10 Tahun 9/11

Kenapa AS Was-was Plot Baru Serangan Al Qaeda

Serangan 11 September di WTC
Sumber :

VIVAnews - Serangan Al Qaeda pada 11 September 2011, atau yang dikenal dengan serangan teror 9/11, tepat sepekan mendatang akan genap berusia 10 tahun. Meski sudah lewat satu dekade, namun Biro Investigasi Federal (FBI) tak kurang waspada.

Seminggu menjelang peringatan serangan teror terburuk dalam sejarah Amerika Serikat itu, FBI dan Department of Homeland Security mengeluarkan peringatan: teroris-teroris Al Qaeda sedang menyiapkan serangan teror berikutnya, kali ini akan menggunakan pesawat-pesawat kecil.

Pihak berwenang memang tak mengeluarkan peringatan spesifik, namun keamanan di AS telah ditingkatkan sebagai tindakan pencegahan.

Berdasarkan buletin penegakan hukum 5 halaman yang dirilis Jumat lalu, 2 September 2011, sejumla prajurit Al Qaeda sedang merencakan untuk menyewa pesawat pribadi dan mengisinya dengan bahan peledak.

Gak Percaya Anaknya Biasa Pakai Narkoba, Ibunda Chandrika Chika: Saya Tau Anak Saya Seperti Apa

"Al Qaeda dan afiliasinya menunjukkan ketertarikan dalam hal latihan penerbangan, terutama untuk pesawat-pesawat kecil, juga dalam merekrut individu dari negara Barat untuk dilatih di Eropa dan Amerika Serikat--meski kami belum memiliki informasi atau sumber intelijen terkini dan kredibel soal apakah akan ada serangan yang direncanakan dalam waktu dekat ini," demikian tertulis dalam buletin yang diterima Associated Press.

Sebagai gambaran betapa berbahayanya pesawat-pesawat kecil ini dijadikan senjata teror, Brad Garrett, mantan agen FBI yang khusus menangani terorisme, menjelaskan Amerika Serikat punya banyak sekali bandara kecil. "Pilot juga bisa menerbangkan pesawat pada ketinggian rendah hingga tidak terdeteksi radar,” ucapnya.

Apalagi, Ayman al-Zawahiri, pemimpin baru Al Qaeda juga sudah tampil di sejumlah video yang menyatakan akan menyerang sejumlah target target di Amerika Serikat, seraya mendesak umat Muslim di seluruh dunia untuk membantu operasi ini.

Pada buletin itu juga disebutkan, Al Qaeda akan menggunakan simpatisannya dari negara Barat untuk dijadikan instruktur pelatihan penerbangan.

Matthew Chandler, juru bicara Departemen Homeland Security, menjelaskan buletin itu rutin diterbitkan.  "Kami berbagi informasi dengan mitra, untuk meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan secara terus-menerus," ucapnya.

Dari sisi sekuriti, pengamanan dunia penerbangan saat ini jauh lebih ketat dibanding satu dekade lalu, sebelum serangan 9/11. Kendati demikian, Al Qaeda diindikasikan masih berminat menggunakan pesawat terbang sebagai senjata teror mereka.

Potensi serangan menggunakan pesawat kecil bukan baru kali ini diidentifikasi aparat AS. Pada 2002, AS mengatakan telah mengungkap plot Al Qaeda menabrakkan pesawat kecil ke kapal perang AS di Teluk. Sementara pada 2003, terkuak plot organisasi yang pernah dipimpin Osama Bin Laden itu, untuk menerbangkan pesawat kecil berisi bahan peledak untuk dihunjamkan ke Konsulat AS di Karachi, Pakistan.



Meski pengamanan sudah ditingkatkan, Frank Cilluffo, Direktur Homeland Security Policy Institute di George Washington University, menyebutkan saat ini belum waktunya bagi aparat keamanan AS untuk ongkang-ongkang kaki. “Di masa-masa yang akan dieksploitasi oleh Al Qaeda seperti saat ini, kita harus semaksimal mungkin berupaya mencegah serangan berikutnya,” ucapnya.

Dikutip Voice of America, 4 September 2011, Cilluffo menyebutkan jaringan Al Qaeda di Yaman dan Somalia juga dapat memainkan peranan penting dalam serangan ke Amerika Serikat.

Pengamat terorisme itu menyebutkan Al Qaeda di semenanjung Arab diyakini berada di balik sejumlah rencana yang gagal untuk meledakkan pesawat-pesawat Amerika Serikat. Ini terkait dengan diperketatnya pengamanan di seluruh bandara AS, setelah rencana itu terendus.

Namun demikian, Jonathan Broder, pengamat pertahanan dan kebijakan luar negeri dari Congressional Quarterly, menyatakan aparat juga perlu melakukan hal serupa untuk mengamankan jalur kereta api. “Saat ini, untuk moda transportasi lain, tingkat pengamanannya sangat jauh dibandingkan dengan pengamanan pada jalur transportasi udara,” ucapnya.

Untungnya, frekuensi patroli polisi di kawasan penghubung transportasi di AS sudah ditingkatkan. Sistem transit juga sudah mulai memeriksa dan mendeteksi isi tas dan bagasi penumpang. Polisi berpakaian preman pun sudah berjaga di kereta api komuter.



Selain ancaman-ancaman di atas, analis juga mengingatkan bahwa potensi ancaman yang juga cukup besar juga bisa datang dari teroris dalam negeri, yang kini semakin radikal akibat Internet.

Suku Bunga BI Naik, Apindo Ungkap 3 Tantangan Ini Hantui Pengusaha

Dalam 10 tahun terakhir, setidaknya sudah terjadi 38 kasus upaya serangan teror yang coba dilakukan teroris lokal. Dalam eberapa tahun belakangan, setidaknya sudah ada 2 kali upaya serangan bom yang dirancang warga AS sendiri, dengan target beberapa tempat di kota New York. Para pelaku berhasil ditangkap.

Broder menyebutkan, meski pengamanan sudah diperkuat di sana-sini, Amerika Serikat sejatinya masih tetap ringkih dari serangan teror. “Pertahanan kami 10 tahun setelah serangan 11 September sudah jauh lebih kuat. Namun, tetap ada peluang bahwa seorang teroris tunggal bisa lolos. Tidak pula ada garansi yang memastikan bahwa teroris Al Qaeda bisa langsung ditangkap,” ucapnya.

Analis lain menyebutkan, cara terbaik untuk melindungi Amerika Serikat adalah menambah lapisan pengamanan dan memperluas pemantauan oleh agen-agen keamanan, untuk menghentikan terorisme sebelum mereka melancarkan serangan. (kd)

Juru Bicara Tim Nasional Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Amin) Refly Harun saat diwawancarai oleh wartawan di Padang, Sumatra Barat, Selasa, 28 November 2023.

Refly Harun: Anies-Muhaimin Pengkhianat Jika Gabung Pemerintah

Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun, memberikan tanggapannya terkait peluang pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar bergabung ke Pemerintahan usai kalah di Pilpres.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024