Asap Tebal di Sumatera Ganggu Penerbangan

Kabut asap selimuti kota Pekanbaru, Riau
Sumber :
  • Ali Azumar | Riau

VIVAnews - Pekanbaru, Riau, kembali diselimuti asap. Sejak awal Agustus 2011, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Pekanbaru menginformasikan, Satelit NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) mendeteksi adanya banyak titik api di Sumatera.

Menakar Peluang Timnas Indonesia Lolos ke Piala Dunia 2026, Ada Berapa Tahap Lagi?

Selain mengganggu kesehatan, kabut asap menyebabkan jalur lalu lintas di Riau dan Sumatera terganggu. Kabut asap tersebut juga telah mengganggu sejumlah jadwal penerbangan.

Yang menarik, dari pemantauan satelit NOAA, saat ini tidak ditemukan titik api di wilayah Riau. BMKG Pekanbaru memperkirakan asap-asap tebal ini bukan dari Riau tetapi merupakan kiriman dari wilayah lain. "Karena saat ini tidak ada titik api di Riau," kata Staf Analisa Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru, Arditama, Minggu, 22 Agustus 2011.

Data BMKG melalui NOAA menemukan setidaknya ada 93 titik api di Sumatera. Di Sumatera Selatan terdapat 69 titik api dan Jambi 14 titik api.

Pembakar Al-Quran Salwan Momika 'Diusir' dari Swedia, Kini Pindah ke Norwegia

Akibat tebalnya kabut asap pada pagi hari menjelang Minggu siang, dua jadwal penerbangan di Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru terganggu. Kedua penerbangan itu adalah milik maskapai Garuda Indonesia dan Lion Air.

Airport Duty Manager Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Gurit Setyawan, kepada VIVAnews.com menjelaskan, jarak pandang pada pukul 06.00-07.00 WIB hanya sekitar 300 meter.

Jokowi Yakin Indonesia Bisa Dapat 61 Persen Saham Freeport Indonesia, Meski Alot Negosiasinya

"Akibatnya, Garuda dan Lion yang sama-sama dijadwalkan terbang ke Jakarta pukul 07.00 WIB, terpaksa menunda keberangkatan," kata Gurit, Minggu 21 Agustus 2011.

Lion dengan nomor penerbangan JT 393 baru bisa terbang pada pukul 07.45 WIB. Saat itu jarak pandang sudah naik menjadi sekitar 600 meter hingga 800 meter. Garuda dengan nomor penerbangan GA 171 terbang setelah jarak pandang makin baik pada pukul 08.30 WIB.

Selain penundaan jadwal penerbangan, kabut asap yang terjadi pada Minggu pagi juga menyebabkan pesawat Garuda tujuan Jakarta-Pekanbaru terpaksa mengalihkan pendaratan ke Batam, Kepulauan Riau. Pesawat Garuda tujuan Pekanbaru itu seharusnya mendarat di Pekanbaru pada pukul 08.40 WIB.

Pada awal Agustus lalu, kabut asap sempat terjadi di Kabupaten Kampar yang berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat. Selain itu, kabut asap dengan ketebalan cukup parah juga sempat terlihat di Desa Rimbo Panjang.

Pada titik-titik tertentu, jarak pandang bahkan kurang dari lima meter. Jarak pandang terbatas itu disebabkan oleh kabut asap dari lahan yang terbakar di pinggir jalan yang menghubungkan Provinsi Riau dengan Sumatera Barat. "Bahkan saat melintasi jalan, hawa panas terasa," kata Hasnawati, salah seorang warga Pekanbaru kepada VIVAnews.com.

Awal Agustus lalu sempat terjadi kebakaran hutan dan kebakaran lahan di kawasan perusahaan perkebunan. Jumlah kabut asap terbanyak berada di Rokan Hilir yakni 39 titik, Rokan Hulu 14 titik, Pelalawan 13 titik, dan Bengkalis 12 titik, Indragiri Hulu 12 titik, Siak 11 titik, Kuantan Singingi 11 titik, Dumai 8 titik, Indragiri Hilir 7 titik, dan Kampar 4 titik.

Kirim Asap

Sebelumnya, pada sekitar awal Juli lalu, asap tebal juga membuat udara beberapa kota di Malaysia diselimuti asap tebal. Tingkat polusi di puluhan wilayah dilaporkan masuk ke taraf berbahaya, warga diminta menggunakan masker jika keluar rumah.

Pada medio Juli dilaporkan, ada lebih dari 500 titik api terdapat di dua pulau di Indonesia dalam dua hari terakhir. Citra satelit menunjukkan 217 titik api terdapat di Sumatra, 300 di Kalimantan, dan 13 lainnya di Semenanjung Malaysia.

Indeks Polusi Udara (API) Kementerian Lingkungan Malaysia menunjukkan angka yang beragam, antara angka 51 hingga 100 di 43 wilayah di Malaysia. Wilayah terparah adalah Bukit Rambai, negara bagian Malaka, dengan tingkat polusi mencapai 83, diikuti oleh Nilai, negara bagian Negeri Sembilan, dengan tingkat polusi 80.

Sistem peringkat bahaya kebakaran Asia Tenggara telah memasukkan hutan di Sumatra, Kalimantan, Semenanjung Malaysia dan Serawak dalam kategori ekstrim yang kemungkinan besar bisa menyebabkan kebakaran.

Menurut Badan Meteorologi Malaysia (MMD), asap tebal di puluhan wilayah ini telah memperpendek jarak pandang. Di Petaling Jaya, berdasarkan MMD, jarak pandang menurun 2 km setiap jam. MMD memperkirakan, cuaca akan kering dalam beberapa hari dan membuat asap semakin lama bercokol. Para ahli kesehatan di Malaysia mengimbau warga untuk tidak sering-sering keluar rumah. Jikapun akan keluar, diimbau untuk menggunakan memakai masker dan sering-sering meminum air putih.

Laporan: Ali Azumar | Riau

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya