Kisah Kisruh Aisha Wardhana

dr Aisha Wardhana saat memeriksa TKI yang dipulangkan Malaysia
Sumber :
  • Antara

VIVAnews - Pagi, sekitar pukul 10.00 WIB, Jumat 9 September 2011, warga berkerumun di depan kediaman Aisha Wardhana alias Caroline R Tyas Sasanti di Griya Resinda, Kluster Times Blok G1 Nomor 6, Karawang, Jawa Barat.

Demokrat Munculkan Nama Dede Yusuf untuk Pilkada Jakarta 2024

Seorang saksi mata mengatakan, sekumpulan warga dan polisi bermaksud ingin menemui Aisha, wanita yang sempat membuat kehebohan, gara-gara mengaku sebagai seorang dokter yang hilang di Somalia dan tertembak di Kenya. Namun belakangan dia justru ditemui di Karawang dalam keadaan segar bugar.

Dalam pengepungan itu, ada beberapa pihak yang hadir. Mereka yakni, pegawai Dinas Kesehatan Karawang, dr Nanik Jodjana yang juga warga perumahan, Ketua Ikatan Dokter Indonesia Karawang, Dokter Dwi Susilo, dan Kepala Unit Intelkam Polsek Teluk Jambe, Karawang, Ajun Komisaris Polisi Marjani. Tetapi, Aisha hanya berkenan bertemu dengan dokter Dwi dan Marjani.

Apa alasan pengepungan ini? Warga ingin mengkonfirmasi, apa benar Aisha adalah dokter. "Warga resah karena di beberapa media disebutkan bahwa Aisha itu seorang dokter," kata dr Nanik kepada VIVAnews.com, Jumat 9 September 2011. Pengepungan yang mulai dilakukan pukul 07.30 WIB berakhir pada pukul 11.00 WIB, saat seorang pria dewasa yang mengaku adiknya membuka pintu.

Lalu, apa pengakuan Aisha? Dihubungi VIVAnews.com, dokter Dwi Susilo mengatakan, dalam pertemuan itu terungkap, Aisha bukan dokter. "Saya tegaskan dia bukan seorang dokter, dia tidak pernah ke Somalia," kata dia, Jumat siang. Aisha adalah ibu rumah tangga biasa. Dia merupakan relawan lepas Aksi Cepat Tanggap (ACT). "Adiknya bilang dia lulusan UGM, ternyata bukan," tambah Dwi.

Lantas, apa tujuan Aisha berbohong dan mengaku dokter? "Nggak tahu itu motif bohongnya kenapa," jawab Dwi. Aisha diketahui tinggal dengan adik dan anaknya. Menurut dokter Dwi, Aisha mengaku lulusan D2 Sekretaris dan menjadi mualaf serta berganti nama sejak 2009. Aisha seorang janda.

Dwi berharap masyarakat waspada dan tidak dirugikan. Kedatangannya ke rumah Aisha juga dalam rangka mengklarifikasi apakah dia benar seorang dokter. Apalagi, ijazah IDI-nya tidak ada. "Karena jangan sampai ada dokter di Karawang saya tidak tahu," kata dia. "Kami sebagai ketua organisasi, mengimbau supaya masyarakat tidak dirugikan. Apabila ada yang mengaku dokter dan mencurigakan, laporkan ke IDI terdekat."

Hal senada disampaikan Kapala Unit Intelkam Polsek Teluk Jambe, Karawang, Ajun Komisaris Polisi Marjani. Inti interogasi, kata Marjani, Aisha bukan dokter dan bukan siapa-siapa. Aisha hanya ibu rumah tangga biasa dan dia sebagai relawan tidak tetap di ACT. Aisha tidak mengetahui siapa sumber yang menyebarkan informasi dirinya menjadi relawan dan hilang di Somalia. Aisha pun mengaku tidak pernah ke Somalia.

Padahal, pihak ACT sempat mendapat pengakuan dari Aisha bahwa yang bersangkutan merupakan dokter muda lulusan Jepang. Aisha sempat menjadi relawan ACT saat kasus pemulangan paksa TKI di Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Smart Finance Gandeng CBI Redam Risiko Kredit Macet

Menurut Marjani, kondisi Aisha sehat tanpa ada luka apapun. Padahal, dalam pemberitaan sebelumnya Aisha dikabarkan tertembak di bagian bahu. Bahkan ACT saat bertemu Aisha pada Rabu 7 September lalu membenarkan bahwa Aisha sempat kesakitan saat ditepuk pundak kirinya.

Minta Maaf
Aisha Wardhana berjanji akan membeberkan persoalan yang sempat diramaikan di media pada Senin 12 September 2011. Aisha meminta maaf, karena kasus ini sudah merepotkan. Aisha siap buka-bukaan pada Senin 12 September nanti. Bagi Aisha, yang terpenting adalah perjuangan kemanusiaan tidak boleh terhenti. Aisha berkenan sedikit berbincang dengan VIVAnews.com lewat sambungan telepon, Jumat 9 September 2011. Berikut wawancara singkat Aisha dengan VIVAnews.com:

Bagaimana versi anda tentang cerita ini?
Saya mohon semua media untuk menunggu sampai hari Senin tanggal 12 (September 2011). Karena saya sudah bicara dengan media tabloid cetak, dan rencananya akan terbit hari itu. Setelah terbit, saya berjanji akan membuka semuanya.

Apakah benar Anda tidak ke Somalia?
Yang paling penting adalah saya ini bukan siapa-siapa. Tetapi, saya sangat peduli dengan kemanusiaan. Begini, saya sangat trauma dengan pemberitaan media online, maka itu saya lebih memilih ke media cetak. Saya sangat kaget dengan pemberitaan yang dimuat media online. Tapi saya berjanji akan memberikan pernyataan.

Soal dugaan identitas palsu?
Saya ini memang mualaf sejak 2009. Dan saya berganti nama sejak masuk Islam. Jadi itu bukan identitas palsu. Ini saya sampaikan juga untuk menghindari agar tidak menimbulkan fitnah. Dengan pemberitaan VIVAnews.com, itu sangat membantu. Karena saya sangat terganggu dengan tudingan bahwa saya disebut membuat identitas palsu.

Mengapa tidak langsung diklarifikasi secepatnya?
Saya minta maaf. Saya sangat kasihan dengan anak-anak atas pemberitaan yang terus dimuat. Mereka harus tetap sekolah. Dan saya tidak ingin mereka terganggu dengan pemberitaan yang semakin tidak jelas dan menyudutkan saya. Saya minta tolong media menghargai privacy saya. Saya pasti memberikan pernyataan.

Apakah benar saat ini rumah di Karawang didatangi polisi?
Iya betul tadi pagi. Tapi saya tidak tahu jelasnya. Saya tidak ada di Karawang. Saya dapat informasi dari tetangga bahwa ada polisi di depan rumah. Maka itu, saya sangat kasihan kepada anak-anak. Tolong hargai, mereka masih sekolah.

Apakah ada konspirasi Anda dengan lembaga Aksi Cepat Tanggap (ACT) untuk menaikkan isu Somalia?
Tidak ada. Tidak ada seperti itu. Konspirasi itu sama sekali tidak ada. Ini pure karena saya. Saya sangat minta maaf.

Lalu motivasinya?
Pokoknya, saya ini bukan siapa-siapa Mas. Saya bukan orang penting. Tetapi, saya melihat ada 'badut-badut' yang bermain di panggung baru ini.

Maksudnya?
Pemberitaan itu sangat mengaduk-aduk masalah pribadi saya. Data-data yang saya berikan ke ACT kenapa bisa langsung dimuat di media. Padahal saya sudah bilang, tolong itu jangan disebar. Tapi menurut ACT, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. (eh)

Ilustrasi KTP.

Pemprov: Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Bisa Ajukan Keberatan

Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) DKI Jakarta Budi Awaludin mempersilakan warga untuk mengajukan keberatan jika terkena penonaktifan NIK.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024