuk kerusuhan, kabarnya juga telah ditahan. Termasuk tiga orang di Southampton dan dua orang di Skotlandia. 

Tentu saja, hingga kini para Facebooker, Tweeps, dan pelanggan BlackBerry di Inggris tetap berharap agar pemerintah Inggris akan mengurungkan niat mereka untuk memblokir seluruh layanan komunikasi yang selama ini mereka nikmati.


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya