Tuduhan Tes Cabul Pramugari

Garuda Gugat, Lembaga HAM Korsel Ancam Boikot

Pramugari Garuda Indonesia
Sumber :
  • Company Profile Garuda Indonesia 2010

VIVAnews- Kabar kurang sedap datang dari media Korea yang menulis dugaan tindakan asusila dalam tes perekrutan pramugari Garuda Indonesia. Dalam tes itu, pramugari diperintahkan setengah telanjang dan diraba--maaf--payudaranya dalam pemeriksaan kesehatan.

Timnas Indonesia U-23 Pasti Raih Hasil Bagus, Main 9 Orang Saja Bisa Repotkan Qatar

Media internasional ramai memberitakan soal ini. Tak hanya di Korea, kabar itu juga dilansir media sejumlah negara lain, seperti Daily Mail asal Inggris, juga media Australia seperti News.com.au, Sydney Morning Herald, dan The Age. Selain itu, jugaBangkok Post, Times India, The Financial Express, dan tak ketinggalan media Afrika, News 24 South Africa

Sejumlah kalangan menyesalkan cara yang tidak patut itu, jika memang benar. "Kalau ternyata tindakan itu ada, saya sesalkan. Karena ada syarat-syarat pemeriksaan . Bukan dengan cara-cara yang tidak sopan. Ada prosedurnya," kata Menteri Perhubungan Freddy Numberi di Jakarta, Kamis, 25 Agustus 2011.

Harga Emas Hari Ini 18 April 2024: Antam Tembus Rekor Termahal, Global Naik

Kasus ini ramai digunjing publik, setelah dilansir pertama kali oleh kantor berita Yonhap, Rabu, 24 Agustus 2011. Dalam tes itu, tulis Yonhap, pramugari diminta melepas semua pakaian kecuali celana dalam dan diminta berbaring. Kemudian, dokter laki-laki asal Indonesia meraba payudara mereka dan bagian tubuh lain. Para pramugari itu sungguh merasa tidak nyaman diperintahkan telanjang dan diraba oleh dokter lelaki.

The Korea Herald mengaku tidak dapat menghubungi juru bicara Garuda untuk diminta konfirmasi. Namun sebuah koran lokal Korsel berhasil menghubungi sumber di Garuda yang mengaku bahwa pemeriksaan itu digunakan untuk melihat calon pramugari memiliki cangkok payudara atau tidak.

Wakil Presiden Komunikasi Korporat Garuda Indonesia, Pujobroto, membantah adanya tindakan pelecehan yang dilakukan dokter pada saat perekrutan pramugari itu. Tes kesehatan yang dilakukan menurutnya sesuai dengan standar penerbangan.

"Tidak benar itu jika ada yang melakukan pelecehan. Proses pemeriksaan kesehatan dilakukan sesuai standar kesehatan. Dokter melakukan tugasnya sesuai standar profesinya dan terikat sumpah," katanya kepada VIVAnews.com Rabu, 24 Agustus 2011.

Pujobroto menjelaskan bahwa dalam proses rekruitmen, medical chek up dilakukan dengan mengacu pada standar pemeriksaan penerbangan. Apalagi dalam setiap  pemeriksaan, dokter juga didampingi oleh staf lokal perempuan warga negara Korea. "Petugas staf lokal membantu menjelaskan tujuan pemeriksaan kesehatan itu," tambahnya.

Garuda sendiri memang merekrut pramugari dari negara lain seperti dari Jepang, Korea untuk membantu penumpang dari negara tersebut. Pramugari asal Korea jumlahnya 14 orang. Perekrutan di Korea seperti yang diberitakan berlangsung pada 27 Juli 2011. Dari 27 pelamar, 5 orang dinyatakan gagal. Dalam tes kesehatan itu dilakukan dua kali, yang pertama dilakukan di rumah sakit setempat. Setelah itu diperiksa tim dari Jakarta.

Pujobroto menambahkan bahwa awak kabin memiliki dua tugas utama yaitu di bidang pelayanan dan keamanan. Untuk itu Garuda melakukan medical check up sesuai standar yang berlaku. Pemeriksaan itu dilakukan, "Agar karyawan tidak mengidap penyakit yang menggnggu kinerja mereka."

Soal implan payudara--yang dalam berita media Korea disebutkan bahwa Garuda takut implan itu meledak dalam tekanan tertentu di pesawat dan itu sebabnya perlu diperiksa--Pujobroto menegaskan bahwa implan itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan penerbangan, karena itu tes itu tidak pernah dilakukan.

Dalam keterangan persnya Garuda mengutip sejumlah media lokal yang telah melakukan wawancara dengan 10 calon pramugari Korea. Dan salah satu media onlie dari group Chasun Co. menuliskan bantahan dari mereka.

Salah satu calon pramugari menyampaikan: “Kami merasa malu dan tidak nyaman dengan adanya pemberitaan bahwa calon pramugari Korea yang menjalani proses seleksi untuk menjadi awak kabin Garuda harus melepas pakaian, dan dokter menyentuh payudara kami dalam proses pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan.”

“Kami tidak bodoh, dan apabila dokter betul–betul melakukan hal tersebut, apakah kami akan diam saja dan tidak menyampaikan keberatan?” 

Seluruh calon pramugari yang menjalani pemeriksaan kesehatan tetap menggunakan bra dan pakaian khusus untuk pemeriksaan kesehatan. Dokter hanya memeriksa dada bagian atas.

Para pramugari itu diwawancarai seusai mengikuti proses seleksi tahap akhir untuk menjadi pramugari Garuda, di kantor cabang Garuda di Seoul, Korea Selatan.

Garuda investigasi

Dilansir Times of India pada 24 Agustus 2011, Park Sung-Hyun, juru bicara Garuda Indonesia di Korea Selatan, menjelaskan bahwa Garuda akan menginvestigasi kejadian itu. Pemeriksaan kesehatan harus sesuai dengan prosedur yang berlaku. Prosedur pemeriksaan payudara seperti itu, jika benar terjadi, tidak sesuai standar yang ditetapkan.

"Kami sedang menyelidiki hal ini dengan menanyai manager dan dokter yang bertugas memeriksa. Ini sangat memalukan," katanya.

Korea Times memberitakan manajemen Garuda Indonesia di Korea menilai pemberitaan itu ditujukan untuk merusak reputasi Garuda Indonesia. "Kami sedang menyiapkan gugatan pencemaran nama baik bagi mereka yang memberi informasi salah kepada publik," tambah Park.

Menurutnya ketika para kandidat berbaring di meja pemeriksaan, tubuh mereka ditutupi selimut. Perusahaan juga terlebih dahulu telah meminta persetujuan mereka.

Selain itu, kata Park, "Dokter Indonesia tidak meraba, namun hanya menekan dada para perempuan untuk memastikan mereka tidak melakukan operasi pembesaran payudara."

Saat tes dilakukan, tambah dia, dokter didampingi pegawai perempuan Garuda Indonesia. Ia menekankan, tak ada pelecehan seksual seperti yang ramai diberitakan media.

Kementerian Perhubungan memilih menunggu hasil investigasi Garuda untuk bersikap atas kasus ini. "Kami masih tunggu pengecekan yang benar dan kami nanti lihat hasilnya seperti apa," kata Menteri Perhubungan Freddy Numberi.

Soal sanksi, lanjut Freddy, semua diserahkan kepada manajemen Garuda. Garuda sendiri tidak akan diberi sanksi karena hal itu merupakan tindakan pribadi dari oknum, jika memang kejadian itu terbukti benar nantinya. "Paling ekstrem adalah pemecatan yang menangani masalah itu. Sebab itu masalah pribadi," kata Freddy.

Dirjen Perhubungan Udara Herry Bakti menegaskan proses rekruitmen yang mengharuskan meraba dada tidak ada dalam aturan. "Itu kan tidak ada dalam aturan," kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Herry Bakti.

Ancaman boikot

Kabar tak sedap soal metode perekrutan Garuda di Korsel memancing reaksi dari organisasi hak asasi manusia di Korea. Mereka bahkan mengancam akan memboikot maskapai kebanggaan Indonesia ini. 

Mau Beli Toyota Rush GR Sport, Segini Cicilannya per Bulan

"Insiden itu masuk kategori pelecehan seksual. Sangat keterlaluan, dada perempuan muda disentuh pria setengah baya. Ada banyak cara untuk mengecek apakah seseorang memiliki implan payudara," kata Baek Su-min, Koordinator Persatuan Perempuan Korea, Korean Women’s Association United.

Baek menambahkan organisasinya sedang berkonsultasi dengan LSM lainnya untuk merespons insiden ini. "Kami secara serius sedang mempertimbangkan kampanye boikot terhadap Garuda Indonesia. Kami bahkan akan mengunjungi kantor pusat maskapai, untuk menyampaikan protes."

Kim Da-Mi, seorang aktivis Pusat Kendali Kekerasan Seksual di Seoul mengimbau lembaga hak asasi manusia untuk mengambil tindakan. "Saya bertanya-tanya jika praktek semacam ini bisa diterima di Indonesia," kata Kim Da-Mi seperti yang dilansir Times of India.

Juru bicara maskapai penerbangan Korsel, Korea Air, berkata, "Aneh, kami belum pernah ada pemeriksaan semacam ini untuk pramugari. Saya juga bertanya-tanya, apa ini berarti penumpang dengan implan payudara juga tidak boleh terbang."

Usai Menlu Cina, Eks PM Inggris Tony Blair Datangi Istana Temui Jokowi

Mantan PM Inggris Tony Blair nampak mengenakan setelan jas berwarna biru gelap.

img_title
VIVA.co.id
18 April 2024